Chapter 1

720 83 159
                                    

Suara gemuruh angin menemani dua insan manusia yang kini tengah berdiri berhadapan satu sama lain. Sang pria tampan menatap sendu sang wanita yang kini tengah menangis tersedu di hadapannya. Pria tampan itu tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Jujur saja ia ingin memeluk dan mendekap tubuh wanita yang baru saja memutuskan hubungan yang telah mereka rajut selama tiga tahun belakangan ini.

Hatinya sudah terlanjur sakit, wanita itu bahkan sudah menyerah sebelum berperang. Si tampan kecewa karena sang wanita tidak mau berjuang demi hubungan mereka ke depannya dan juga si tampan sudah siap secara mental untuk meyakinkan kedua orang tua wanita itu agar merestui hubungan mereka meskipun mereka berbeda keyakinan. Karena bagi si tampan apapun tidak akan menghalangi rasa cintanya untuk sang wanita tersebut termasuk keyakinan yang mereka anut masing-masing.

Sang wanita menatap nanar si tampan yang ada di hadapannya. Air matanya berdesakan dan keluar saling mendahului melewati wajah putih dan bersih miliknya.

"Maafin aku, Bum.  Aku sayang sama kamu, tapi kalau hubungan ini kita terusin juga akan kerasa percuma. Sampai kapanpun kita gak akan dapet restu dan aku juga gak mau jadi anak yang durhaka karena ngelawan kedua orang tua aku. Aku harap kamu ngertiin keadaan ini, Bum" ucapnya lirih.

Wanita itu mengusap air matanya yang sudah membanjiri wajah cantiknya.

Sementara si tampan - Im Jaebum - hanya diam mematung. Lidahnya bahkan sekarang kelu tidak bisa mengucap apa-apa lagi. Nafasnya tercekat, hatinya sakit seperti ditusuk sembilu berkali-kali.

"Aku gak nyangka kamu udah nyerah kaya gini, Mark. Padahal kita bisa buktiin ke papa kamu kalau perbedaan itu gak akan jadi penghalang di hubungan kita dan kita pasti bisa bahagia" ucap si tampan lirih. "Tapi kamu sekarang lebih milih berhenti berjuang buat hubungan kita di saat aku benar-benar pengen cuma kamu yang jadi satu-satunya wanita yang nemenin aku disaat suka maupun duka dan jadi ibu dari anak-anak aku nanti, dan sekarang kamu berhasil menghancurkan semua mimpi yang pengen aku wujudin selama tiga tahun ini, Mark"

Mark menangis semakin keras mendengar ucapan Jaebum. Wanita itu sebenarnya lebih hancur dari pada Jaebum dan si tampan itu tidak mengetahuinya saja.

"Maafin aku hiks maaf Bum"

Jaebum tersenyum tipis. "Kamu ga perlu minta maaf, Mark. Aku sekarang sadar memang kita udah gak bisa sama-sama lagi. Aku harap kamu bisa bahagia meskipun gak sama aku lagi"

Si tampan menatap wanita itu datar. Wajahnya tenang tanpa emosi namun tidak ada yang melihat bahkan Mark sekalipun air mata jatuh menetes dari pelupuk matanya.

Jaebum mendekati Mark dan satu tangannya terulur ke atas menghapus air mata yang terus mengalir membasahi wajah si cantik. Mark menatap sendu Jaebum, berharap ini semua tidak benar-benar terjadi.

"Ssstt.. udah berhenti jangan nangis lagi. Aku gak suka kamu nangis apalagi mata cantik ini nantinya bakalan bengkak" Jaebum menyentuh pelan satu mata indah Mark.

"Bum hiks"

Mark menangkup wajah si tampan dan mendekatkan wajahnya.

Cup

Mark mencium bibir tipis milik Jaebum. Si tampan perlahan melingkarkan kedua lengannya di pinggang ramping Mark. Mereka berdua saling berciuman, menyecap rasa satu sama lain untuk terakhir kalinya. Jaebum melumat pelan bibir atas Mark dan di balas si cantik dengan melumat bibir bawah Jaebum.

Setelah beberapa menit mereka saling memagut, entah siapa yang terlebih dahulu melepaskan tautan mereka. Jaebum mengusap bibir Mark yang kini bengkak karena isapannya.

"Aku sayang kamu, Bum"

Jaebum tidak menjawab, si tampan hanya tersenyum. Ia kemudian menghapus air mata yang tersisa di wajah cantik Mark.

I Think I Love You {JJP}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang