Festival itu benar-benar dilaksanakan.
Festival yang sedang dilaksanakan di kota Andong ini dihadiri oleh banyak wisatawan, baik itu pribumi ataupun luar pribumi. Desa Andong yang berada di provinsi Gyeongsang Utara ini memang cocok untuk para wisatawan yang ingin pergi berwisata. Terlebih, desa ini memiliki sungai yang mengalir melalui kota disertai dengan airnya yang jernih dan bersih, sungai itu dinamakan Sungai Nakdong.
Di kota Andong terkenal dengan kearifan lokalnya, Seperti; sebagian atap rumah yang masih menggunakan atap jerami. Karena kota ini masih mempertahankan gaya tradisional, UNESCO memasukkan kota ini ke dalam catatan arsitektur bangunan yang mengagumkan.
Daun-daun terkibas angin yang cukup kencang saling bersahutan agar terjatuh bersama.
Kali ini musim gugur telah tiba, angin dingin mulai menusuk kulit tubuh menandakan jika akan turun musim dingin setelahnya. Nayeon yang tengah berdiri di stasiun, mencoba merapatkan jaketnya berharap agar angin tidak akan bisa bisa menyentuh kulitnya. Matanya yang bulat melirik ke arah kiri secara berulang-ulang menunggu kerata jurusan Seoul-Andong cepat sampai di stasiun.
Tangan yang terasa membeku ia gosokkan, sesekali mulutnya meniupkan uap ditujukan pada tangannya yang membeku.
Ketika kereta tiba, Nayeon dengan cepat memasuki kereta lalu terduduk di kursi kosong disana. Nayeon mendudukkan tubuhnya di kursi nomor 5 gerbong C, lalu mengambil posisi yang dekat dengan jendela. Setidaknya udara di kereta tidak seburuk udara di luar sana.
Matanya memicing ketika melihat seorang lelaki berambut coklat terduduk di sampingnya, sekilas Nayeon merasa anah dengan baju yang lelaki itu kenakan. Pasalnya lelaki itu memakai baju pementasan yang terbilang tipis tanpa jaket. Benar-benar lelaki pemberani.
"Tidak membawa jaket?"
Lelaki itu menoleh lalu menggeleng, "Ketinggalan."
"Kau akan pergi ke pamentasan?" Tanya Nayeon lagi.
Lelaki itu tersenyum. "Ne, Akdong mask dance festival."
Mata Nayeon membulat, "aku juga akan kesana."
"Wah, kebetulan sekali. Kita bisa pergi kesana bersama." Nayeon mengangguk menyetujui ucapan lelaki disampingnya ini.
"Kau... Akan melakukan pementasan juga?"
Nayeon menggeleng. "Aniya, aku datang untuk menyaksikan temanku, dia akan menari disana."
Lelaki itu mengangguk, kemudian matanya menatap jam yang bertengger ditangan kanannya lalu menatap Nayeon yang sedang memperhatikan pemandangan di luar jendela.
"Um... Kau bisa tidur, nanti jika sudah sampai aku bangunkan."
Nayeon mengernyitkan dahinya, bingung. "Wae?"
Lelaki itu menggeleng, "Tak apa, hanya saja perjalanan dari Seoul ke Andong akan memakan waktu yang cukup lama."
"Berapa lama?"
Lelaki itu terlihat berpikir, "Um... Sekitar tiga jam lima belas menit."
Nayeon tersenyum. "Tenanglah. Aku tidak akan tidur, mataku ini masih memiliki stock pertahanan yang banyak. Lagi pula, aku ingin melihat pemandangan di luar kereta."
Setelahnya mereka melanjutkan dengan obrolan ringan, dimulai dari membahas tentang acara festival yang selalu diadakan di negara ini hingga tempat para wisatawan yang cocok jika ingin berkunjung di kota ini. Lelaki itu memiliki wawasan yang luas, terlihat bagaimana ia terus menanggapi perkataan maupun pertanyaan random yang Nayeon lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRED [PJM] X [INY]
Teen Fiction[Highest rank: 51] Persahabatan adalah sebuah kebahagian serta kekhawatiran yang berlomba saling mendominasi. Sebuah harapan datang jika memang benar-benar berusaha, terbalaskan hanyalah sebuah pelengkap. Cerita cinta manis dalam kota Seoul. Tenta...