"Kak Anza ...."
Seorang siswi berseragam putih biru dengan tanda pengenal peserta PLS menatap Anza malu-malu. Disodorkannya sepucuk surat beramplop merah muda kepada Anza.
"Terima kasih," ucap Anza menerima surat itu. "Semoga betah sekolah di sini, ya," tambahnya sembari mengulas senyum.
Siswi itu menunduk guna menyembunyikan senyum malu-malu serta rona kemerahan yang tercetak jelas di kedua pipinya. Lantas dia buru-buru berlari menuju ke teman-temannya yang menyambutnya dengah kekehan ringan menertawakan kelakuannya. Melihat itu Anza hanya tersenyum. Surat pemberian siswi tadi disimpan Anza dengan belasan surat bersampul merah muda lain yang dirinya dapatkan.
"Dapat berapa surat, Za?" Suara Damar terdengar bersamaan dengan lengannya yang merangkul bahu Anza.
"Belum dihitung," jawab Anza sekenanya.
"Punya gue juga belum dihitung sih. Tapi kayaknya dapat lebih dari 20," pamer Damar membuat Anza hanya mampu menggeleng pelan sembari berdecak.
Ia tidak begitu dekat dengan Damar pada mulanya. Akan tetapi, sejak insiden Damar mengajak Elbi menonton film, pemuda itu selalu saja berada di sekitar Anza. Damar bahkan cukup akrab dengan Zuhdan. Sehingga tidak jarang Anza menghabiskan waktu luangnya dengan Damar sejak tahun ajaran lalu.
"Kalau surat amplop hitam, dapat nggak?" tanya Damar penasaran.
Anza menunjukkan sebendel surat bersampul merah muda yang dikumpulkannya. "Sejauh ini belum ada."
Damar mengangguk pelan, mengakui kalau Anza memang cukup popular di kalangan siswa baru sekolah mereka. Pandangan Damar tiba-tiba beralih pada jarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Salah seorang panitia PLS seperti Damar dan Anza baru saja menerima sepucuk surat bersampul hitam. Dari cukup banyaknya surat bersampul hitam di tangannya, Damar yakin kalau panitia tersebut akan memecahkan rekor penerima surat bersampul hitam terbanyak.
"Anjani dapat surat benci banyak amat." Komentar Damar membuat Anza mengalihkan pandangan. Benar kata Damar. Anjani mendapatkan surat bersampul hitam sebanyak surat bersampul merah jambu yang didapatkan Anza.
Surat bersampul merah jambu dan surat bersampul hitam merupakan salah satu tugas yang harus disiapkan oleh para siswa baru. Setiap siswa wajib menyiapkan sepucuk surat bersampul merah muda dan sepucuk surat bersampul hitam untuk kakak kelas yang menjadi panitia PLS. Surat beramplop merah jambu untuk panitia yang paling disukai dan surat beramplop hitam untuk panitia yang paling tidak disukai.
Biasanya panitia yang mendapat surat beramplop hitam akan menunjukkan wajah masam karena merasa tidak disukai oleh adik kelas mereka, tetapi tidak untuk Anjani. Gadis itu terlihat tenang, bahkan mengucapkan terima kasih sekalipum diberi surat beramplop hitam. Hal itu membuat si pemberi surat berakhir merasa tidak enak dan terlihat salah tingkah.
Anza masih memperhatikan Anjani, sampai akhirnya gadis itu menyadari keberadaannya. Bukannya memalingkan pandangan karena terpergok tengah memperhatikan Anjani sejak tadi, Anza justru membalas tatapan tidak bersahabat yang selalu Anjani berikan kepadanya. Sudah satu tahun mereka saling mengenal, mengapa Anjani masih saja memusuhi Anza?
"Oh, iya!" Seruan Damarlah yang berhasil memutus tatapan Anza dengan Anjani yang telah berlangsung beberapa detik. "Gue sampai lupa kalau mau kasih tahu lo sesuatu!"
Damar terlihat bersemangat. Hal itu tidak membuat Anza penasaran, tetapi justru membuatnya khawatir. Biasanya kalau penuh semangat seperti ini, Damar tidak akan memberikan kabar buruk. Karena pada dasarnya Damar suka mengganggu Anza. "Gue lupa tadi mau kasih tahu lo, kalau sekarang Elbi lagi nostalgia sama mantan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Anza
Teen Fiction"Yakin lo cuma nganggep Anza kayak Binno?" Elbi mengangguk tanpa ragu. "Yakin?" Pertanyaan diulang. Elbi mulai memikirkan kembali. Iya. Benar. Benar begitu?