26.🎡-Perencanaan Sera

82 8 12
                                    

🎡Banyak orang keliru hanya dengan ucapan manis🎡

"Gimana? Lo udah siap?" Tanya Sera kepada seseorang di hadapan nya.

"Gue siap buat bales dendam, dan bikin dia mati!" Jawab nya lalu menoleh ke arah jendela yang memperlihatkan banyak orang yang sedang berlalu lalang di jalan tersebut.

Senyuman licik sudah menghiasi wajah keduanya dari pagi tadi, "gimana cara kita nge bunuh dia? Apa harus gue suruh bawahan gue buat ikut bergerak nyelakain dia?" Sahut gadis dihadapan Sera.

"Dan gue suruh pakai pisau buat potong nadinya, dan hilangin nyawanya" lanjut gadis itu kembali.

Sera yang mendengar pernyataan tersebut lantas menggeleng cepat, tak satu pemikiran dengan ide gadis di hadapan nya.

"Kita cuman butuh, patahin semangatnya, jatuhin mentalnya, dan buat dia mati dengan sendirinya" ujar Sera. "Lo harus bisa bedain mana pemikiran pembunuh bayaran dan pembunuh profesional. Kalo dia mati dengan cara opsi kedua, itu bakal bikin polisi berpendapat kalo dia meninggal karna kasus bunuh diri yang disebab-in karna dia punya beban hidup yang berat dan mutusin buat selesain hidup nya" Sera menyunggingkan senyum saat mengucapkan kata terakhir, bukan senyum manis yang dia lengkungkan melainkan senyum yang licik.

Gadis dihadapan Sera langsung mengangguk setuju, apa yang dikatakan Sera benar dan ia juga tidak perlu repot-repot menutupi ataupun menyuap pembunuh bayaran agar tidak membeberkan kasusnya. Dengan begitu pembalasan dendam ia bisa terlunaskan, dengan begitu drama ini akan cepat terselesaikan.

"Tapi, Ra. Apa lo gak berpikir kalo ternyata polisi bisa nyelidikin semua nya? Dan ternyata ada seseorang yang selalu merhatiin kita yang ngelakuin hal gini" ujar gadis berambut sebahu itu tiba-tiba.

"Lo berpikir terlalu jauh, permainan yang kita lakuin pun belum sampai di titik klimaks nya. Tapi lo juga harus tenang, gue nggak akan seceroboh itu sama rencana kita kalo ternyata udah kita lakuin. Yang kita lakuin cukup nikmatin pertunjukkan ini di belakang, setelah pertunjukkan ini selesai kita sambut dengan tepuk tangan paling meriah dan berdiri paling depan waktu ngerayain semua itu" ujar Sera

"Lo bener-bener psychopath, jauh dari ekspetasi gue" ujar gadis itu disertai dengan seringai licik di wajahnya.

Rencana nya memang benar-benar sudah matang membuat Sera dan gadis di hadapan nya penasaran dan gemas untuk mengetahui bagaimana respon yang akan ia terima dari dia.

🎡🎡🎡

"Al!" Teriak Athifa, teriakkan nya memenuhi koridor rumah sakit yang masih sepi.

Alaska menoleh, lalu tersenyum tipis melihat kehadiran Athifa yang sibuk berlari, dibelakang nya ada satu cowo jangkung yang ikut sibuk mengejar langkah Athifa. Alaska mengusap wajah nya pelan, dengan gesit langkah kaki nya membawanya mendekati kakak perempuan yang masih sibuk berlari.

"Bunda beneran sadar, Al?! Keadaan bunda gimana sekarang, Al?! Bunda nggak kenapa-kenapa kan, Al?!" Athifa langsung menyambut Alaska dengan berbagai pertanyaan tentang keadaan bunda.

"Bunda udah sadar, dan lagi tidur sekarang. Dari tadi bunda nanyain kak Athifa, katanya mau ngomong. Ada sesuatu yang penting mau bunda omongin sama kita" jelas Alaska.

Mata Alaska sudah memerah sejak ia datang ke rumah sakit, bibir nya yang berwarna merah segar terlihat lebih pucat sekarang, rambut nya tidak berubah, masih berantakan. Senyuman Alaska bukan lagi mengartikan dia baik-baik saja seperti kemarin namun mengartikan bahwa itu keterpaksaan untuk menenangkan semua nya.

Athifa menatap lekat mata Alaska, tatapan Alaska kali ini tidak terlihat meneduhkan seperti biasanya namun lebih terlihat ia sudah terluka sangat jauh saat ini, dan bodoh nya Athifa baru menyadari ini sekarang.

"Gue terlalu egois ya, Al?"

"Maksud lo?"

Kafeel yang dari tadi diam di sebelah Athifa memilih untuk mundur dan berjalan pergi karna rasanya topik yang akan dibahas oleh Athifa akan lebih serius dan sensitif.

"Bilang kalo gue egois, Al!" Ujar Athifa. "Bilang kalo gue egois karna terlalu mikirin diri gue dari kemarin, dan lupa soal keadaan bunda dan lo! Gue kira gue emang lagi di ambang bahagia kemarin. Penyakit bunda itu cuman ilusi yang gue buat karna kecapekan sama semua nya, Gue selalu bertindak kalo gue nggak punya beban apapun dan itu udah buat nge-bohongin semua orang, Al. Gue kenapa? gue udah jadi pembohong dan egois sekarang, Al" Athifa terisak saat mengucap kan kalimat terakhir.

Alaska hanya diam, membuat Athifa mengguncangkan bahu lebar nya.

"Bilang sama gue, Al. Bilang kalo gue udah se-egois ini, lupa soal lo dan bunda dan terlalu mikirin diri gue, Al!"

"Jawab gue, Al!"

"Lo emang egois kak, bener-bener egois"

Athifa semakin terisak, tubuh nya terjatuh pelan-pelan seakan-akan kaki nya sudah seperti jelly dan tak mampu menopang tubuhnya.

"Lo egois karna lo juga udah bohong sama gue, lo bohong sama ucapan lo, lo bohong karna selalu bersikap baik-baik aja depan gue, dan lo juga...udah bohong soal ikatan...persaudaraan kita, kak"

"Kita bukan saudara kandung kan, kak?"

Salam hangat
Pacar halu Tom Holland

Athifa - s e l e s a i -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang