My love belongs to you ➖ 9

120 20 10
                                    

Part terpanjang!
Keasikan nulis si aku sampe 2000+
Semoga ngga gumoh yaa~

Enjoy~♡
——————————



Waktu berlalu lebih cepat, meninggalkan sedikit perasaan yang menjanggal ketika ada hal yang menggantung saat kami bersama di situ patenggang beberapa bulan yang lalu.

Sekarang, aku sedang duduk bersimpuh, aku menunduk saat mamah Jefri keluar dari kamar nya. Ini pertama kalinya lagi bagiku kerumah Jefri, terlebih lagi saat kami sudah berstatus pacaran.

Mamah nya tersenyum manis padaku, lalu menyuruhku untuk meminum teh yang dia buatkan sambil duduk dihadapanku.

"Cantiknya Ruth..." Kata mamah Jefri membuatku tersipu.

Mamah Jefri sepertinya sudah tahu tentang hubunganku dengan Jefri, dan untuk masalah perbedaan kepercayaan, beliau sudah tahu lebih dulu. Mamah Jefri tidak masalah, tapi papahnya yang seorang agamais awalnya menentang Jefri untuk berteman denganku.

Papahnya dulu pernah bilang, "Ayah tidak masalah jika kamu berteman dengan siapa saja, mau berbeda suku, budaya, ras, bahkan kepercayaan pun tidak masalah. Tapi, ayah lebih menghargai jika kamu tidak memiliki teman perempuan yang memiliki perbedaan dengan kamu." Kalau tidak salah seperti itu.

Kata Jefri, belajar dari pengalaman. Papahnya dulu pernah berada diposisi Jefri, dimana dia harus mengagumi seorang gadis dan tidak bisa memilikinya hanya karena perbedaan agama dan suku. Lukanya sangatlah mendalam, maka dari itu papahhnya tidak mau membuat anak tunggalnya itu terluka. Tapi sekarang, papahnya juga sedikit terbuka padaku, kini dia mau menerimaku tidak seperti hari pertama saat aku bermain kesini, —padahal niatnya dulu ingin bekerja kelompok.

Aku sempat memikirkan jika papahku masih hidup. Apakah dia akan berpikir begitu, seolah mengengkangku demi kebaikanku juga? Hhmm, aku tidak tahu. Tapi yang jelas, papahku pasti sudah bahagia dengan Bapak di surga.

"Ihh, Jefri mana ya? Emang suka lama dia tuh kalau disuruh kewarung." Kata Mamahnya Jefri cemas.

"Santai aja bu, ngga apa-apa." Kataku.

"Ih, dia téh belum mandi atuh neng. Nanti neng nya makin lama nungguin dia." Kata Mamah Jefri sambil bangkit, dan berjalan kearah pintu. 

Aku terkikik pelan, takut jika ketahuan mamahnya kalau aku sedang mentertawakan anaknya. Lagi pula, datang sepagi ini memang besar kemungkinan ketika kita mendatangi seseorang orang itu belum siap.

Hari ini aku akan ke pentas seni sekolahku, spesial diadakan bertepatan dengan ulang tahun sekolahku juga. Tapi, kali ini aku yang menjemput Jefri meski nanti akhirnya menjadi bolak-balik. —sekalian silahturahmi.

"Assalamu'alaikum." Seru seseorang, yang aku yakini itu Jefri.

"Assalamu'alaikum tante." Seorang gadis mengikuti dibelakangnya, dengan perawakan yang familiar dan wajah yang aku kenali. Hhmm, dia Mawar.

"Wa'alaikumsalam. —ehh Mawar." Sapa mamahnya Jefri di teras depan rumah. "Jefri itu kamu ditungguin tau ngga? Lama banget cuman disuruh belanja doang." Kata mamahnya pada Jefri.

"Assalamu'alaikum." Jefri memasuki pintu, dan terkejut melihatku yang sedang duduk sambil tersenyum menatapnya.

"Ihh ngapain kamu kesini? Aku aja padahal nanti yang kerumah kamu. Ihh bau lagi ini, belum mandi." Kata Jefri sambil mencium baju kaos yang dia kenakan.

"Kayak orang ilang tau Tan, yaudah aku bantu dari pada dia kegeser terus sama emak-emak." Mawar masuk sambil terkekeh, bercerita pada mamah Jefri. Tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi sepertinya dia sedang menjelek-jelekan Jefri.

Perahu Kertas | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang