"Kau mau kemana?" tanya Mauve pada Zayn yang seperti sedang terburu buru mencari pakaiannya di dalam closet. "Lagi Zayn?""Dengar Mauve, aku punya banyak urusan. Aku tidak punya waktu untuk berdua denganmu," ucap Zayn lalu mengambil coat miliknya yang menggantung.
"Zayn, aku tidak meminta banyak darimu. Aku hanya butuh waktumu. Itu saja," lirih Mauve. Akhir-akhir ini dia sangat jarang menemui Mauve bahkan meluangkan waktunya saja. Yang Mauve harapkan Zayn selalu ada di dekatnya agar tidak ada kesempatan untuknya memikirkan seseorang yang sudah seharusnya ia lepas, tapi yang ada Zayn justru seperti memberi ruang pada Harry dan Mauve untuk bersama.
"Aku tidak berniat mencampuri urusanmu ataupun mencurigaimu, tapi kau benar dekat lagi dengan Stella."
"Dia hanya temanku, Mauve. Aku berurusan lagi dengannya karena dia seorang Model dan aku sedang bekerja sama dengannya," ucap Zayn dengan penuh penekanan. Ia sedang duduk sambil memasang sepatunya sedangkan matanya memperhatikan Mauve yang masih berdiri di depannya.
"Zayn kalau ada apa-apa aku mau kau yang mengatakannya langsung padaku, aku tidak mau mendengarnya dari orang lain," ujar Mauve. Zayn tidak memperhatikan Mauve yang sedang bicara. Zayn menarik selimut dan melempar bantal ke sembarang arah untuk mencari ponselnya, sampai sampai ia tiarap di atas lantai untuk mencari ponselnya yang mungkin jatuh dan akhirnya terselip di bawah tempat tidur.
"Kau lihat ponselku." Mauve langsung menyodorkan ponsel milik Zayn yang dari tadi memang ia pegang. "Seriously? Kau memeriksa ponselku."
"Aku tidak akan melakukan itu. Saat kau mandi aku mengangkat telepon dari temanmu, katanya Stella sedang menunggumu."
"Terima kasih," kata Zayn dengan mengambil ponselnya. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya lalu pergi sedangkan Mauve masih diam di tempatnya mengharapkan Zayn menjelaskan yang lebih padanya.
Selang beberapa menit Zayn meninggalkannya, seseorang mengetuk pintu kamar. Mauve mendiaminya karena tahu kalau itu adalah adiknya. "Chamomile. . ."
"Zayn kemana?" tanya Amélie. Ia membuka pintu kamar setengah dan mengintip di balik celahnya. Ia belum mau masuk sampai Mauve mengizinkannya melangkahkan kakinya untuk melewati pintu.
Kemarin Mauve meminta Amélie menemaninya tinggal di Mansion milik Zayn dengannya karena tak mau kesepian dan sebelumnya dia sudah memperkirakan kalau Zayn akan meninggalkannya lagi. "Aku boleh masuk."
"Boleh atau tidak." Amélie melangkahkan satu kakinya ke dalam kamar, sedangkan satunya lagi masih berada di luar, membuatnya terlihat konyol. Mauve tak kunjung menjawab dan melihat kelakuan adiknya itu, dengan begitu Amélie masuk saja tanpa perlu mendapatkan persetujuan Mauve. "Lama. Boleh saja ya."
Amélie mendekati Mauve, ia membungkuk mendekatkan wajahnya pada Mauve berniat menggoda kakaknya itu. Sama saja, raut wajah Mauve tidak mendukung niat Amélie yang ingin menghiburnya. Dengan terpaksa ia hanya duduk di samping kakaknya itu. "Kau kenapa."
Mauve mengangkat kedua bahunya. "Tidak apa-apa. Paling sebentar lagi aku akan baik-baik seperti semula."
Amélie menjentikkan jarinya, seperti ia baru saja menemukan sesuatu yang luar biasa dari dalam kepalanya. Amélie meletakkan kedua tangannya pada bahu Mauve memaksanya untuk menghadap padanya. "Bagaimana kalau kita belanja."
Mauve langsung menggeleng. "Tidak."
"Oh please." Mauve menyapu wajah adiknya itu. Karena kesal Amélie menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai membuat lantainya berbunyi selagi ia berjalan keluar. "Kalau begitu kau pergi saja dengan mantan selingkuhanmu itu, daripada kau tinggal di sini dan akhirnya menangis menunggu Zayn pulang. Aku juga mau pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chamomile
Humor[✔ ️| zayn malik & harry styles fanfiction] ❝Aku memohon padamu dengan sangat, kalau kau memang tidak benar-benar menyukai Mauve, jangan membuat Mauve sampai menyukaimu.❞ [publish: jun 2019 - sep 2019] Copyright © 2019 by tychilaude