30. story Billal

8.7K 494 41
                                    

Untuk kalian semua gaess...

Part khusus Billal😘

Happy reading
.
.
.
.

Lelaki berbadan tegap yang memakai baju khas seorang Taruna itu kini tengah berdiri di depan rumah yang dia rindukan selama 4 tahun ini.

Billal menghembuskan nafas sejenak sebelum dia mengetuk pintu bercat coklat itu.

Tok tok tok

"Iya sebentar" degup jantung Billal menjadi tak menentu. Suara yang dia rindukan selama 4 tahun ini.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampilkan wajah ayu wanita paruh baya yang dia sayangi. Billal memeluk erat sang Mama.

"Kangen Mama" ucap Billal di sela tangisan sang Mama.

"Ayo masuk anak Mama yang ganteng ini" Billal tersenyum kala Azalea menyebutnya ganteng.

Azalea memeluk lengan Billal dan berjalan beriringan menuju ruang tengah yang sedang ramai.

"Apa kabar semua?" Sapa Billal pada semua yang ada disana.

Renata berlari memeluk adik bungsunya itu erat, membuat Billal terkekeh dan membalas pelukan Renata.

Menguraikan pelukannya dan memberi hormat pada Arsa dan memeluknya erat. Sosok Papa yang membuatnya bangga dan menjadi panutannya selama ini untuk menjadi seorang tentara.

"Papa kangen kamu dek" Billal terkekeh, baru kali ini Arsa mengucapkan kata kangen pada anak-anaknya.

"Yes makan diluar nih, Papa bilang kangen sama Billal" soraknya gembira dan mendapat toyoran dikepala oleh Melvi.

"Sini peluk abang" Billal tertawa dan memeluk Melvi erat. Sosok kakak yang selalu menjaganya dan memberikan wejangan Padanya selama dia menjalani Akmil di Magelang.

"Om Bilbil" Billal merentangkan tangannya agar dipeluk oleh keponakannya itu.

"Apa kabar nih calon dokter Om?" Gadis kecil itu tersenyum dan memeluk leher Billal.

"Baik dong. Kan Kia calon dokter" ucapnya dengan logat cadel khas anak umur 4 tahun.

"Opa mana Ma? Kok gak ikut?" Tanya Billal yang tidak melihat Azlan.

"Lagi mandi di rumah sebelah. Sana ganti baju kamu, bau" ejek Azalea.

"Siap komandan" Billal memberi hormat dan berlari menuju kamarnya di lantai dua.

Merebahkan diri lebih dulu di kasur kesayangannya. Kasur yang selalu dia rindukan selama dia menajalani Akmil.

Billal memandang langit-langit kamarnya, senyuman terbit di bibirnya kala membayangkan wajah gadis yang tadi dia temui di bandara.

Gadis itu kebingungan mencari dompetnya yang terjatuh di dekat Billal. Billal menghampiri gadis itu.

"Dompet kamu?" Gadis itu mendongakkan wajahnya menatap wajah Billal yang juga sedang menatapnya.

Cantik. Batin Billal.

OMG gantengnya. Batin gadis itu.

"Do you hear me?" Shae mengangguk. "This is youre wallet?"

"Ya. Thanks" jawab Shae gugup.

Billal mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis di depannya.

"Billal"

"Shae"

Suara ketukan pintu membuat Billal terlonjak kaget, dia bergegas masuk ke kamar mandi sebelum pintu kamarnya di dobrak oleh Azalea.

Billal turun dengan wajah segar, memakai kaos putih polos fit body dan celana Chino warna coklat.

"Lama" sindir Azalea. Billal cuma nyengir kuda dan menghampiri Azalea yang sedang duduk bersama Arsa.

Bukan Billal namanya jika selalu mengusik kebersamaan Arsa dengan Azalea. Billal selalu mengambil duduk di tengah mereka dan memeluk Azalea erat mengabaikan tatapan tajam Arsa padanya.

"Udah Letda kok masih manja aja" sindir Arsa.

"Biarin, aku kan anak Mama, iya kan Ma?" Azalea mengangguk dan memeluk Billal.

"Anak Mama yang ganteng tapi manja dan petakilan" Billal tertawa karena ucapan Azalea benar adanya.

💂💂💂

Billal kini sedang duduk di salah satu cafe untuk menunggu Azalea.

Billal mendengus sebal karena Azalea tidak mengizinkan dirinya menemui sang Mama di rumah sakit langsung, karena setiap pulang dari rumah sakit dan Azalea berjumpa dengan seorang lelaki seumurannya dan menyapanya, dia akan memberitahu Arsa. Dan Arsa tentunya cemburu dan mengurung Azalea dikamar semalaman.

Billal memandang sekitarnya, cafe ini terlihat seperti didesain masa kini. Banyak para pemuda yang seumuran dengannya mengunjungi cafe ini. Satu yang membuatnya semakin menarik.

Seorang gadis yang menggunakan baju khas seorang koki berdiri di depan penggorengan. Ruangan dapur yang didesain transparan membuat para pengunjung cafe bisa melihat bagaimana makanan yang mereka pesan dimasak dengan cekatan oleh para chef ternama.

Samperin aja daripada gue mati penasaran. Batin Billal.

Billal menghampiri gadis itu yang sedang bercengkrama dengan temannya yang juga bekerja di cafe itu.

"Haiy, ingat saya?" Sapa Billal.

Gadis itu menoleh dan mencoba mengingat siapa lelaki di depannya saat ini.

"yes i remember you. Billal right?" Billal mengangguk dan tersenyum manis di depan gadis itu.

Para pegawai cafe yang melihat senyuman Billal jadi histeris sendiri. Dan untungnya hari ini Billal tidak memakai seragam lorengnya.

Billal melirik name tag yang tertulis di baju chefnya.

Shaenette, unik namanya. Batin Billal

"Kamu lagi apa disini?" Tanya Shae pada Billal.

"Lagi nunggu--" belum selesai dia berucap sudah dipotong oleh Shae.

"Pacar ya?" Dengan nada kecewa. Billal menggaruk pelipisnya.

"Mama saya" Shae menundukkan kepalanya kala Billal meneruskan kata-katanya, dia merasa malu pada Billal.

"Billal?" Sapa seorang perempuan dari arah belakang.

Billal menoleh dan mendapati teman SMAnya yang dulu terobsesi padanya sedang berdiri disana.

"Apa kabara Bil?" Tanyanya mendekat. Billal risih dekat dengannya.

Billal mundur ke belakang dan berdiri di samping Shae. Menggenggam tangan Shae dan menyatukan jemarinya. Jantung Shae sudah tidak karuan sedari tadi saat Billal mendekat.

"Siapa kamu Bil?" Billal tersenyum tipis, menoleh kearah Shae yang pipinya sudah bersemu merah.

Billal melepaskan gandengan tangan mereka dan memeluk pinggang Shae yang ramping agar mendekat dengannya.

"Kenalkan, dia calon istri gue"

💂💂💂
 

Maaf kalau dikit gaess...

Kita jumpa lagi di cerita mereka nantinya ya..

Lasting Love (Tersedia ebooknya Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang