19

103 17 0
                                    

Gue mau ngomong sama lo malem ini.
Gue tunggu di taman jam 7. Nggak pake lama.

***

Entah ada angin apa tiba-tiba Ong Seongwoo menghubungi Soojin dan menunggunya di taman komplek pukul tujuh ini. Begitu membaca pesan yang masuk, Soojin cuma bisa mengernyit. Gadis itu sempat bertanya untuk apa, namun Seongwoo nggak membalasnya lagi. Sepulangnya dari pergi bersama Jinhyuk, dia langsung pergi ke taman.

Padahal rencananya dia mau langsung pulang, tapi malah berakhir main dengan Jinhyuk di Mall hingga menjelang malam. Karena di rumahnya nggak ada orang dan Soojin suntuk di rumah.

Tiba di taman, dia melihat Seongwoo sudah menunggunya sambil duduk di ayunan. Wajahnya tampak serius menatap ponselnya. Soojin agak sedikit was-was melihat ekspresi wajah Seongwoo yang mengeras. Biasanya Seongwoo lebih suka memasang wajah santai hingga konyol. Soojin pun melangkah dengan kedua tangan meremas tali slingbagnya dengan erat.

"Kak Ong." Panggilnya pelan.

Seongwoo mendongakkan wajah. Kalau biasanya Seongwoo akan memasang wajah ramah dan langsung menyapa Soojin, malam ini kebalikkannya. Dia tampak marah. Hingga membuat Soojin sedikit melangkah mundur.

Seongwoo berdiri dan melipat tangannya di depan dada. Menatap Soojin dengan mata yang tajam. "Baru pulang?"

"I-iya..." Jawab Soojin terbata-bata. Nggak biasanya Seongwoo bertanya. "Kenapa, Kak?"

"Enak ya jalan sama cowok? Nempel banget berduaan," Seongwoo mendecih. "Padahal ngakunya sama temen gue jalan sama temen-temen ceweknya."

Soojin tertegun mendengar sindiran tajam dari Seongwoo. Wajahnya mendadak pucat pasi. "Kak, kamu lihat?"

Seongwoo menatap Soojin makin tajam, bahkan menunjuk tepat kearah wajah Soojin. "Main lo kurang jauh. Kalau nggak mau ketahuan ya cari Mall yang jauh! Bisa-bisanya lo bohongin temen gue, ya!"

"Bukan gitu, Kak! A-aku --"

"Lo sebenernya peka nggak sih kalau Jonghyun sayang banget sama lo selama ini!? Gue dan yang lain bakal selalu blak-blakkan depan lo biar lo peka sama Jonghyun!?" Emosi Seongwoo memuncak. Dia udah nggak bisa menahan amarah terhadap Soojin.

Ini pertama kalinya Soojin menghadapi Seongwoo yang marah seperti ini. Gadis itu menarik napas panjang, mencoba untuk tenang. Meskipun dirinya merasa takut dan merasa bersalah.

"Aku...tahu semuanya, kok." Jawab Soojin dengan berat. "Bahkan sejak lama sebelum kalian semua bersikeras bikin aku peka. Aku udah peka duluan. Maaf..."

Seongwoo nggak menyangka jawaban tersebut keluar dari mulut Soojin. Gadis dihadapannya ini bikin Seongwoo nggak bisa berkata apa-apa lagi. "Jadi selama ini gue sama yang lain kayak orang bego gitu? Lo tahu Jonghyun suka sama lo dari lama tapi lo pura-pura nggak tahu? Ngebiarinin Jonghyun terus ngasih perhatian ke lo?"

"Kak, aku kayak gitu juga ada alasannya..." Soojin semakin mengeratkan pegangan pada tali sling bagnya.

"ALASAN APAAN!? LO KURANG PERHATIAN DI RUMAH!? LO KURANG BELAIAN COWOK APA GIMANA!?" Suara Seongwoo makin mengeras. Dia paling anti yang namanya ngebentak cewek, tapi untuk hal ini dia nggak bisa bersikap baik pada Soojin. Harga diri Jonghyun, teman pertamanya sejak masa orientasi, sedang dipermainkan.

"Kak! Bisa nggak sih nggak teriak-teriak!? Kakak belum denger alasan aku!" Soojin ikut berteriak.

"LO KALO EMANG NGGAK SUKA SAMA TEMEN GUE, NGGAK USAH NAHAN TEMEN GUE DENGAN HUBUNGAN KAKAK-ADEKKAN LO ITU, ANJ*NG!! LO NAHAN TEMEN GUE TAPI LO JUGA JALAN SAMA COWOK LAIN! BANGSAT BENER LO JADI CEWEK!!"

Hati Soojin mencelos luar biasa, mendengar makian yang dilontarkan oleh Seongwoo untuknya membuat gadis itu nggak bisa menahan tangisnya lagi. "Kak...hari ini aku pergi sama Kak Jinhyuk itu buat--"

"GUE NGGAK MAU DENGER ALASAN LO LAGI!" Seongwoo mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan foto Soojin dengan Jinhyuk siang tadi. Laki-laki itu benar-benar melihatnya. Tapi salah dugaan. Dia mau menjelaskan gimanapun juga, Seongwoo nggak bakal mau denger.

"Lo harus tahu," Seongwoo menurunkan volume suaranya. "Gue nelepon Jonghyun begitu lihat lo jalan sama ini cowok. Dan Jonghyun sempet nggak percaya karena lo sendiri bilang lo jalan bareng temen-temen cewek lo. Lalu gue kasih foto ini."

Soojin memejamkan matanya dan rasanya hampir setengah nyawa hilang. Dia nggak nyangka keputusannya hari ini bukannya berdampak baik malah buruk. Soojin sudah nggak tahu lagi mau ngapain.

"Kak..." Soojin memanggil Seongwoo di tengah isakkannya. "Bisa nggak dengerin aku sebentar..."

Melihat Soojin yang menangis di depannya, Seongwoo pun menahan emosinya dan mencoba untuk mendengarn pembelaan dari Soojin. Meskipun dia nggak janji nggak bakal emosi lagi. Soojin menjelaskan alasannya dari masalah kepekaannya, pertemuannya dengan Jinhyuk, hingga perasaannya sekarang ke Jonghyun. Tapi Seongwoo hanya bisa menggeleng.

"Setelah gue ngedenger semuanya dari mulut lo sendiri..." Seongwoo mendesis. "Lo emang bangsat, Jin. Gue pikir itu cowok yang namanya Jinhyuk-Jinhyuk itu yang bangsat, nyatanya lo paling bangsat. You're the real culprit, Lee Soojin. Jonghyun sama mantan lo itu korban dari kejahatan lo."

Sebelum melangkah pergi, Seongwoo berkata, "Minta maaf sama Jonghyun. Tapi gue nggak yakin dia maafin lo setelah gue kasih tahu soal kebohongan lo tadi ke Jonghyun. Dan kayaknya gue nggak rela Jonghyun sama lo meskipun lo sekarang nyadar kalo lo suka sama dia."

Seongwoo menatap Soojin sinis, "Temen gue terlalu baik buat cewek jahat kayak lo."

***

Setengah jam paska Seongwoo membentaknya dan memakinya, Soojin belum pulang ke rumah. Dia masih duduk di ayunan sambil mencoba menelepon berkali-kali Jonghyun. Namun laki-laki itu terus me-rejectnya.

Dan Soojin masih bersikeras untuk meneleponnya.

"Kak...please...angkat..." lirihnya.

Jonghyun tetap tidak mengangkatnya. Gadis itu mulai putus asa dan malah menangis sendiri di taman.

"Soojin..."

Gadis itu mendongakkan kepala dan mendapati Minhyun sudah ada di hadapannya. Laki-laki itu menatap Soojin iba. Sementara Soojin membuang muka.

"Ngapain di sini, Kak? Giliran Kakak ya mau maki-maki aku?"

Minhyun menghela napas. "Sori kalau Seongwoo sekasar itu sama lo. Dia kecewa sama lo."

Soojin nggak menjawab.

"Gue boleh minta tolong ke lo?" Tanya Minhyun.

"Apa?"

"Nggak usah kasih harapan ke Jonghyun, ya. Jauhin kalau bisa. Dia udah sakit gara-gara diagnosa penyakit ibunya, jangan ditambah lagi dari lo." Kata Minhyun.

Soojin udah nggak bisa berkata-kata. Dua orang sudah menyuruhnya jauh-jauh dari Jonghyun. Kenapa disaat dia udah mencoba membuka diri dan memiliki keputusan malah jadi seperti ini? Lepas salah satu atau kehilangan dua-duanya.

Dan dia kehilangan dua-duanya dalam satu hari. Persetan sama sikap plin-plannya. Dia membenci dirinya sendiri.

***

[BRODUCE TIME] Home // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang