6. Permulaan

23 3 0
                                    

Seorang pria berlari di lorong rumah sakit yang sepi.

Jam menunjukan waktu tengah malam, dan semua orang sedang tertidur.

Pakaian yang dia kenakan menunjukan bahwa dia adalah salah satu pasien dari rumah sakit itu.

'ini takdirku, dan aku akan memberikan sebagian dariku agar kau sempurna.'

Langkah kakinya berhenti di depan sebuah ruangan. Ruangan yang membuat orang-orang menangis.

Ruangan dimana mereka menempatkan orang-orang yang tak lagi memiliki kesempatan untuk menikmati hidup.

Begitu masuk, dirinya telah disambut dengan sesuatu yang terbaring kaku.

Sendirian, diruangan yang dingin ini.

"Kak..."

Matanya berair, pertama kali melihat wajah seseorang yang menjaganya selama ini. Namun juga harus menjadi yang terakhir kalinya.

Tidak bisa mendengar suaranya lagi. Tidak bisa mendengar suara bising yang dibuat olehnya dari jemarinya yang sibuk berjalan di atas laptop.

Semuanya tidak bisa lagi.

Semuanya berakhir disini.

"Little bear?"

Tangisnya terhenti begitu mendengar suara seseorang dari arah belakangnya.

Bayi beruang..

Panggilan yang diberikan oleh orang itu sejak kecil untuknya.

Siapa?

Matanya bergerak bingung dan gelisah. Tidak mengenal siapa orang asing yang ada di dekatnya ini.

"Aku tahu kau bingung dan tidak mengenalku. Tapi aku bukan orang asing, aku sering menghubungi kakakmu itu."

Ah, orang itu

Ya, dia ingat. Orang ini adalah orang yang sering menghubungi dia yang telah terbujur kaku disana.

Wanita yang sering berkomunikasi, namun entah apa yang selalu mereka bahas. Tapi yang pasti hal itu berhubungan dengan kegiatan organisasi.

"Semua ini memang berakhir disini. Namun bisa juga tidak jika kau mau.."

Tunggu, apa maksudnya?

Bingung, itu yang dirasakan. Tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut.

"Ingin bergabung? Melanjutkan dan menjalankan misi seseorang yang berjasa untukmu? Mewujudkan mimpinya?"

Mimpi. Kata yang membuat hatinya terguncang. Setelah dipikir, selama ini tidak ada yang ia lakukan. Tidak ada hal yang ia balas padanya.

Bukankan seharusnya kita membalas semua perbuatan orang yang berjasa pada kita?

Membuat dia senang, apalagi mewujudkan mimpinya.

"Aku tahu kau belum yakin, jadi tidak perlu memberikan jawaban sekarang. Mungkin aku akan datang kembali lagi nanti, untuk bertemu dengan bayi beruang kesayangannya ini"

Perempuan itu berbalik, hendak pergi meninggalkannya.

"Tidak, aku ikut. A-aku ingin membantu, d-dan mewujutkan mimpi kakak"

Senyum manis terpatri di bibir perempuan berumur 40-an itu. Sedikit tergelitik melihat ekspresi lelaki muda yang ada di depannya.

Antara takut, tidak yakin, namun bersemangat.

LeGioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang