9 Fakta Bakteri di Kehidupan Manusia, Bisakah Kita Hidup Tanpa Mereka?

1.1K 58 0
                                    

9 Fakta Bakteri di Kehidupan Manusia, Bisakah Kita Hidup Tanpa Mereka?

Ada fakta kalau bakteri mempengaruhi kebiasaan kita.

Bakteri ada di mana-mana. Dismartphone-mu, di bajumu, di rambutmu, di tangan yang tidak kamu cuci, di tangan yang sudah kamu cuci, di manapun kamu berada. Secara tidak sadar sebenarnya dunia kita dikuasai oleh bakteri karena kemampuan omnipresent-nya dan tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan hal tersebut.

Oleh karena itu, jutaan tahun lalu, kita para manusia membuat kontrak dengan para bakteri. Kita memberikan mereka tempat tinggal dan makanan. Sebagai gantinya mereka bekerja untuk kita. Lantas bagaimana kinerja para bakteri dan pengaruhnya terhadap kita, manusia? Beginilah penjelasan ilmiahnya.

1. Bakteri telah hadir di sekitar kita, sesaat setelah dilahirkan dan itu penting untuk pertumbuhan

Di dalam kandungan ibu, bayi manusia berada dalam kondisi steril di mana tak ada satupun bakteri yang hinggap. Saat dilahirkan dan melalui proses keluarnya, jutaan bakteri dari ibu kita yang menunggu di luar rahim perlahan-lahan menyelimuti kita di tiap sudut tubuh. Proses ini sebenarnya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kesehatan tubuh karena bakteri menjadi baju zirah kita dalam mengatasi serangan penyakit yang berasal dari luar.

Beberapa fakta menarik ditemukan para peneliti. Para bayi yang lahir dari operasi Caesar ternyata lebih mudah mendapatkan asma, penyakit imun dan bahkan leukemia. Dari sini bisa ditarik kesimpulan jika kehadiran bakteri menguatkan kita dan sejujurnya kita sangat menyambut invasi bakteri ke dalam tubuh.

2. Asupan gizi bakteri pertama tak lain datang dari air susu ibu

Berjuta-juta tahun, kita terus mengalami evolusi dan memperbarui kontrak kerja sama dengan para bakteri. Sebagai contoh lewat air susu ibu. Tak hanya mengenyangkan kita, air susu ibu juga memberikan asupan gizi kepada para sejumlah bakteri untuk terus hidup dan berkembang.

Bakteri pun membalasnya dengan membantu dan menguatkan program sistem imun tubuh. Kurang lebih proses pertumbuhan bakteri dalam tubuh bayi membutuhkan waktu dua tahun sebelum bakteri-bakteri sehat benar-benar terkumpul dan menjadi komunitas yang akhirnya menyokong tubuh kita.

3. Setidaknya ada tiga golongan bakteri yang hadir di tubuh kita

Setiap manusia memiliki bakteri unik di dalam tubuhnya dan itu berbeda-beda dari manusia yang lain. Untuk penggolongan, mudahnya bakteri itu dibagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama adalah bakteri yang hanya hinggap di tubuh kita dan tidak melakukan apa-apa alias tidak menguntungkan namun juga tidak merugikan tubuh. Keberadaan mereka mengisi ruang yang ada di dalam tubuh sehingga bakteri jahat tidak dapat masuk.

Yang kedua adalah bakteri yang melukai kita, namun ditoleransi keberadaannya dan kita coba untuk tinggal bersama. Sebagai contoh adalah bakteri yang memproduksi asam dan mampu melelehkan gigi kita.

Mereka ingin menguasai ruang sebanyak mungkin yang bisa mereka dapat dan kita tidak menginginkan hal tersebut. Karena itulah kita perlu rutin membersihkan diri, walaupun sebenarnya bakteri tersebut tidak bisa benar-benar hilang.

Kelompok yang terakhir adalah kelompok bakteri bersahabat yang memang benar-benar kita inginkan ada di tubuh. Diperkirakan dalam satu komunitasnya terdapat 380 ribu juta bakteri yang hidup dan ada 5 ribu ribu spesies yang berbeda.

Jumlah ini adalah jumlah bakteri yang hidup dalam lambung kita. Dalam fungsinya mikroorganisme ini membantu kita mencerna makanan dan menarik kalori dari makanan yang tidak bisa kita cerna sendiri.

4. Bakteri dan sistem imun tubuh kita memiliki kaitan yang sangat kuat

Lokasi lambung yang sangat strategis untuk kehidupan para bakteri ini ternyata juga diminati oleh bakteri-bakteri jahat. Karena itu secara otomatis tubuh kita membuat pasukan penjaga. Namanya adalah sistem imun. Sistem imun mengembangkan kemampuannya untuk bisa berkomunikasi dengan sejumlah bakteri, sehingga tak hanya menjaga, sistem imun dapat menghindari membunuh bakteri yang baik serta belajar dari mereka, membuat sistem imun semakin pintar, kuat dan mampu meregenerasi lebih cepat.

5. Percaya tidak percaya, bakteri dapat "berbicara" dengan otak kita

Penelitian akan bakteri ternyata memberitahukan jika kemampuan mereka lebih dari itu. Ditemukan fakta jika bakteri mampu berkomunikasi dengan otak secara langsung. 90 persen hormon serotonin di tubuh kita yang berguna sebagai alat komunikasi untuk sel saraf diproduksi di lambung yang banyak bakterinya. Lokasi tersebutlah yang menjadikan bakteri bisa “berbicara” dengan otak dan disinyalir para peneliti mengirimkan sinyal yang berpengaruh pada saraf.

Contoh lain akan kemampuan komunikasi ini tampak dari bakteri yang mampu menstimulasi sistem imun kita. Stimulan ini menjadi tanda peringatan dan membuat sistem imun mengirimkan sinyal ke otak.

Dari proses ini sel imun teraktivasi dan membantu otak untuk melakukan sesuatu. Menarik mengingat otak adalah bagian tubuh yang membuat kita bisa memakan makanan yang kita inginkan. Tidak salah jika banyak bakteri banyak yang mengincar otak.

6. Dengan kemampuan komunikasi itu, bakteri juga mampu mempengaruhi kebiasaan kita

Proses komunikasi bakteri terhadap otak membuktikan jika bakteri mampu mempengaruhi kebiasaan kita. Sebagai contoh terdapat sebuah penelitian yang menguji coba tikus sehat dengan diberikan makanan yang berisikan mikroba dari lambung orang depresi. Peneliti melihat jika tikus-tikus tersebut perlahan-lahan menunjukkan gejala kecemasan dan depresi.

Pada awal 2017 pula, terdapat hasil studi yang berhasil membuktikan jika ada hubungan yang sangat kuat akan mikroorganisme terhadap intelegensi kita. Penelitian itu menguji coba bayi baru lahir dengan mengatur bakteri yang akan diterima mereka. Hasilnya bayi yang mendapatkan bakteri dengan kemampuan bahasa dan motorik yang baik mengembangkan bayi itu menjadi lebih baik.

7. Bakteri jugalah yang membentuk selera makan kita, menentukan mana yang enak dan tidak enak di lidah

Dengan kemampuan komunikasi tersebut, bukan tidak mungkin bakteri mampu mengatur selera dan pola makan kita. Memang bakteri pertama datang dari ibu kita, namun bentuknya terus berkembang dan berubah mengikuti apa yang kita makan. Beberapa bakteri menyukai kandungan serat dan sayuran hijau, lainnya menyukai gula dan pati.

Lambung kita seperti ladang bakteri. Kita yang menentukan bakteri apa yang kita tanam di dalam tubuh lewat bibit makanan yang kita makan. Jika terus makan makanan sehat, kita akan memanen bakteri yang menyukai makanan sehat pula. Jika kita banyak makan fast food, maka kita akan mengembangkan bakteri yang suka memakan fast food.

8. Jika tidak berhati-hati kemampuan bakteri mengontrol selera makan bisa mengakibatkan kita menjadi tidak sehat

Di sisi lain proses ladang bakteri ini membuktikan jika kita bisa terjebak dengan “lingkaran setan.” Anggaplah kamu stres dan memakan banyak burger dan pizza untuk mengurangi rasa stresmu. Akibat hal ini bakteri fast food tumbuh subur di lambung. Mereka berlipat ganda dan pada akhirnya memakan tempat para bakteri penyuka sayur.

Lebih mengerikan lagi, bakteri penyuka fast food mengirimkan sinyal ke otak untuk terus makan fast food. Ini menyebabkan kamu ingin makan lebih banyak fast food yang mana akan melahirkan lebih banyak bakteri fast food untuk membuatmu terus mengais fast food. Konsep siklus ini berperan besar dalam obesitas.

Karena itu sangat penting bagimu untuk melawan proses ini dan membaliknya dengan memperbanyak makanan sehat untuk mengembangbiakkan bakteri sehat. Selain masalah obesitas, bakteri juga erat dikaitkan dengan autisme. Schizophrenia hingga kanker. Bahkan gejala awal dari Parkinson adalah adanya masalah lambung.

9. Transplantasi feses bisa menjadi solusi untuk memberikan bakteri baik hinggap di tubuh

Jika tubuhmu dipenuhi dengan bakteri yang melukaimu, maka solusi satu-satunya adalah membawa bakteri yang baik. Ini teraplikasi lewat adanya transplantasi feses sehat yang biasa digunakan untuk metode mengatasi diare. Dengan mentransfer feses orang lain yang sehat ke dalam lambungmu, secara tidak langsung bakteri sehat itu akan hadir dan hinggap dalam lambungmu dan menggeser bakteri jahat.

Namun ada masalah lain yang bisa datang dari metode tersebut. Jika mengatasi diare bisa diambil dari bakteri orang-orang yang obesitas, ditakutkan bakteri penyumbang obesitas ikut terbawa, menyebabkan mereka yang mendapat transplantasi ikut terkena obesitas. Para peneliti mencoba membalik konsep ini dengan menawarkan transplantasi feses orang kurus terhadap mereka yang obesitas untuk mendapatkan bakteri kurus.

Kehidupan bakteri dalam kehidupan kita masih menyimpan banyak misteri dan terus diteliti oleh para peneliti hingga saat ini. Namun suka atau tidak suka, kita harus mengakui kenyataan jika kita hidup berdampingan dengan bakteri. Kita memerlukan bakteri, bakteri memerlukan kita.

FACT OR FAKE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang