00

3.1K 156 10
                                    


Pemuda bersurai hitam legam dengan jaket denimnya sedang sibuk merebahkan diri pada taman belakang sekolahnya dengan tas gendong sebagai bantalannya. Menatap langit cerah dihiasi awan serta burung yang terbang kesana kemari, hembusan angin membuat dirinya terasa nyaman.

Setidaknya disinilah -Park Jimin- pemuda bersurai hitam itu bisa menenangkan dirinya. Memikirkan bagaimana rumitnya hidup yang dia jalani. Menghela napas lelah Jimin memejamkan matanya guna mencari ketenangan.

Jimin memikirkan bagaimana kehidupan yang dialaminya selama ini, semenjak perceraian kedua orang tuanya saat dirinya masih menginjak kelas 2 sekolah dasar membuatnya hidup seperti ini. Yang mana orang tua Jimin malah membuang Jimin begitu saja, tidak berniat merawatnya. Untung saat itu dirinya bertemu dengan bibi Lee dan merawatnya hingga dirinya berusia 18 tahun seperti sekarang ini.

Walaupun hidup dalam kesederhanaan namun Jimin sangat bersyukur, setidaknya dirinya mendapatkan kasih sayang yang orang tuanya belum pernah berikan padanya. Bibi Lee sudah Jimin anggap seperti ibunya sendiri, dimana setiap harinya Bibi Lee akan bekerja menjual cake di kedai miliknya. Cukup sederhana namun Jimin bahagia.

Jimin mengernyitkan dahinya saat dirinya mendengar suara derit dan bising berada disekitarnya, membuka matanya lantas duduk di tempat. Melihat sosok pemuda lainnya sedang mengitarinya sambil mengendarai sepeda gayungnya. Hell, itu sangat mengganggu dimana sepeda itu berbunyi setiap pemuda itu memutar pedalnya.

Jimin memilih mengabaikannya, namun mengernyit bingung saat pemuda itu masih setia mengelilinginya menggunakan sepeda tuanya. Pikirnya, dia tidak punya kerjaan ya?


"Yak! Bisakah kamu pergi? Kamu menggangguku!" pekik Jimin namun pemuda itu tidak mendengarkannya. Pemuda itu malah menatap Jimin sambil terus mengelilingi Jimin menggunakan sepeda tuanya.

"Yak! Kamu tuli hah?" Pemuda itu setia menatap Jimin, membuat Jimin sedikit takut. Jangan-jangan pemuda itu penjahat yang mau menjahatinya. Berpikir seperti itu membuat Jimin sedikit was-was.

Pemuda itu masih setia mengelilingi Jimin, namun Jimin memekik terkejut saat pemuda itu melemparkan gumpalan kertas padanya. Jimin jengah lantas berdiri dan mengejar pemuda tersebut. Membuat pemuda itu tertawa lalu mengayuh sepedanya kuat-kuat agar Jimin tidak bisa menggapainya.

Namun jangan salahkan Jimin, dia mampu berlari dua kali lebih cepat jadi mudah saja dia meraih tas gendong yang dikenakan pemuda tersebut. Membuat pemuda itu sedikit oleng dan menghentikan laju sepedanya.

"Kamu tidak punya kerjaan ya? Berputar Mengelilingiku dan melemparkan gumpalan kertas?!" hardik Jimin, pemuda itu hanya tertawa sembari menyisir rambutnya kebelakang memperlihatkan dahinya yang mulus.

"Kamu tau kenapa aku berputar mengelilingimu?"

Pemuda itu melempar pertanyaan yang menurut Jimin bodoh. Jimin menaikkan satu alisnya guna menanyakan apa maksud pemuda tersebut.

Pemuda tersebut tersenyum. Menyisir rambutnya sekali lagi seraya membenarkan letak tasnya yang sedikit merosot.

"Karena bumi itu bulat"

"Hah?"

jawaban pemuda itu membuat Jimin membuka mulutnya -menganga- atas jawaban tak masuk akal yang dilontarkan pemuda tersebut.

Pemuda tersebut lantas mengayuh sepedanya meninggalkan Jimin yang masih menganga dibuatnya. Setelahnya Jimin berdecak kesal, pemuda tersebut sangat aneh.

Jimin kembali untuk mengambil tas sekolahnya namun matanya tak sengaja melirik gumpalan kertas yang di lempar pemuda tadi padanya. Jimin lantas membukanya karena terlalu penasaran akan isinya.

Setelahnya Jimin dibuat speechless setelah membaca tulisan yang di tulis pemuda tersebut dalam kertasnya.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hanya sebuah kertas dengan coretan tinta spidol dan tulisan sederhana, namun mampu membuat Jimin bertanya dalam benaknya.

Kth itu apa?

Jimin menggelengkan kepalanya, berusaha mengabaikannya mungkin pemuda itu hanya iseng. Jimin kembali mengambil tas sekolahnya lantas pergi dari sana.


































Namun Jimin secara reflek menyimpan kertas itu pada saku jaket denimnya.










---'---

Hm, first impression kalian setelah baca cerita ini apa?

A Memory (VMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang