Happy reading
.
.
.Renata berlari di lorong rumah sakit saat mendapat telepon dari rumah sakit dan mengatakan bahwa adik keduanya mengalami kecelakaan motor.
Azalea sudah mempunyai dua anak lelaki. Melvi kini sedang menjalani Akmil, dan Billal anak keduanya masih bersekolah SMA kelas 2.
Renata menuju ruangan Kantil II tempat Billal dirawat. Renata mengatur nafasnya agar bisa bersiap memarahi Billal.
Ceklek
Pintu ruangan dia buka, dia sedikit terkejut kala melihat Billal tidak sendirian, dia sedang duduk dengan tangan di gips bersama seorang lelaki yang dia kenal.
"Kakak, itu kakak saya bang" Billal menunjuk Renata yang kini berjalan mendekat.
Renata menahan nafasnya kala lelaki itu berjalan mendekat kearahnya. Renata sangat hafal bau parfum lelaki didepannya ini. Lelaki yang pernah membuatnya patah hati saat dia masih SMA dulu.
Memang kejadian itu sudah 10 tahun yang lalu, tapi tetap saja, rasanya masih nyut-nyutan saat bertatapan langsung dengannya sekarang ini.
Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menjabat Renata yang hanya diam tak bergerak.
"Apa kabar Rena? Masih ingat saya?" Tanyanya dengan senyum khasnya yang mampu membuat jantung Renata berdegup kencang.
Jelas ingat. Teriak Renata dalam hatinya.
Ingin sekali Renata meneriaki lelaki itu dan mengumpatinya, tapi itu hanya akan membuang energinya saja.
"Kak, itu ngajakin salaman lho, kenapa gak dijabat?" Teriak Billal.
Adek lucknut. Batin Renata.
"Maaf, bukan muhrim" Renata menangkup kedua tangannya di dada, lalu berjalan kearah Billal.
Masih marah ternyata. Batin Zidan.
Ya laki-laki itu Zidan Malik, pelatih taekwondonya di SMA dulu. Anak pertama dari Rania, sahabat Azalea.
"Kak, bang Zidan itu yang bantuin aku" Renata mengangguk tanpa minat.
Renata melirik Zidan yang berdiri disampingnya, mengenakan seragam warna coklat khas seorang polisi.
Oh jadi si coklat toh sekarang. Batin Renata.
"Saya pulang dulu ya, besok saya kemari lagi untuk meminta keterangan kamu" Billal mengangguk.
"Siap bang. Hati-hati dijalan" sapa Billal dengan lambaian tangannya.
Zidan melihat kearah Renata sebentar sesaat sebelum dia kekuar dari ruangan itu.
Bunyi pintu ditutup membuat Renata menghembuskan nafas panjang. Jantungnya berdegup kencang tak beraturan saat di dekat Zidan.
"Billal Athaila Alfarizel" geram Renata. Billal menegakkan tubuhnya dan nyengir kuda kala nama lengkapnya disebut oleh sang kakak.
Kebiasaan Renata dan Melvi jika memarahinya adalah menyebutkan nama lengkapnya dengan nada tegas dan satu lagi yang tak terelakkan, jeweran penuh kasih sayang di telinganya, membuat Billal pasrah dan ingin menangis saja.
"Sakit kak, ampun kak, ini merah" Renata melepaskan jewerannya pada telinga Billal.
"Kamu tahu kan, kalau Mama sedang diluar kota ikut Papa, dan Melvi sedang Akmil, hm?" Billal mengangguk.
"Tahu dong kak"
"Kenapa kamu buat ulah, hah?" Bentak Renata.
"Siap salah" jawab Billal tegas. Renata menghembuskan nafas sejenak, lalu memeluk adik kecilnya yang sudah beranjak dewasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lasting Love (Tersedia ebooknya Di PlayStore)
RomansDokter ada rencana untuk menikah secepatnya? Saya sudah mengajukan lamaran ke komandan untuk menjadi calon imam dokter" "Hah?"