23.Tentang Adhena.

460 38 0
                                    

Hari ini merupakan hari dimana Dhena untuk pertama kalinya mengikuti acara kampus yang sejak SMA dia impi impikan. Jaket bomber berwarna pink lembut, sudah membaluti tubuh kecilnya, ditambah syal merah marum bercorak bunga lily putih milik mamanya, yang melilit lehernya yang kata orang orang gak ada jenjang jenjangnya sama sekali. Anjir memang, tapi gak mungkin nyangkalkan? Karena dilihat lihat memang benar.

Kepulan asap ikut juga terus menguap keluar dari mulut gadis itu, karena waktu masih menunjukkan pukul 5 dini hari. Dingin cuy.

"Lama banget sih bang Jos," gerutu Dhena pada orang yang sama sekali belum menunjukkan tanda tanda kehadirannya.

Sudah terbilang 15 menit dia menunggu abangnya itu bersiap siap, namun tak jua muncul. Tidak tahu ajah abangnya, kalau Dhena benci yang namanya menunggu.

Hingga tepat saat dia asyik memikirkan abangnya, mobil sedan berwarna biru tua gelap ikut keluar dari balik pagar beton menjulang yang berada tepat didepan rumahnya. Dari balik kemudi mobil itu, tampak jelas sosok Arka yang menatap dirinya sebentar, sebelum akhirnya fokus pada arah jalanan.

Sejenak Dhena terperangah, baru pertama kali melihat sosok itu mengemudikan mobil. Dan kalau boleh jujur, sosok itu tampak sedikit.... Keren bagi Dhena. Bukan bukan hanya sedikit, tapi banyak berkali kali lipat. Dhena gak mau jadi munafik.

Tadinya Dhena kira Arka akan berhenti didepannya, lalu menawari tebengan untuknya. Namun, cowok itu tampak masih memberi sinyal permusuhan bagi Dhena. Apa boleh buatlah, salah Dhena juga.

"Ayok," suara bariton akhirnya mengintrupsi Dhena agar segera tersadar. Kemudian, dilihatnya mobil Joshua sudah berhenti tepat didepannya.

Dhena segera bergerak membuka pintu mobil, lalu duduk disebelah bangku kemudi abangnya.

"Lama banget bang! Untung gak jamuran ajah gue," sentak Dhena yang disambut kekehan kecil dari Joshua, sebelum akhirnya menyalakan mesim mobil.

"Kok, cuman ngantar ajah rapi gini bang?"
Baru Dhena sadari penampilan Joshua yang nampak bergaya hanya untuk mengantar dia ke kampus. Belum lagi harum parfum berwangi maskulin khas abangnya menyeruak keindra penciuman gadis itu.

"Supaya gak malu maluin adek gue kalau dilihat temannya nanti." papar Arka sedikit terkekeh.

Dhena hanya menggeleng geleng saja melihat sikap Joshua. Dia kira Dhena bodoh apa, gak tau maksud tampilan abangnya? Gini gini nilai SBM Dhena tinggi tau.

"Bilang ajah, deh bang kalau lo mau TP TP sama teman gue." ujar Dhena menekan kata TP TP.

Lagi lagi Joshua hanya dapat tertawa kecil, sambil menoleh sekilas pada adiknya itu.

"Makin pintar, yah adek gue." jawab Joshua lucu.

"Bodo amatlah bang."

"Jangan lupa pesan gue, makan teratur, minum apalagi, jangan begadang cuman karna oppa oppa loh yang suka makan plastik itu. Apalagi sampe nangis, karna tingkat kebaperan lo yang tinggi. Takutnya dikira setan sama dosen. Makein orang selang infus itu yang benar, apalagi makein jarum suntik gue masih ingat tangan gue sampe biru biru karna lo salah suntik." oke fix, pidato panjang lebar Joshua benar benar menyentuh mata, hati, dan telinga Dhena untuk segera meninju abangnya itu pake spatula mamanya. Kalau bisa pake sepatu pentofel papanya yang belum dicuci satu minggu itu.

"Makin lama, makin ngeselin banget, sih bang. Pantesan kak Key gantungin kayak jemuran." cibir Dhena membawa nama gebetan abangnya selama 2 tahun terakhir.

"Yang ada gue yang gantungin goblok!" sela Joshua tak terima ucapan Dhena.

"Awas ajah diambil maling."

Tentang Adhena (Complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang