Goal 01 - Cinta dan Ambisi

34 0 0
                                    

Terkadang mewujudkan impian menjadi kenyataan tak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan, sudah banyak orang yang jatuh, dan tak bisa bangkit lagi hanya karena menemui jalan terjal di depan mata mereka. Namun, tak sedikit juga orang yang bangkit kembali mengejar impian lamanya karena hal yang sepele, dan tak terduga. Itulah kisah yang dialami oleh Jonathan Lie, seorang pemuda yang sejak kecil menggantungkan impiannya kepada sarung tangan kiper, dan karena pelbagai hal membuatnya banting stir menjadi penjual nasi goreng. Inilah kisah tentang seorang pria yang mengejar kembali impian lamanya hanya karena hal sederhana, yaitu cinta.

Malam hari, tanggal 21 Januari 2020, seperti biasa kedai nasi goreng Jonathan kedatangan seorang pelanggan setia. Namun, kehadiran pelanggan kali ini tidak membuat Jonathan merasa senang karena hampir sebulan ini, pelanggan tersebut datang dengan maksud tujuan tertentu disamping ia memesan nasi goreng Jonathan yang terkenal lezat hingga seantero kelurahan. Pelanggan tersebut tak lain adalah Johan Wijayanto, teman Jonathan sejak mereka masih TK.

"Mau pesan apa!?" jawab Jonathan dengan nada ketus. Sejujurnya, penampilan Jonathan sendiri terlihat menakutkan, seolah-olah ia memiliki aura sebagai mantan preman. Ia memiliki mata sipit yang tajam, serta bentuk alis yang mengerut ke tengah, dan pinggirannya menukik ke atas. Selain itu, yang menjadi ciri khas-nya adalah rambut panjang sebahu yang dicat pirang. Sebenarnya, rambut Jonathan itu tidak lurus, melainkan jabrik, hanya karena rambutnya diikat, dan ditutupi oleh kain saat sedang berjualan nasi goreng sehingga jabriknya tak terlihat.

"Nasi goreng spesial seafood ekstra pedas, makan di sini!" Johan pun menjawabnya tanpa mempedulikan sikap dingin Jonathan. Secara visual, penampilan Johan terlihat rapih dengan gaya rambut ala regent. Jika dilihat, tubuh Johan mulai terbentuk dengan dada yang bidang, serta tangan yang kekar sebagai hasil latihan gym selama enam bulan ini. Namun sayangnya, penampilan itu ternodai oleh perutnya yang buncit. Bisa jadi perutnya bisa seperti padahal nge-gym itu karena tiap malam Johan selalu mampir ke kedai nasi goreng. Hari ini, ia menggunakan baju polo berkerah warna merah dengan tulisan 69 di dada kirinya. Bawahannya menggunakan celana jeans panjang berwarna biru tua. Sudah seperti menjadi kebiasaan, selepas pulang bekerja, Johan langsung mampir ke kedai nasi goreng Jonathan demi mengisi lambungnya yang berbunyi setelah lelah membanting tulang seharian. Johan bekerja di sebuah pabrik produsen tahu sebagai pembuat tahu.

"Silakan ditunggu!" Jonathan dengan cekatan langsung menyalakan kompor, memanaskan minyak goreng, dan menyiapkan bahan-bahan yang akan diolah menjadi nasi goreng spesial yang menjadi menu favorit pelanggan.

"Tumben warung lu sepi?" celetuk Johan.

"Lu sendiri tumben makan di sini, biasanya dibungkus?" tanya balik Jonathan yang sedang menggoreng telur mata sapi sebagai pelengkap nasi goreng pesanan Johan. Sebenarnya, Jonathan sudah tahu maksud, dan tujuan Johan datang ke warung nasi gorengnya.

"Gue mau ngajak lu gabung ama klub gue," jawab Johan. "Tahun ini kita diinstruksikan sama Ketua Pembina agar klub ini menjuarai Liga CK2L, dan bisa promosi ke Liga Kabupaten tahun depan. Untuk itu, klub kami sedang membangun kekuatan dengan mencari beberapa pemain, salah satunya berposisi kiper. Gue yakin kalo lu jadi kiper kami, keinginan Ketua Pembina kami bisa terwujud. Gimana? Nggak nolak, kan?"

"Nggak! Makasih!" jawab Jonathan tanpa perlu berpikir panjang.

"Lah! Kok gitu!?" terkejut Johan sambil melabrak meja. "Kalo bukan lu, siapa lagi yang mau jadi kiper gue? Lalu, gue juga mesti cari kemana lagi? Kiper gue yang sekarang aja tahun ini udah pindah klub. Gue udah nyari hingga kepelosok RT/RW di sekitar sini, tapi nggak ada yang mau jadi kiper gegara klub kami nggak pernah juara, dan dicap sebagai klub medioker."

"Gitu? Mereka aja nolak, apalagi gue?" celetuk Jonathan. "Lelagi, kenapa harus gue? Dikira gue nggak sibuk kali pake ngurus bola segala!"

"Ayolah! Cuma lu harapan gue satu-satunya." Melihat tanggapan Jonathan yang makin apatis, membuat Johan panik. "Kalo lu nolak, gue nggak tau harus berbuat apalagi, dan gue juga nggak tau harus bilang apa ke bos gue."

GO LIE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang