(9) Radhit si pembuat masalah

1.6K 102 4
                                    

Pagi hari yang cerah, mood Bintang hari ini sangat bagus. Dia berjalan menuju perpustakaan sekolah dengan senyumanya yang tak pernah luntur menambah kecantikanya 10% membuat beberapa cowok yang melihat Bintang sedikit mencuri curi pandang.

"Langit? Bumi?" tanya Bintang keheranan melihat Langit dan Bumi turun dari mobil.

Dengan cepat dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpus dan memilih mengikuti Langit dan Bumi yang pergi ke ruang BK. Dia berdiri didepan pintu yang sedikit terbuka membuat Bintang dapat menguping pembicaraan Langit dan Bumi didalam ruang BK.

"Permisi pak, apa kabar?" tanya Langit menyapa pak Teguh yang sudah sangat kenal Langit.

"Eh Langit, ngapain kamu balik kesini?"

Saat sedang enak enaknya mendengar pembicaraan Langit dan Pak Teguh di dalam. Suara deheman cukup keras membuat Bintang terkejut dan menghentikan aktivitasnya.

"Menguping pembicaraan orang itu nggak sopan." ucapnya membuat Bintang menatap cowok itu, dia adalah Radhit. Kandidat ketua OSIS tahun ini yang terkenal dengan kesombonganya.

"Ayo ikut masuk biar pak Teguh tau." ucapnya menarik Bintang untuk masuk ke dalam ruang BK. "Ih lepass, sakit." ucap Bintang sambil mencoba melepaskan tanganya dari genggaman Radhit.

"Bintang." ucap Langit terkejut melihat Radhit dan Bintang masuk.

"Eh ada apa ini?" tanya pak Teguh yang terkejut melihat Radhit yang sedang menggenggam tangan Bintang cukup kuat.

"Pak dia menguping pembicaraan bapak dari luar. Nggak sopan." ucap Radhit membuat Bintang langsung membela dirinya. "Eh engga pak sumpah, dia bohong saya tadi cuma lewat." balas Bintang membela dirinya.

"Sudah sudah jangan beradu argumen, sekarang kalian bubar. Bapak lagi mager urusin kalian." ucap pak Teguh kemudian Bintang langsung menjulurkan lidahnya ke Radhit kemudian dia pergi dari sana. "Ya udah pak saya ke kelas aja." pamit Bintang.

Bintang berjalan keluar dari ruang BK menuju ke kelasnya dengan bergumam tidak jelas. "Dasar Radhit, gara gara dia gue ga bisa tau Langit sama Bumi ngapain ke sini." gumam Bintang dengan kesal dan sekarang di berhenti didepan mading yang ada didekat ruang OSIS.

Cerpen hari ini

Juara Lomba pidato

Kandidat ketua OSIS sementara
1. Radhitya Alan Galenio
2. Faradhita Hanna Margenta

Dari semua isi mading itu, Bintang hanya tidak suka nama Radhit ada disana. Sebenarnya bukan pertama kalinya Radhit membuat masalah dengan Bintang tetapi ini sudah kedua kalinya. Yang pertama adalah saat Rachel sedang berjalan di atas trotoar depan sekolah Radhit pernah membuat roknya basah terkena lumpur dengan motor sport kebanggaanya.

"Dasar cowok sombong." kesalnya kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu.

***

"Nih." ucap Angkasa memberikan sebungkus roti ke Bintang.

"Eh makasih, tau aja kalo aku laper." balas Bintang sambil meraih sebungkus roti itu lalu membukanya dan memakanya.

"Habisin, aku mau main basket dulu ya." ucap Angkasa yang sekarang duduk disamping Bintang sambil mengganti sepatunya menjadi sepatu basket.

"Ada tanding ya?" tanya Bintang.

"Iya nanti sore, kamu pulang aja gausah nonton takutnya capek." balas Angkasa sambil mengusap puncak kepala Bintang.

"Ga ah, aku mau nonton. Nanti kalo aku ngga nonton, ngga ada yang nyemangatin kamu." balas Bintang.

"Ya udah terserah kamu aja beb. Aku kesana dulu ya." pamit Angkasa dan Bintang menganggukan kepalanya sambil menggigit roti isi kacang dari Angkasa tadi.

"Bintang." panggil Aisyah yang masuk dengan suara cemprengnya memanggil nama Bintang.

"Ish brisik tau, ada apa si?" tanya Bintang.

"Tau nggak? Langit mau pindah ke sini lagi." ucapnya, hal itu cukup membuat Bintang terkejut bahkan hampir tersedak roti yang dia makan.

"Serius lo? Ga boong?" tanya Bintang.

"Gue serius bin, tadi gue denger sendiri. Gue kira lo udah tau, secara kan lo sama Langit deket banget." balas Aisyah sambil memainkan tempat pensil milik Angkasa.

"Bagus dong kalo gitu." sahut Yudha yang mendengarnya.

"Gue mau samperin Langit dah." ucap Yudha sambil bergegas pergi dari sana. "Tunggu." ucap Bintang yang ikut pergi bersama Yudha untuk menemui Langit.

Mereka berjalan bersama melewati lorong kelas 11 untuk mencari Langit. "Dha, emang lo tau Langit dimana?" tanya Bintang dan Yudha menggelengkan kepalanya.

"Bego."

"Kasar lo, gue aduin ke Angkasa loh." ancam Yudha.

"Halah, lo mah tukang ngadu." balas Bintang yang sekarang sedang menyeimbangkan langkahnya dengan Yudha.

"Feeling lo, Langit dimana?" tanya Yudha.

"Menurut gue si, Langit di kantin." balas Bintang dan Yudha langsung bergegas menuju Kantin.

"Ish main tinggalin aja." kesal Bintang yang langsung mengejar Yudha menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Yudha mengedarkan pandanganya mencari sosok Langit namun yang dia lihat hanya seorang bule yang pernah dia lihat di kafe milik Bintang.

"Bin, lo pasti tau dia siapa." ucap Yudha menunjuk Bumi yang sedang menuangkan saus ke mangkok baksonya.

"Itu mah si Bumi, temenya Langit." balas Bintang.

"Kalo ada Bumi pasti ada Langit." ucap Yudha dan lagi lagi Yudha meninggalkan Bintang membuat Bintang benar benar kesal. "Yudha, sini lo." kesalnya sambil berjalan dengan cepat hingga akhirnya dia menabrak seseorang.

"Ehh awh panas! Ya ampun baju gue." ucap Bintang melihat baju putihnya kotor tersiram kuah bakso milik Radhit yang sekarang tumpah ke lantai.

"Kalo jalan tuh pake mata bego!" ucap Radhit yang sekarang terlihat marah.

"Lo tuh yang harusnya pake mata." balas Bintang berteriak.

"Apa? Lo mau nyalahin gue?!" tanya Radhit.

"Ga guna banget si hidup lo, nyari ribut ke sana ke sini kek ga ada kerjaan aja. Toxic banget hidup lo." kesal Bintang sambil mencoba membersihkan bajunya.

"Untung lo cewek."

"Kenapa emangnya kalo gue cewek?" tanya Bintang.

"Nih duit, pake tuh duit buat beli baju." ucap Radhit memberikan uang 100 ribu ke Bintang.

"Diem, udah. Gue udah tanggung jawab. Minggir lo, gue mau lewat." ucapnya membuat Bintang mengembalikan uang itu. "Gue ga butuh duit lo." balas Bintang.

"Serius gamau? Gausah sok kaya, miskin mah miskin aja." balas Radhit.

"Eh lo tuh ya kalo ngomong minta di gunting lidahnya."

"Brisik, gue ga mau debat sama lo. Udah nih simpen tuh duit gue mau pergi." balasnya kemudian cowok itu pergi begitu saja tanpa Bintang hentikan.

"Bin." panggil Yudha sambil memasangkan jas almamaternya ke punggung Bintang untuk menutupi kuah bakso yang mengotori baju milik Bintang.

"Sorry Bin, tadi gue ngga belain lo."

"Gapaa Dha, gue gapapa kok." balad Bintang.

"Kuy ke kelas aja. Bumi bilang kalo Langit udah pulang duluan buat jagain ayahnya." balas Yudha sambil menuntun Bintang menuju kelasnya.

***

Jangan lupa voment
Maaf upnya lama
Maaf banyak typo

Retain (Sekuel of Angkasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang