Presente (18)

79.5K 3.1K 55
                                    

"Selena pandai sekali melakukan segalanya, dia bisa memasak, dia cerdas, dia bisa sedikit bahasa Spanyol, dia tak akan mengecewakan Anda, Senor," Rod membanggakan kakak perempuannya seperti tak ada habisnya.

Don Pedro menyentuh dagunya yang licin, dan berakhir dengan memainkan ujung kumis tipis kebanggaannya. Kelopak matanya mengedip sangat pelan sehingga hampir seperti gerakan yang dilambatkan. Saat membuka kembali, tatapannya telah tertambat pada Manuela yang duduk di seberangnya.

"Jadi kau bisa berbicara bahasa Spanyol?" tanyanya kepada Manuela, seolah mereka hanya berdua saja di ruang makan yang sempit itu.

"Nenek kami dari Madrid," serobot Rod.

"Ibu dari nenekku," Manuela mengoreksi. "Aku tidak mahir, maksudku ... siapa yang tak bisa bahasa Spanyol sedikit-sedikit kalau tinggal di daerah multiras seperti ini? Bibi sebelah bahkan belum lancar berbahasa Inggris."

"Itu benar," tukas Rod.

Sang Don mengangguk-angguk, tapi sebenarnya dia mulai berpikir, apa saja yang sudah dikatakannya di depan gadis itu. Telinganya memerah karena malu saat mengingat gurauan-gurauan menjijikkan Dalton yang dialamatkan pada si gadis. Manuela pun, yang selama ini pura-pura tak tahu, berpaling dari lirikan sang Don karena malu.

"¿Estás enojado conmigo, kau marah padaku?" bisik sang Don saat mengikuti gadis itu ke dapur, sementara Carlos dan perawat baru menyibukkan Rod.

Manuela meletakkan piring-piring kotor ke bak cuci, dan mengucurkan air dari keran. Sambil mengeringkan tangannya dengan serbet usai mematikan air, ia menjawab pertanyaan sang Don dengan gerakan bahu.

"Si, Ella esta Enojada, kau marah," kata sang Don, antara geli dan gemas. Dia mendekati gadis itu, dan menarik pinggulnya merapati tubuhnya. "Lo siento, si?"

Manuela mengeliat, tapi tak meronta, lalu mengangguk. "Dia sudah membayarku mahal, kurasa itu bagian dari pekerjaan. Sampai kemudian semuanya hanya bohongan, aku menyasarkan kemarahan pada Bruce. Aku sudah tahu, itu agak terlalu mahal untuk orang yang tidak profesional, kan?"

Sang Don mengecup pipi gadisnya, "Yah ... sebenarnya selalu ada yang pertama untuk setiap profesi, Mi amor," bisiknya. "Tapi aku memang agak kaget saat kau mengatakan berapa yang akan kaudapat. Aku yakin Dalton membayarmu mahal ... tapi lima belas ribu dolar untuk kali pertama ... kurasa kau hanya kurang mempelajari medan."

"Jadi kau tak tahu berapa tepatnya?"

"Aku tak pernah tahu," Sang Don tersenyum, mengamati wajah cantik yang demikian dekat dengan wajahnya. Dia begitu ingin menciumnya. "Eres un presente, kau hadiah, tak ada yang bertanya berapa hadiah yang dipersembahkan untuk kita, kan?"

"Yah, presente, hadiah," desah Manuela sedih. "Aku tak menyangka aku telah menjadi bagian dari sesuatu yang kubenci, pedagangan manusia."

"Semua manusia ada harganya, Bonita," kesah sang Don tak setuju. "Kau tak perlu sedih, atau kecil hati, semua orang punya masalah sendiri-sendiri, persetan apa yang mereka pikirkan tentangmu. Selama ada yang mau menggunakan jasamu, kau tak sendirian di dunia ini. Siapa yang akan membantu kalau hidupmu susah? Dirimu sendiri."

Manuela membunyikan bibir tanpa bermaksud bersikap menggemaskan, tapi Don Pedro yang memeluknya seperti sudah tak mampu menahan kerinduan. Sejak Salazar menggulingkan Hugo Rodriguez dan menguasai kartel bersamanya, mereka bergelimang harta, dan Pedro selalu bisa memilih segala sesuatu yang terbaik yang ia favoritkan. Sampai bosan, sebagai pengalih dari keseriusannya bekerja, ia akan bermain dengan hal-hal yang disenanginya sebelum menemukan hal lain yang lebih menarik; lukisan, mobil, helikopter, vila, termasuk perempuan. Apa yang dilakukannya pada Manuela kini pun tak ubahnya, ia masih bisa meniduri pelacur-pelacur lain yang dikirim Dalton untuknya setiap malam, tapi seperti yang pernah ia katakan, itu hanya hubungan seksual. Dengan Manuela, ia merasakan sedikit perbedaan. Ia menjiwai hubungan seksual mereka. Menuela mengingatkan Sang Don pada dirinya yang lebih muda, kenekatan, dan keberaniannya.

Pria itu menyodorkan wajahnya, menemukan bibir Manuela dan menciuminya. Dengan tubuh mungil itu terdesak di dekat bak cuci piring, Don leluasa mengendus aroma kulit Manuela, mengecupi rahang hingga sepanjang leher jenjangnya, dan berniat melepaskan butir-butir kancing blusnya supaya bisa mengulum dada kecilnya yang menggiurkan.

"Kau seperti tak punya hari lain saja," kata Manuela tenang.

Sang Don yang sedang sibuk sontak terdiam. Bibirnya yang sudah membuka siap menyasar payudara gadis itu, mengatup kembali. Tubuhnya yang merunduk menegap, melepas tubuh Manuela yang semula ia dekap. Namun, ia tak benar-benar berhenti. Dengan kasar, sang Don mencengkeram bahan pakaian Manuela di bagian dadanya, dan merusak setiap butir kancing blus gadis itu dalam satu gerakan hingga tubuh bagian atasnya terbuka. Manuela hanya mengerjap, meski baru mengenalnya, pengalaman mengajarkannya bahwa Don kadang berubah bagaikan binatang buas, tapi tak akan menyakitinya.

Setidaknya dalam urusan tempat tidur.

Sayangnya, Manuela belum cukup memahami sejauh mana Don Pedro akan bertindak jika ia sudah sangat menginginkan sesuatu. Ia bersikap berani—menantang dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi saat bajunya dirobek—karena ia pikir sang Don akan mempertimbangkan di mana mereka berada kini. Saat tubuh moleknya dibalik, dihadapkan ke tembok, dan roknya disingkap hingga ke pinggang, Manuela mulai menyadari lagi-lagi ia salah menilai Don Pedro. Ia mencoba meronta, tapi terlambat. Don sudah menggunakan kekuatannya. Kekuatan yang menguasai, mendominasi, namun tak sampai menyakitinya. Tanpa aba-aba, pria itu menjejalkan jari tengahnya ke dalam mulut Manuela, dan terus mengorek ke segala penjuru meski Manuela menggigitnya.

"Jangan di sini," cicit Manuela saat Don menarik celana dalamnya hingga ke lutut. "Adikku di luar."

"Kalau begitu tutup mulutmu," suruh sang Don mendesak, napasnya memburu. Satu tangannya memaksakan jarinya yang basah ke bagian depan Manuela hingga terpaksa gadis itu menutup mulut dengan kedua tangannya agar tidak menjerit, sedangkan tangan sang Don yang lain berusaha membuka celananya sendiri.

Manuela merintih memelas, tapi ia tahu percuma.

Tak sampai lama, bagian tubuh sang Don sudah menyatu dengan dirinya, menggantikan jari-jarinya yang basah. Tangannya yang mencoba mendorong pinggang pria itu dari bagian belakangnya disingkirkan dengan mudah, sang Don justru mendesaknya lebih kuat. Tanpa ampun, pria itu mendorong pinggulnya dalam hitungan yang sama dengan tarikan mundur kedua tangannya di pinggul Manuela. Gadis itu merintih, sedangkan sang Don melenguh panjang hampir tanpa suara menikmati momen di mana tak ada lagi jarak di antara keduanya sebelum permainan cinta singkat itu dimulai.

Sang Don merunduk menimpa punggung Manuela yang tak lagi melawan, mencium bahunya, membisik sensual di telinga gadis itu, "Senorita, kau bisa mulai bekerja dalam 1... 2... 3!"

Rod jelas mendengar sesuatu berdenting ribut di dapur, tapi anehnya Carlos dan perawat barunya seakan tak terusik apapun. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Desired by The DonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang