Saat takdir menginginkan kenangan itu kembali. Siapa yang bisa menahan kuasa Ilahi. Takdir itu penuh kejutan.
"Rania." Ucap pria yang memaku di sampingku yang berjarak 2 meter. Seperti tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat.
Aku menoleh dengan mata yang membulat sempurna. Sungguh jantung ini berdetak tak wajar, jika tidak ada pelindung mungkin sudah keluar dari tempatnya. seperti ada sengatan dari ujung kaki hingga ubun-ubun. Rasanya aku ingin lenyap dari sini.
"Mas Firman." ucapku yang hampir tak mampu aku dengar sendiri suara ini.
Aku harus menguasai diri, aku harus segera pergi dari sini. Namun, aku seperti melihat hantu, kelu. Kini dia sudah menghampiri ku. Dia menatap dalam manik mata ini.
"Hai, Ran."
"Maaf?" ucapku berusaha mengontrol diri
"Aku udah dilupakan ya?" ucap Mas Firman sedikit tersenyum. Terlihat senyum itu dipaksakan. Senyum itu menunjukkan deretan giginya yang rapi, senyum yang sudah mulai aku lupakan.
"Ya, ku rasa." Ucapku berusaha sesantai mungkin.
Sungguh apa yang di rencanakan takdir untukku. Saat diri ini sudah benar-benar mampu melupakan, kenapa kembali. Dia fikir mudah menjadi aku, yang di tinggal tanpa penjelasan. Surat undangan pernikahan itu tidak bisa mewakilkan apapun. Hanya kepedihan dan luka yang mendalam. Harus terbuka kembalikah luka yang hampir tanpa cacat ini.
Perbincangan berlanjut di sebuah cafe, karena tujuanku memang makan siang di cafe ini. Namun harus hancur karena pertemuan ini.
"Apa kabar?" ucapnya yang penuh basa-basi
"Seperti yang Mas lihat."
"Ya semua terlihat jauh lebih baik..."
"Sangat baik." ucapku menegaskan dengan memotong omongannya
"Benar sangat baik dan cantik. Jauh berbeda saat terakhir kali kita bertemu." dia berusaha bersikap biasa saja, walau sangat terlihat kegugupan di sana.
"Kenapa mencariku?"
Dia tertawa, entah apanya yang lucu. Kenapa juga aku masih tegang dan kalau jujur aku masih butuh penjelasan makanya aku manut saja saat dia ajak duduk di cafe ini.
"Kamu lucu, Ran. Ini kota wisata, siapa saja boleh berkunjung di sini."
Astaga aku mempermalukan diri sendiri. Kenapa jadi oon gini. Dia melihat ku tanpa ekspresi.
"Ok, maaf. Kamu benar, aku memang selalu mencarimu. Tapi aku tak menyangka aku bisa menemukanmu di sini."
"Maaf aku harus pergi." ucapku yang tidak ingin mendengar kekonyolan gila ini. Kenapa juga ngak minta maaf, ini malah berlaku seolah semuanya baik-baik saja dan biasa saja. Saat aku akan pergi, dia menahan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔
RomansaMengisahkan seorang wanita yang berusaha lepas dari kisah cinta masa lalu. Menata hidup tanpa hadirnya seseorang yang akan memberikan perhatian. Saat dia mampu mengubah hidupnya, sosok masa lalu kembali hadir membawa cinta yang pernah mati. Di saat...