Vier

163 22 1
                                    

Butir-butir air membasahi dedaunan yang semalaman terguyur hujan, kini air tersebut memantulkan cahaya matahari pagi, tampak berkilau dan bening. Sebelum akhirnya menetes jatuh ke rumput lembab karena tempat air tersebut berdiam di daun tidak stabil, angin bertiup lembut menggoyakan ranting-ranting kecil. Kicau burung pun terdengar melintas saat Kris membuka jendela, sayangnya tidak ada suasana cerah di sini, aura duka masih sangat tinggi. Berbalik, ia melihat sosok yang sejak semalam terbaring dalam tidur—atau lebih tepat dikatakan belum sadar sejak tidak bisa menahan beban atas kematian Donghae.

"Sehun," panggil Kris, ia mendekati tempat tidur lalu menjulurkan tangan untuk membelai rambutnya disana. Tidak ada hasrat apapun, ia paham luka yang dirasakan Sehun pasti begitu besar. Ia pun tidak bisa membatu sejak kesedihannya sendiri saja belum berakhir.

"Kris?"

Suara pemuda awal dua puluh tahunan itu membuat Kris menoleh, "Suga?"

"Kris, sebaiknya Anda ke bawah, biar saya yang menemani Sehun disini,"

Kris mengangguk, "Jika dia tidak sadar juga, panggil dokter untuk ke sini."

"Baik,"

Meninggalkan kamar tersebut, Kris menuruni tangga lalu menuju ruang dimana peti mati Donghae disemayamkan. Sudah banyak orang berdatangan untuk melakukan penghormatan terakhir. Beratus bunga lili putih mengelilingi peti hitam tersebut, yang tentunya masih akan bertambah banyak lagi mengingat banyaknya relasi dan seluruh kenalan, juga karena nama Donghae yang terkenal sebagai eksekutif yang memimpin perusahaan jajaran atas di Jepang.

Kris lalu ikut duduk di deretan terdepan dimana keluarganya berada. Ia pun sudah menghubungi agensi juga seluruh sahabatnya di London sejak semalam, maka tidak heran saat hari beranjak siang ia kemudian melihat kehadiran Baekhyun, Mark, Bambam, V, beserta managernya—Jackson, tidak terkecuali Jimin, manager V. Bahkan satu orang yang tampak berseteru dengan V karena urusan pribadi mereka sendiri—Mingyu, juga hadir, ia baru tahu jika sosok pengusaha di bidang manufacture di London itu ternyata adalah relasi bisnis kakaknya.

"Kris, kami turut berduka." ucap Baekhyun pelan.

"Terima kasih, kau menyempatkan datang. Dan kalian juga,"

Mereka hanya saling menganguk, baik Baekhyun atau yang lain baru pertama kalinya menyaksikan Kris seberantakan ini, bukan penampilan karena suit hitam dan rambut terikat masih membuat wujud luarnya baik-baik saja—tapi ekspresi kehilangan yang terpancar di wajah Kris, itu membuat Baekhyun ikut merasakan duka mendalam.

Kemudian seluruh upacara pemakaman berajalan lancar, seluruh prosesnya tidak ada halangan. Seluruh keluarga memang tidak menunggu Sehun, karena keadaan tunangan Donghae tersebut tidak memungkinkan.

Dan ketika malam sudah kembali menampakkan gelapnya, setelah Kris kembali dari Narita mengantar teman-temannya yang langsung kembali ke London—kecuali Baekhyun yang memutuskan tinggal. Akhirnya Sehun membuka mata. Namun sama sekali belum bisa diajak berkomunikasi, ia hanya bungkam—seluruh sikap ramah, dan lembut, serta senyum manisnya sirna. Jangankan Kris, bahkan Suga yang merupakan adik kandung Sehun saja tidak berhasil mengajak bicara Sehun.

Gagal membujuk Sehun, Kris kembali ke ruang keluarga dimana Baekhyun duduk di sofa sambil memindah-mindah channel tv. Ikut duduk di sana, Kris kemudian menyandarkan tubuhnya pada pemuda itu, "Terima kasih, Baek, padahal jadwalmu sendiri padat."

Selene 6.23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang