Bab 6

1.1K 54 0
                                    

Indira memeriksa bahan-bahan apa saja yang bisa digunakannya untuk memasak.Beberapa pelayan senang ketika tau ia yang akan memasak siang ini.Indira memerintahkan pelayan-pelayan tersebut hanya kalau ia butuh sesuatu,atau ada yang kurang.

Ia memutuskan untuk memasak sup daging khas keluarganya.Stefano pasti akan menyukai masakan khasnya itu.Dengan riang,Indira kembali memasak seperti kebiasaan di rumahnya dulu.

Indira hanya membutuhkan waktu setengah jam memasak supnya.Tak lupa ia memasak nasi hangat,sebagai pelengkap sup.Ia yakin,Stefano jarang memakan makanan pokok yang satu itu.Buktinya,beras yang tersisa di kotak persediaan masih banyak.Indira hanya memaklumi,Stefano tak sepertinya yang prabumi.

Sesudah menata semua makanan itu di nampan,Indira meminta pelayan membantunya membawakan makanan itu ke kamar Stefano.Dengan senang hati seorang pelayan wanita bertubuh gemuk membantunya.

Pelan-pelan,ia membuka pintu kamar Stefano.Stefano terlihat sedang berbaring santai sambil membaca majalah.Ia tertegun,ketika melihat Indira muncul,diikuti seorang pelayan yang meletakkan nampan di sudut meja kamarnya.Pelayan itu berlalu pergi setelah diperintahkan Indira.

"Sekarang,makanlah Stefano.Kau harus menghabiskan semuanya agar kau tidak sakit lagi"Indira mendekatkan meja itu ke arah ranjang.

"Aku bisa makan di kursi,Indira.Dan aku ingin kau tetap disini menemaniku"Stefano bangkit dengan perlahan.Ia mengambil kursi,lalu duduk manis.

Indira pun duduk di tepian kasur,begitu dekat dengan Stefano.

"Aku belum pernah mencoba sup selezat ini.Aku yakin pelayanku yang cantik pasti sudah bersusah payah mau membuatkannya untukku"Kata Stefano sambil meliril Indira.Ia begitu lahap menikmati makannya.

"Aku bukanlah pelayanmu,Stefano.Dan membuat sup itu merupakan hal yang biasa bagiku.Tapi,jika kau menganggapnya begitu,aku berterima kasih padamu"ucap Indira.

Stefano menghabiskan makanannya dengan cepat.Setalah selesai,Indira membereskan semuanya dibantu pelayan.Namun,Stefano memarik tangannya.

"Kau tidak perlu melakukannya,Indira,cukup Ms.Emma yang membereskannya"pinta Stefano,memberikan senyuman manisnya pada pelayan wanita bertubuh kecil yang kini membereskan bekas makannya.

"Tapi,Biarkan aku membantunya sedikit,Stefano"kilah Indira.Stefano menarik tangan Indira.Indira terpaksa menurut,membiarkan Stefano menarik tangannya menuju keluar kamar.Stefano mengajaknya ke lantai dua,tepat ke arah balkon yang menghadap tama.Berdiri disina,Indira bisa melihat keramaian jembatan london di sore hari.

"Mengapa kau tidak mengajak keluargamu tinggal bersamamu?"tanya Indira menatap lurus keramaian itu.

"Aku tak ingin dekat dengan Ayah,itu saja"jawab Stefano singkat.Indira menatap lelaki itu sesaat.Stefano berdiri disampingnya,menatap lurus ke arah yang sama.

"Apa yang membuatmu begitu?"tanya Indira lagi.

"Kau begitu banyak tanya,Indira.Aku tak ingin membicarakan ayah saat ini dan kapanpun kau menanyakannya lagi"kata Stefano sedikit menggeram.

"Baiklah,kalau begitu akan pergi.Lebih baik aku belajar di sore yang indah ini daripada harus menemanimu"kata Indira ketus.

"Jangan coba-coba pergi sampai aku yang menyuruhmu,Indira.Kemarilah,aku tidak akan bersikap kasar lagi.Kau juga boleh menanyakan apapun padaku.Yah,apapun.Demi mu aku akan menjawabnya dengan senang hati"Stefano kembali bersikap ramah.Ada sedikit rasa senang menguasai hati Indira.Keduanya lalu saling berdiri berdekatan,setidaknya tidak sejauh tadi.Ini kesempatan bagi Indira untuk mengetahui seluk-beluk mengenai Stefano.

"Apa alasanmu yang paling logis membawaku kesini,Stefano?"pertanyaan itu sudah ditahannya berhari-hari.Sampai akhirnya ia mengatakannya,ia lega.

"Perlukah alasan?"tanya Stefano yang kini berbalik menghadapnya.Indira merasakan pergelangan tangan lelaki itu mulai merangkul pinggangnya.

"Aku tak tau alasan orang-orang untuk berbuat jahat pada satu sama lainnya,bahkan kepada orang yang mereka kenal,Indira.Tapi perlukah alasan ketika harus berbuat baik pada orang lain,yang bahkan baru kau kenal?"

Perkataan Stefano begitu menusuk hatinya.Ya,ia benar.Perlukah alasan?Stefano yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu,tiba-tiba membawanya ke London,menyiapkan semua kebutuhannya,lalu yang paling penting,membuat impiannya untuk kuliah menjadi nyata.Semua itu dilakukan Stefano tanpa alasan atau meminta balas budi apapun.Kecuali satu,menjadi pelayan pribadi lelaki itu.

"Aku harap kau mengerti betapa aku membutuhkanmu,Indira.Ya,kita membutuhkan satu sama lain,sebagai...sahabat"jemari Stefano berjalan menyusuri wajah Indira,sedikit mengelus kulit yang begitu halus tersebut.

Indira kembali merenungkan perkataan Stefano.Ya,sahabat.Keduanya saling membutuhkan layaknya sahabat.Seperti itulah bentuk balas-budi yang mereka lakukan masing-masing.

"Bagaimana dengan Silver Blaze?"tanya Indira,memecah keheningan.Stefano meraih pinggangnya untuk lebih mendekati tubuhnya.Indira hanya diam,menikmati kedekatannya dengan Stefano.Kali ini ia tidak memberontak.

"Silver Blaze?Kuda kuat itu sebaiknya beristirahat di istal,Indira.Aku membatalkan lomba dua hari setelah kunjunganku ke rumahmu"jawab Stefano.

"Bagaimana mungkin kau membatalkan lombanya?Maksudku,apa tujuanmu membatalkan lomba itu? "Tanya Indira.

"Sederhana saja,aku ingin segera membawamu bersamaku.Dan alasan untuk jawaban ini adalah,tidak ada alasan untuk itu.Seperti yang kujelaskan tadi"Stefano tersenyum ke arahnya."Bisakah kita kembali berteman baik seperti sedia kala,amore?"

"Sikapku tergantung sikapmu padaku,Stefano.Aku tidak mau menjadi pelampiasan nafsumu lagi"Indira memalingkan pandangannya

"Kau begitu lucu,Indira,dengan sikap kasarmu padaku.Baiklah,aku tidak akan berlaku terlalu kasar seperti waktu itu"

"Baguslah,tuan.Kau harus berjanji soal itu"

"Sahabat.Tanpa ikatan,itulah kita"Indira mengiyakan perkataan Stefano.

"Kita perlu mengukuhkan perjanjian ini dengan satu kecupan mesra"bisik Stefano di depan wajahnya.

"Hanya satu kecupan"Indira menatap mata biru sang lelaki.Tanpa basa-basi,Stefano memeluk tubunya,ia tak menolak ketika lelaki itu mencium bibirnya dengan mesra.
***

Accident Of My Imagination Praised By Her(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang