Tiga tahun lalu Kirana bertemu Satria di Istana Kerajaan Telaga. Saat itu Kirana sangat jenuh dengan pelajaran tata krama istana. Walaupun dara remaja itu sudah tiga bulan tinggal di istana, tetap saja tidak terbiasa dengan peraturan istana yang kaku dan ketat. Kirana ingin menyepi melepasan kepenatan. Hanya satu tempat yang gadis itu tahu untuk menyepi yaitu Istana Jingga yang hampir tak ada penghuninya.
Ia menemukannya dua bulan lalu, saat kejengkelannya sudah memuncak tentang tata krama istana. Gadis memutuskan kabur dari istana namun Istana telaga begitu luas sehingga Kirana tersesat.
Di tengah kebingungan, Kirana melihat cahaya aneh di antara semak-semak. Ia mendekati sinar tersebut. Sinar hijau kebiruan berkelip di balik bak tanaman yang penuh tanaman perdu. Karena penasaran gadis itu mendorong bak tanaman tersebut. Ternyata di balik tanaman perdu ada sebuah terowongan tersembunyi. Terowongan bawah tanah yang terbuat dari batu adesit diukir yang dihiasi kristal-kristal misterius berwarna biru. Sinar dari kristal tersebut yang gadis itu lihat. Dengan hati penuh harap, dara remaja itu menyusuri terowongan itu yang hanya diterangi cahaya temaram dari kristal-kristal tersebut. Berharap ujung terowongan adalah jalan keluar dari istana.
Alangkah kecewanya melihat ujung terowongan itu hanyalah sebuah gudang Namun melihat gudang itu terbuat dari batu bata berwarna jingga membuatnya penasaran karena berbeda dengan umumnya bangunan Istana Telaga terbuat dari batu Adesit. Iapun membuka pintu gudang. Lansung disuguhi pemandangan menakjubkan.
Tampak ruangan luas di depan gudang terbuat dari batu bata berwarna jingga yang dihiasi batu adesit berukir. Di tengah-tengah ada bale-bale terbuat jati berukir indah dan diatasnya terdapat kelambu dari sutera tiongkok yang disulam bunga-bunga kecil berwarna jingga serta dedaunan sehingga menimbulkan nuansa lembut ruangan. Tetapi yang membuat Kirana terpesona adalah pemandangan di balkon depan ruangan tersebut.
Sebuah danau luas bagaikan cermin perak raksasa yang dihiasi pepohonan sebagai bingkainya. Danau Perak, begitu gadis itu menyebutnya.
Udara sejuk dari danau dan indahnya pemandangan meredakan semua emosi yang berkecamuk di dada dara itu sehingga bisa berpikir tenang
Kirana menyadari kalau kabur dari istana hanyalah akan merepotkan orang yang membesarkannya. Ia tidak mungkin pulang lagi. Yang bisa dilakukan hanyalah membiasakan diri akan peraturan istana yang kaku dan ketat. Terkadang gadis itu datang ke Istana ini untuk menghilangkan kepenatan
Kali ini ada yang berbeda dengan istana jingga yang jarang penghuninya. Sesosok pemuda tampan yang berumur kira-kira delapan belas tahunan sedang menatap danau. Tiba-tiba pemuda itu menoleh seakan-akan bisa merasakan kehadiran Kirana.
Gadis terpana untuk beberapa saat sampai pemuda itu tersenyum sopan dan mengangguk. Kirana membalas anggukan dengan muka sedikit memerah karena menyadari ia menatap pemuda terlampau lama.
Dara itu heran akan kehadiran pemuda itu di Istana Jingga yang sepi ini. Dari pakaian yang dikenakannya, baju sutera biru tua bersulam perak dan batik bermotif garuda, Kirana tahu ia bukanlah pelayan ataupun prajurit. "Tuan penghuni istana ini"? tanya sang gadis. Mungkin salah satu sepupunya, ia belum hapal penghuni istana.
Pemuda itu menatap Kirana sejenak, "Hanya untuk sementara", jawabnya sambil tersenyum tipis. "Sampai Baginda raja kembali".
"Sampai Raja kembali dari Kerajaan Kertanegara", sambung Kirana murung. Dara remaja ini tidak habis mengerti mengapa sang raja mau membantu Kerajaan Kertanegara setelah apa yang terjadi dengan puteri mahkota.
Puteri Mahkota Candra Kirana yang terkenal cantik dan lemah lembut itu telah ditunangkan dengan Pangeran Ranga Pengasih, pangeran kedua dari Kerajaan Kertanegara. Tetapi.....
Pangeran Rangga Pengasih mendadak membatalkan pertunangannya tanpa alasan yang jelas. Dan sang puteri meninggal sebulan sesudahnya. Konon katanya karena mendengar alasan pembatalan pertunangan mereka adalah Pangeran Rangga terpincut wanita lain. Sekarang Sang Raja membantu Kerajaan Kertanegara yang sedang dilanda perang saudara
"Karena syaratnya telah terpenuhi", tiba-tiba pemuda itu bergumam pelan membuat Kirana terkejut.
"Syarat apa"? tanya sang dara penasaran.
"Eh? Tidak", pemuda kelabakan. Ia tidak menyangka gumamannya terdengar Kirana. "Maaf saya tidak dapat " jawabnya setelah bisa menguasai diri.
"Tuan harus mengatakannya. Kalau tidak ...", dara itu lansung melancarkan pukulannya ke badan sang pemuda. Sebelum masuk istana, Kirana pernah belajar silat ke guru paling ahli di daerahnya.
Namun...
Pemuda itu hanya menggerakan sedikit badannya, pukulan Kirana meleset dan membuat hampir terjerembab kalau tidak sang pemuda menangkap tangannya. "Nona ini galak sekali", komentarnya sambil tersenyum geli.
Malah membuat Kirana penasaran. Ia memutarkan badan sambil mendang. Sekali lagi sang pemuda menghindar dengan sedikit gerakkan. Si gadis makin meradang. Ia terus menyerang tetapi tidak ada satupun serangan mengenai badan sang pemuda itu. Sehingga berhenti karena kecapean.
Melihat kengototan sang gadis menimbul keisengan sang pemuda. "Kalau serangan nona mengenai tubuhku, saya akan memberitahu syarat Sang Raja", tantangnya menggoda.
"Esok.... esok pasti saya kembali", jawab Kirana terengah-engah.
Pemuda itu tersenyum. "Akan kutunggu, hmm Nona....?"
"Kirana"
"Saya Satria"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Kertanegara
FantasíaGerombolan Ajak merah merajalela di Kerajaan Kertanegara. Wira Atmaja dan kedua teman diminta untuk menjaga saudagar kaya dari incaran mereka. Ternyata Gerombolan itu mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan Cakil yang menggegerkan kerajaan t...