Menuju Bagian Akhir Pertemanan?

7.2K 596 24
                                    

Salah ku yang mengharapkan orang lain dapat memahami perasaan ku

Harusnya tidak!

Sebab sama dengan ku
Ia juga berharap demikian

Jika saling mengharapkan bagaimana mungkin bisa terjadi?

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Hari ke dua Porseni. Aku dan Aina sedang ada pada barisan belakang kerumunan orang yang ingin melihat lomba bernyanyi.

Diantara semua lomba penonton terbanyak jatuh pada bidang ini. Mungkin ini karena hanya memerlukan beberapa menit untuk berganti kontestan, tempat teduh, serta hiburan sudah jelas.

"Gila, Rey! Tasya pasti juara satu ini" terus decakan kagum untuk Tasya siswi kelas sebelas yang sejak awal MOS sudah mencuri perhatian dengan suara merdunya.

Aku menggangguk setuju. Gadis itu memang memiliki pita suara khusus untuk bernyanyi. Mungkin, makannya suara dia pun begitu merdu.

"Kalau Raka yang nyanyi gimana, Rey?" Pertanyaan itu langsung membuat aku melirik Aina.

Raka menyanyi? Kalau bicara yang tidak jelas baru bisa.

Langsung aku menggeleng keras. "Bicara aja irit gimana mau nyanyi" dan seketika itu pun Aina tertawa.

Ku pukul bahunya, ini yang dia ceritakan Raka. "Jangan ketawa, biar pun gitu dia kan....." Kata ku tergantung. Sejak kapan aku begitu khawatir ingin mempertegas hubungan menikah ku ini di depan orang lain?.

"Suami yah, Rey?" Dengan alis naik turun Aina bicara sudah tentu untuk menggoda.

Kembali aku berusaha acuh. Ku putuskan tatapan dari Aina yang bertambah usil dengan terus menyenggol bahu ku. Gadis itu memang tidak pernah ingin lihat aku tenang.

"Ghibah itu juga punya dosa" suara sangat familiar masuk dalam gendang telinga ku di tengah-tengah tepukan tangan untuk Tasya.

Aku menoleh ke belakang merasa itu untuk aku karena tepukan singkat ia beri pada bahu ku.

"Ra...."

"Suami kamu" ia lagi-lagi tertawa. Aina dasar, sudah ku katakan mulutnya soal mem-bully ku selalu punya banyak ide.

Ku cubit pipinya gemas lalu melihat ke sepanjang jalan yang Raka lewati tadi.

Ah, pria itu. Kenapa sekarang rasanya aneh? Ia terlihat begitu sering berkeliaran di sekitar ku saat sekolah. Padahal dia sendiri yang mengatakan Raka dan Reyna hanyalah tetangga kelas saat di sekolah bukan tetangga kamar.

"Selamat malam" Tangan ku langsung memegang kening.

Astaga, ini membuat frustasi. Gelengan kepala langsung aku lakukan. Dua kata itu terus saja terngiang. Penutup malam kemarin yang di sertai kecupan singkat pada kening ku.

Apa Raka tidak malu? Meski tidak ada larangan tapi apakah dia tidak berpikir "wah bagaimana saya mencium dia bahkan berpegangan tangan pun jarang" harusnya ia bermonolog seperti itu dengan wajah bersemu.

Tapi kembali, Raka adalah spesies tidak pandai berekspresi.

"Kenapa, Rey? Aneh gitu wajah kamu"

"Lagi bayangin kamu nikah dengan Bagas pasti di pelaminan kamu bakal berpikir kok bisa sama Bagas?" Bohong ku yang dihadiahkan cubitan keras pada pipi ku.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang