3. Crossed Finger

1.1K 109 33
                                    

Malam itu di kediaman keluarga Adulkittiporn, tampak Gun dan Chimon sedang duduk di meja makan dengan beberapa hidangan di hadapan mereka. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, yang artinya jam makan malam sudah lewat. Namun, hidangan di hadapan mereka sama sekali belum tersentuh.

Satu helaan nafas kasar keluar dari Gun sebelum akhirnya ia menarik piring Chimon dan menuang nasi ke atasnya.

"Pa, kita tidak menunggu Dad?" tanya Chimon.

Gun mengambilkan sepotong ayam goreng untuk diletakkan pada piring Chimon "Dad akan pulang larut hari ini, jadi lebih baik kamu makan sekarang Mon". Ia menyerahkan piring yang telah diisi dengan nasi serta lauk pauk itu kepada Chimon.

"jadi Dad tidak ikut makan malam, lagi?"

Pria itu menyendokkan sedikit nasi pada piringnya sendiri, mengambil beberapa lauk sebelum akhirnya duduk di bangkunya lagi tanpa menjawab pertanyaan anaknya.

Chimon tahu, jika papanya diam itu adalah tanda untuknya diam. Maka ia berusaha untuk menelan makanannya dengan tenang. "Dad sedang sangat sibuk ya, Pa ?"  tanyanya tiba-tiba.

Gerakan tangan Gun terhenti, ia diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan anaknya "ya Dad sangat sibuk, ia sedang mendapatkan banyak proyek sekarang" Gun berusaha memberikan pengertian pada anaknya. Meskipun sebenarnya ia sendiri tak yakin pada jawabannya.

Anak manis itu meletakkan sendoknya dan melipat tangan di atas dadanya "kenapa Dad harus bekerja sekeras itu? kita sudah cukup kaya kan? apakah ia tak bisa sedikit bersantai?" ia mengerucutkan bibirnya. 

Gun terkekeh pelan dengan pertanyaan anaknya, yang sebenarnya lebih terdengar seperti rengekkan "kamu tidak mengerti, Mon". Ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke samping anak lelaki itu dan menariknya kedalam pelukan.

"Dad sangat menyayangi kita, makanya ia bekerja sangat keras agar bisa mendapatkan banyak uang" jelas Gun.

Anak lelaki itu menggeleng dalam pelukannya "aku tidak mengerti Pa, untuk apa uang-uang itu? mereka tidak bisa menggantikan kehadiran Dad"

Ada rasa ngilu di hati Gun saat mendengarnya. Apa yang dikatakan Chimon adalah kebenaran, mereka lebih membutuhkan kehadiran Off saat ini dibandingkan yang lain. Namun, lelaki itu bahkan tak mengerti sama sekali dan tetap menenggelamkan dirinya pada lembaran saham dan surat kontrak kerja. Off lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kertas-kertas mati dibandingkan keluarga kecilnya.

Kenyataan yang semakin mencubit Gun. Memberikan lebam dan rasa sakit pada hatinya. Namun ia kembali mengingat  perbincangannya dengan Newwie tadi siang, ia harus percaya pada Off. Lagi, Gun tak ingin memperlihatkan kesedihannya di hadapan Chimon, itu akan memberikan dampak yang buruk untuk anaknya dan ia tak ingin itu terjadi.

Ia menarik kepala Chimon lebih erat dalam pelukannya dan membelai surai lembut anaknya "Mon, Dad bekerja sangat keras untuk kita, agar dapat hidup layak seperti sekarang. Supaya kita tidak merasakan kekurangan"

Chimon menaikkan satu alisnya "maksud papa?"

Gun mengecup surai lembut Chimon beberapa kali, kemudian menyandarkan lelaki mungil itu di dadanya "Da ingin memberikan yang terbaik untuk Chimon dan Papa, makanya dia bekerja sangat keras" Gun menerawang pada ruang makan mereka, melihat pada perabotan yang mengkilap silau, seolah menertawakan sandiwaranya "untuk Chimon bisa sekolah seperti sekarang, atau untuk Papa agar bisa shopping sampai puas"

Dua orang itu tertawa.

"kalau begitu, aku harus melakukan yang terbaik juga saat di sekolah, untuk membayar perjuangan Daddy" Chimon melepaskan pelukan Gun pada pundaknya, lalu berdiri untuk membereskan sisa makan malamnya. "aku akan belajar lebih giat, supaya nilai-nilaiku naik dan kalian bisa bangga"

[DIVORCE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang