Bab 1

1.8K 70 0
                                    

Indira Sastrawijaya. Si bungsu cantik Putri Dari Ir. Sastrawijaya itu adalah kembang desa. Selain cantik, ia juga cerdas dan rajin. Setelah menamatkan sekolah menengah akhir-nya, ia memutuskan untuk membantu ayahnya mengurus peternakan dan bisnis milik keluarga. Semenjak ibunya meninggal, hanya ialah yang telaten mengurus seluruh rumah dan bisnis keluarga dibantu kakak laki-lakinya. Tak heran, ayahnya begitu menaruh hati padanya.

Pertemuannya dengan Stefano hari ini membuatnya terus-terusan memikirkan laki-laki itu. Stefano jelas-jelas bukan pribumi sepertinya. Matanya yang biru, berpendar indah dengan sinar tajam dan memikat. Kulitnya tidak putih, namun kecoklatan seperti beledu dan terlihat kokoh di tubuhnya yang tegap. Rahangnya yang tegas semakin menggiurkan dengan tambahan jambang dan kumis tipisnya. Lelaki itu begitu sempurna.

Ia kembali mengingat janji Stefano untuk datang kemari lagi. Tiba-tiba ia bersyukur bisa memiliki Silver Blaze.
Tak lama kemudian, ayahnya datang. Ia sadar bahwa putrinya sedang merenungkan sesuatu. Bukan kebiasaan putrinya untuk berdiam lama didalam kantor pribadinya.

"Apa ada masalah, sayang?" tanya Tuan Sastra sambil meremas bahu putrinya lembut.

"Ayah, istirahat sana. Aku baik-baik saja," jawabnya ramah.

"Bagaimana dengan Stefano, apa dia berhasil mendapat kuda yang dia suka?"

"Ya, ayah. Dia memilih Silver Blaze ku," jawab Indira seraya menyilahkan ayahnya duduk di kursi yg ia duduki tadi.

"Kamu tidak keberatan, kalau kuda itu dibawa olehnya?"

"Tidak ayah, kalau Silver Blaze bisa berguna untuk Stefano, kenapa tidak?"

Ayahnya mengangguk setuju.

"Ayah, Stefano memintaku memanggilnya begitu. Dia bilang kami seumuran."

"Ya, Tuan Muda itu berumur 20 tahun, nak. Tapi karena bakatnya dalam berbisnis, ia mampu membangun perusahaannya sendiri. Hal itu terkadang membuat orang tidak percaya bahwa ia masih muda."

Indira terpesona. Stefano rupanya seusia dengan kakak laki-lakinya, Aryasta Sastrawijaya.

"Kenapa ayah menyebutnya tuan muda?" tanya Indira penasaran.

"Dia putra tunggal rekan kerja ayah sesama pebisnis. Ayahnya adalah seorang baron dari Italia. Stefano sendiri lahir di Italia. Mereka hanya mencoba tinggal menetap disini beberapa tahun, sampai bisnisnya selesai. Setidaknya, hanya itu yang ayah tau, nona kecil," jawab ayahnya. Indira tersenyum.

"Jadi, apa gadis kecilk-u ini tertarik pada pesona sang Tuan Muda?" tanya ayahnya sambil melirik menggoda.

"Aku hanya bertanya, Ayah!" ujar Indira tak dapat menutup rasa malu-nya, siiringan dengan memerah pipi-nya. Sang Ayah tertawa mendengar putri kecilnya merajuk.

Malam menjelang, Indira belum juga tidur. Ia memikirkan keinginannya untuk kuliah. Ia mengakui bahwa ia bosan akhirnya setelah lama tinggal di desa. Namun ia teringat Ayah dan rumahnya. Indira tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ia jauh dari keduanya. Karena terlalu lelah berdebat dengan pikirannya sendiri, Indira pun tertidur.



Indira sedang berbelanja ke pasar, ditemani pelayannya, Bik Ngatini. Perempuan paruh baya itu sangat suka dengan Indira yang rajin. Indira pun selalu membantunya melakukan pekerjaan rumah. Sebuah delman tiba-tiba berhenti di sisi keduanya yang sedang berjalan pulang. Indira memperhatikan penumpang delman yang seperti dikenalinya. Lelaki berjas krem itu terlihat menyebut namanya.

"Indira."

Indira seketika mengenali suara itu.

"Stefano?"

Bik Ngatini yang berdiri di sampingnya terus diam mengamati sembari menatap dengan rasa keingintauhan yang besar. Stefano mengagguk, menyuruhnya dan Bik Ngatini ikut naik. Sepanjang perjalanan di atas delman keduanya hanya saling diam, sesekali menatap satu sama lain. Sang pelayan hanya tersenyum manis, melihat wajah tampan Stefano. Stefano pun tak bersikap acuh, ia bersikap ramah sekali.

"Ada keperluan apa datang kemari, Stefano?" Tanya Indira menggunakan bahasa-nya sendiri. Baginya, mendengar Stefano berbicara menggunakan bahasanya merupakan hal yang menarik tersendiri.

"Soal yang kemarin, aku sudah memutuskan."

"Kau ingin membawa Silver Blaze?" tanya Indira.

"Ya, aku sudah memutuskan untuk membawa Silver Blaze. Dan aku juga akan membawamu ikut bersamaku, Indira."



GO VOTE AND COMMENT GUYS
INI CERITA PERTAMA KU

Accident Of My Imagination Praised By Her(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang