20

110 16 0
                                    

"Berhenti kalau kamu memang sudah lelah."

"Jangan merasa kecil dan bodoh. Jadikan semua ini pelajaran buat kamu."

"Tuhan tahu mana yang baik buat kamu, Jonghyun."

***

Soojin duduk bersandar pada pilar rumahnya dengan gelisah. Sejak satu jam yang lalu dia duduk sembari menggigiti kukunya, menatap kearah jalanan. Dia menunggu Jonghyun kembali dari rumahnya. Biasanya Jonghyun akan tiba Minggu sore. Maka dari itu dia memilih untuk menunggu Jonghyun di teras.

Gadis itu sudah gelisah dan menangis semalaman paska pertemuannya dengan Seongwoo Minhyun kemarin malam. Tiap menit mencoba untuk menelepon Jonghyun, awalnya direject. Semakin malam, Jonghyun mematikan ponselnya hingga Soojin nggak bisa menghubunginya lagi.

Jonghyun semarah itu sampai tidak mau dihubungi.

"Kak, ngapain di luar?"  Bunda muncul dari dalam rumah, menyentuh bahu anak sulungnya. Gadis itu mendongak, menatap ibunya dengan nanar.

Bundanya berjongkok dan tampak khawatir. "Kamu kenapa, Sayang?"

Soojin menunduk. "Aku jahat ya, Bun?"

"Kok kamu ngomong kayak gitu?" Bunda semakin cemas. Anaknya terlihat sedih dan gusar. "Anak Bunda nggak ada yang jahat. Anak Bunda anak yang baik."

"Nggak, Bun. Aku jahat." Gumam Soojin.

"Cerita sama Bunda sini," Bunda merangkul Soojin agar mendekat padanya. Soojin langsung bercerita mengenai apa yang dialaminya semalam. Juga tentang semuanya mengenai dirinya, Jonghyun, dan Jinhyuk pada Bunda. Dia memutuskan untuk cerita semuanya ke Bundanya karena tidak tahu lagi harus bercerita sama siapa.

Pelarian terbaik untuk saat ini hanyalah ibunya sendiri.

"Aku cuma mau melindungi diri sendiri, tapi aku nggak sadar udah nyakitin mereka, Bun..." Lirih Soojin. "Apalagi Kak Jonghyun..."

Bunda memeluk anak sulungnya tersebut dan mengusapnya lembut. Anaknya sedang kalut luar biasa. Sekali lagi anaknya menangis karena masalah laki-laki. Namun dengan inti masalah yang berbeda.

"Aku jahat, 'kan?"

Bunda nggak menjawab dan hanya menyeka air mata yang keluar dari kedua mata Soojin. "Jangan nangis lagi, Sayang."

"Bunda nggak jawab..." gumam Soojin. "Berarti aku emang jahat. Pantas aku dimaki-maki."

"Bunda nggak bisa nyalahin siapapun di sini, Kak." Kata Bunda. "Nyatanya kamu punya alasan sendiri kenapa kamu kayak gini. Meskipun kamu nggak sadar kalau alasanmu menyakiti orang, Kak."

Disaat yang bersamaan, Soojin dan Bunda melihat taksi berhenti tepat di depan indekos. Jonghyun baru turun dari taksi tersebut. Soojin segera melepaskan diri dari rangkulan bundanya.

"Aku mau ketemu Kak Jonghyun dulu, Bun!" Bunda menatap punggung anak gadisnya dengan iba. Bahkan gadis itu nggak sadar kalau dia memakai dua sandal yang berbeda di masing-masing kakinya.

Karena nggak mau mengganggu, Bunda memilih untuk menunggu di dalam.

***

"Kak!!"

Jonghyun sempat menoleh sebentar dan mendapati Soojin sedang berlari kearahnya. Jika biasanya laki-laki itu akan berubah antusias, sekarang kebalikannya. Dia nggak peduli dan memilih untuk membuka pintu pagar indekos.

Setelah melihat foto gadis itu dengan Jinhyuk dan membaca chat dari Seongwoo.

Melihat sosok gadis itu membuatnya merasa semakin bodoh. Dia merasa dibodohi dan dipermalukan.

[BRODUCE TIME] Home // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang