Telah seminggu berlalu sejak kejadian itu, dan hari ini sudah hari Rabu.
Memang pada dasarnya takdir tidak berpihak pada Mingyu, sepertinya.
Seminggu ini OSIS sedang sibuk-sibuknya dengan segala urusan sekolah. Lelaki tampan bermarga Kim ini tentu saja tidak dapat melepas tanggung jawabnya selaku ketua OSIS, maka dari itu ia memiliki waktu senggang yang kian menipis.Belum lagi ia harus mengejar materi, menyelesaikan tugas mandiri maupun kelompok, juga aktif di kegiatan ekskulnya sendiri.
Tidak jarang Mingyu akan pulang ke rumah dan langsung tidur terlebih dulu sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kakaknya—Yohan—sudah tidak heran lagi, ia juga tidak akan memaksakan adiknya untuk menemaninya karena kesibukan luar biasa itu.
Mingyu selalu menyibukkan dirinya sendiri karena ia tidak pernah memiliki orang lain untuk dijadikan tempat menghabiskan waktunya.
Yohan selalu pulang pukul 5 sore, sementara sekolah bubar pukul 2 sore. Jika Mingyu tidak aktif di sekolah ataupun tidak ada kegiatan, ia akan menghabiskan waktu 3 jam di rumah tanpa tahu berbuat apa.
Tapi kini agaknya menyesal juga setelah Hyungjun hadir dalam hidupnya.
Lelaki bermarga Song itu sudah lama tidak bertemu Mingyu—di koridor manapun.
Lalu kini, seperti biasa, malam Rabu, Mingyu akan menunggu di studio.
Manik coklatnya itu tidak bergerak dari jam dinding dan jarumnya. Sebentar lagi akan pukul 7 lebih 5 menit.
Biasanya Hyungjun akan menyembul dari pintu yang terbuka, lalu dengan suara dan cara bicaranya yang khas, ia akan berkata, "Hyung, maafkan aku terlambat."
Mingyu hafal betul.
Tangan Mingyu menari diatas tuts hitam dan putih dengan lemas. Rasanya tidak berguna juga ia menunggu, Hyungjun kemungkinan besar tidak akan datang setelah apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat, diliriklah kembali jam itu.
Sudah 10 menit pun tidak ada tanda-tanda kemunculannya.
20 menit.
30 menit.1 jam.
Mingyu memainkan pianonya dengan lebih serius, kini meregangkan jemarinya terlebih dulu. Saat lelaki tampan bermarga Kim itu memulai permainannya, rasanya sinar bulan meredup.
Sayup-sayup denting piano dengan melodi sedih pun terdengar dari dalam studio.
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Hyungjun tersenyum agak kecut saat berkumpul dengan keempat kakaknya. Minhee mengetahui perasaan Hyungjun, tapi bagaimanapun ia tidak bisa melakukan apa-apa walau ingin membantu.
"Ada apa?" tanya Wonjin, sedikit menaruh kecurigaan karena bibir manis lelaki Song sedikit dicebikkan. Hyungjun tidak pintar berbohong, maka dari itu tidak lama lagi ia akan menceritakan bagaimana perasaannya sedikit sedih malam ini, walaupun tidak memberitahukan sebabnya.
"Hari ini banyak pekerjaan rumah, ya, Hyungjun?" Minhee mencoba menyelamatkan adiknya itu. Hyungjun lalu mengangguk sedikit, nyatanya yang dikatakan Minhee juga benar dan membuat suasana hatinya semakin memburuk.
Dengan gelisah Hyungjun terus menerus melirik jam dinding.
Jam 7 malam.
Ia seharusnya sudah keluar rumah sekarang, berenang menuju dermaga, lalu akan berlari kembali menuju sekolah.
Untuk menepati janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity || Minglem/Mingjun
Fanfic-; ❝ser·en·dip·i·ty❞ (n.) the occurrence and development of events by chance in a happy or beneficial way. ‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙ Di dunia ini, manusia terbagi menjadi dua, penduduk laut dan penduduk darat. Song Hyungjun adalah salah satu penduduk laut...