Arka menatap kedua temannya bergantian.
"Terus lo pada minta gue harus berjuang? Dia masih suka sama yang namanya si Johan Johan brengsek itu!"
Sebenarnya, Arka tahu apa yang terjadi diantara Johan dan Dhena. Karena semalam, saat dia pulang dari Indomaret didepan kompleknya, dia melihat Johan dan Dhena tengah berbincang.
Entah mendapat inisiatif dari mana, Arka mengendap dibalik pohon dekat kursi yang Dhena dan Johan tempati, lalu mendengarkan perbincangan keduanya, hingga mereka...
Berpelukkan"Lo udah tau si Johannya itu berengsek! Tapi lo mau ajah nyerahin Dhena sama dia." Bargan menimpali tak habis pikir mengenai jalan pikiran Arka yang dangkal.
Seenak jidat Arka menceritakan semua pada Bargan, yang terjadi antara Arka, Dhena, dan Johan. Tapi, setelah dikasih solusi malah marah marah gak jelas.
"Tapi gue gak tau cara ngadepin dia, setelah kejadian semalam." papar Arka kikuk.
Cassha terkekeh kecil kemudian fokus menatap Arka.
"Homo lo Cas!" ejek Bargan menyikut keras tangan Cassha, hingga membuat cowok itu mengadu.
"Gue gak homo Bar! Gue cuman terkejut ajah nemui cowok macam Arka yang perjuangnnya hanya sebatas ciuman dahi."
"Taik lo Cas!" umpat Arka kasar, sambil menjitak kepala Cassha sekuat tenaga.
"Bukannya ngasih solusi, malah ngomong gak jelas." Bargan ikut menyalahkan Cassha yang gak ada seriusnya sama sekali.
"Calm down men. Gini, yah Ar gue sebagai teman jomblo sama kayak lo, cuman mau ngasih solusi. 'Cinta itu dibawa santai, kalau dia udah gak suka, yaudah tinggalin'." tukas Cassha tidak memberi solusi sama sekali.
Bargan dan Arka hanya dapat berdecak malas. Didunia ini memang tipe teman cowok yang ngedengerin curhatan sesama cowok itu ada dua.
1. Temen cowok sicowoknya baik ngasih solusi yang bermutu.
2. Temen cowok si cowoknya yang kayak taik, ngasih solusi cuman gini 'tinggalin ajah men, masih banyak cewek yang lebih bohay.' nyatatanya, dia malah gak punya cewek tapi ngomongnya masih banyak cewek didunia ini.
Cassha inilah yang tipe kedua.
"Gak usah ngomong, deh Cas!" sungut Arka menatap Cassha tajam.
"Kan, gue ngomong salah, gak ngomong dikata homo! Gue itu gak tahan banting kayak ember!" Cassha tiba tiba ngakak sendiri mengingat ucapan Arka pada Dhena yang tadi dia jelaskan pada mereka.
Arka memberengut kesal mendengar sindiran Cassha padanya.
"Gak tau ajah gue Ar! Ternyata lo bisa sealay itu!"
"Taik lo Cas!" umpat Arka.
"Diam gak lo Cas! Kalau enggak gue gak bakal bayar minum lo, hidup bergantung gratisan ajah ketawanya macam taik!" Bargan ikut mengumpati Cassha yang langsung murung.
"Muka ganteng dikata taik!"
"Udah Ar, gak usah dengerin si bangke ini. Gue cuman ngasih saran lo bersikap biasa ajah ke Dhena, terus secepatnya lo tembak dia." papar Bargan memberi sedikit solusi yang menurutnya lebih baik.
Arka tampak menimang anatar mengiyakan atau malah menghiraukan. Namun, dia terlalu bodoh untuk merelakan Dhena.
"Gue coba." putus cowok itu.
Cassha tiba tiba bertepuk tangan sambil menepuk pundak Arka keras.
"Gue suka gaya lo, men!" tuturnya yang ditanggapi Arka dan Bagas hanya dengan dengkusan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...