6~Rindu

64 8 1
                                    

"Assalamualaikum, Ayah, Bunda," ucapku memberi salam sambil membuka pintu. "Rindu yang manis pulang!" teriakku melenggang masuk ke dalam.

"Waalaikumsalam," jawab orang yang ada di dalam. Siapa lagi kalau bukan Ayah sama Bunda.

"Nih anak dateng-dateng udah heboh aja," ucap Bunda sambil geleng-geleng kepala melihat aku yang ajaib ini dari arah ruang keluarga. "Udah ayo makan dulu," ajak Bunda dengan merangkulku menuju dapur.

Yaps kelakuan aku emang gini, ajaib kocak, dan ya nanti kalian tahu sendiri lah. Sekarang kami sedang makan malam dan ternyata disitu sudah ada Ayah aku yang waktu aku telpon gak diangkat-angkat. Dan Bunda gak aktif nomernya. Kan ya..., ku ingin berkata kasar tapi takut dosa. Yaudah lah ngedumel dalem hati ajalah. Masih dosa gak ya? Auh ah.

Selesai makan seperti biasa aku membantu Bunda mencuci piring dan setelah piring sudah tercuci semua aku kabur nonton tv. Kalau gak kabur nanti disuruh yang lebih kan amsong! Hehe.

"Rindu, kamu gak belajar?" tanya Ayah.

"Ayah, Ayah kenapa gak angkat telpon Rindu?" tanyaku balik dengan lembut diakhiri dengan senyum manisku.

"Uhh Rindu anak Ayah yang pinter," ucap Ayah dengan gemas sambil mengacak-ngacak rambutku, "kenapa ditanya malah tanya balik?" tanya Ayah lagi dengan lembut sambil berusaha menyindir.

Aku menyingkirkan tangan Ayah dari kepalaku, "iya Ayah. Ini Rindu ke kamar," jawabku berlari menuju kamar.

"Jangan ngedit! Belajar yang bener!" teriak Ayah.

"Iya!" balas aku teriak dengan geram.

Ayah itu kerjaannya meyuruh aku belajar saja kalau sehabis makan malam. Tadi Ayah bilang jangan ngedit itu karena aku biasanya tengah malam belum tidur cuma buat ngedit video atau foto gitu dan alhasil aku kesiangan. Soalnya kalau aku udah ngedit itu suka lupa waktu dan jadilah jam tiga baru tidur.

~~~~~

Pagi ini aku semangat sekali untuk pergi ke sekolah dengan peralatan tempur aku. Selain buku dan kawan-kawannya yang berada di dalam tasku, ada juga sebuah kamera lengkap dengan alat vlog lainnya. Untuk apa? Makanya ikutin aku terus ya dan ini rahasia antara aku, kamu dan tuhan saja, orang tua aku gak boleh tahu. Terutama Bunda, Bunda tuh riweh banget!

Setelah keluar dari kamar aku disambut sama Ayah yang mengajakku untuk sarapan. Setelah sarapan aku langsungnya diantar ke sekolah sama Ayah.

Diperjalanan Ayah tak henti-hentinya bercerita tentang karyawanya yang ceroboh namun begitu lucu.

"Kamu tau gak?" tanya Ayah yang langsung aku jawab, "enggak." dan Ayah meresponnya dengan memenyunkan bibirnya seperti anak kecil. "Kan belum selesai Ayah ceritanya," ucapnya kesal diakhiri dengan tawa kami.

"Iya, iya, Ayah mau cerita apa nanti Rindu dengerin," rayuku.

"Jadi tuh, kemarin Ayah nyuruh salah satu karyawan Ayah buat bikin kopi manis. Terus dia buat tuh dengan sepenuh hati, dengan semangat yang membara dan kehati-hatian. Dari luar kopi itu biasa aja, menggoda ya menggoda apa lagi panas," Ayah mulai bercerita panjang lebar belum kali tinggi.

"Tapi?" tanyaku penasaran tak tahan dengan kelanjutan cerita Ayah.

Sebelum melanjutkan Ayah tertawa geli sendirian. Sepertinya Ayah tertawa karena mengingat ceritanya sendiri. "Ayah... Kok malah ketawa," tegurku kesal.

Rindu, Bergema Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang