Kita pasti bisa ...

1 0 0
                                    

Grogi, gemetar, mules ... pokoknya itu yang  saya rasakan, semuanya campur aduk. Pengin rasanya hari itu cepat berakhir.
Ini bukan pertama kalinya saya menjadi pembina upacara tetapi ya itu tadi masih saja gak pede kalo ngomong di depan orang banyak. Padahal kalo dipikir - pikir sepertinya mudah banget tinggal ngomong cap CUS selesai deh.
Pagi ini tepatnya 26 Agustus 2019, di tempat sekolahku yang dan  kebetulan saya baru beberapa bulan mutasi ke sekolah baru ini. Dan hari ini adalah giliranku menjadi pembina upacara menggantikan guru agama yang tidak bisa melaksanakan tugasnya menjadi pembina upacara. Betapa kagetnya saya ketika teman guru bagian kurikulum memberi tahu saya kalo besok Senin depan saya harus menjadi pembina upacara. Dengan wajah setenang mungkin saya menjawabnya,"iya pak" padahal didalam hati berkecamuk. Dalam hati berkata, wah gimana ini, panik deh". Selama seminggu saya mulai mempersiapkan semuanya, mulai dari teks dan cara membacanya dengan intonasi yang benar. Mulai deh Googling sana Googling sini, biar nanti gak memalukan nanti. Setiap hari sebelum berangkat sekolah  dan sebelum tidur latihan membaca pidato di depan cermin. Setelah hampir seminggu, tibalah hari yang tidak saya nanti - nanti. Senin, pagi - pagi sekali saya sudah berangkat ke sekolah, padahal hari ini saya berharap hujan turun agar tidak ada upacara, eeeee ternyata pagi itu cerah sekali... hehehe.
Saya melihat bapak petugas kebersihan sudah mempersiapkan perlengkapan untuk upacara, saya bertanya,"pak hari ini upacara" kemudian di jawab,"iya buu" deg serasa hati ini. Saya mencoba untuk setenang mungkin, saya mulai mengobrol dan tertawa- tawa dengan murid - murid yang lain untuk menghilangkan nervous. Bel tanda masuk berbunyi dan ini tandanya upacara akan segera dimulai. Anak - anak sudah berbaris rapi, dengan hati yang dredek, grogi dan campu aduk menunggu giliran untuk dipanggil pembawa acara. Sambil menunggu saya berusaha menenangkan diri dengan menghirup nafas dan menghembuskannya itu saya lakukan berulang kali dan tak lupa saya juga membaca shalawat . Pas giliran maju ke podium rasanya segala grogi, gemetar dan nervous itu hilang semua yang ada rasa percaya diri. Pada saat pidato semuanya berjalan lancar dan sukses. Ternyata kuncinya itu kita harus percaya diri bahwa kita pasti bisa, dan membaca shalawat ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nervous vs PedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang