27

51 2 0
                                    


"maaf" lirih ku.

Namun kembali ia tak menghiraukannya, ia terus berjalan seolah tak mendengar saat aku menggilnya.

"dek, dengerin dulu sayang" ucapku saat telah sampai pada tempat kami memarkirkan motor.

"Syifa mau pulan, hiks" jawabnya.

"tapi mas  mau jelasin sesuatu dulu"

"syifa mau pulang sekarang hiks" kekeuhnya.

"ok kita pulang tapi setelah adek mau denger, alasan mas dulu"

"ya udah syifa bisa pulang sendiri" ia berjalan meninggalkan ku, namun aku berhasil menariknya Ke dalam pelukan ku.

Ia mengeraskan tangisnya saat berada dalam pelukanku.
"maaf sayang" lirih ku sambil terus mencium puncak kepalanya.

"ya udah kita pulang sekarang"

Dalam perjalanan pulang sama sekali tak ada pembicaraan apa pun, jika pun ada ia tidak akan menjawab sama sekali.

Aku berhenti tepat pada sebuah rumah yang minimalis.

"sekarang udah sampe" ucap ku.

"ini rumah siapa? Syifa kan tadi udah bilang pengen pulang" ucpnya matanya kembali berkaca-kaca.

'dia sangat sensitif' fikir ku.

"iya, sekarang kita udah ada di rumah" jawab ku.

"maksud mas Ilham apa?" tanya nya.

"ini rumah baru kita, dek" jawab ku.

Ia terlihat sangat terkejut, mendengar jawab dari ku.

"mas ilham serius?" tanya nya lagi.

"iya sayang, maaf yah seharian ini mas bikin kamu kesal, mas cuman pengen kasi kejutan buat kamu" jelas ku.

"dan masalah telfon itu, dia teman lama Fatih dia mas suruh buat ngurus semuanya" lanjut ku.

"hiks, hiks"

"loh, nangis lagi? Udak dong dek"

"maaf, seharian ini syifa marah-marah terus hiks" jawabnya.

"iya gak apa-apa, sekarang kita masuk" aku menarik tangannya memasuki rumah baru kami.

Rumah yang tak terlalu luas namun sangat cukup untuk kami tinggali berdua.

"ini kamar kita"
Tunjukku pada sebuah kamar dekat pada ruang tamu.

"terus ini kamar siapa?"
"kamar tamu" jawab ku.

"sekarang kita ke dapur" ajakku.
"nah, sekarang kamu udah bebas mau masak apa semua peralatan masak dan bahan-bahannya udah lengkap"

"tapi kan syifa gak tau masak" jawabnya.

"adek bisa belajar mulai sekarang"

"ya udah, Sekarang Adek mandi dulu"

"mandi? Tapi kan syifa gak punya baju ganti, semuanya ada di kosan" ucapnya.

Aku membawa nya ke kamar.
"sekarang kamu buka lemarinya, semua pakaian kamu dan juga mas udah ada disana" jawab ku.

"jadi sekarang kita udah benar-benar tinggal di rumah ini?" tanya nya.

"iya sayang, ih gemes banget" ucap ku sambil mencubit pipi nya.
"sakit"

*****

Saat tengah sibuk dengan laptop ku tiba-tiba Asyifa datang dan duduk di samping ku.

"Mas, mas tau sesuatu tentang aisyah gak?" tanya nya.

"sesuatu? Tentang apa?" tanya ku balik.

"hmm, misal Aisyah lagi dekat dengan seseorang mungkin?" tanya lagi.

"gak, mas gak tau apa-apa, emang kenapa sih kok tiba-tiba nanya kayak gitu?"

"hm, gak sih cuman akhir-akhir ini Aisyah seperti menyembunyikan sesuatu, dan Asyifa juga pernah tanpa sengaja melihatnya bersama seseorang" jawab nya.

"mungkin perasaan kamu aja, atau kalau yang kamu katakan itu memang benar, kita akan mencari tahu" ucap ku sambil tersenyum ke arahnya.

"ya udah, Mas Ilham mau aku buatkan kopi gak?" tanya nya.

"boleh deh"

"ya udah bentar yah" ucapnya sambil berdiri.

Setelah beberapa saat ia kembali membawa dua gelas dan juga buskuit coklat.

"coklat lagi?" tanya ku saat melihat isi gelasnya.

"iya, mas kan tahu Syifa suka coklat, lagian kan mas sendiri yang beli coklatnya" jawab nya.

"iya sayang tapi jangan terlalu sering nanti gigi kamu bisa rusak"

"apaan sih? Umur syifa udah 20 tahun, bukan bocah 5 tahun" jawab nya.

Aku tertawa mendengar jawaban darinya.

"syifa mau tidur aja sekarang" ucapnya sambil berlalu ke dapur membawa gelas yang sudah ia gunakan.

"mas, Asyifa tidur ya?"
"ya udah mas juga mau tidur"
"tapi mas bawa dulu gelas sama piring nya ke dapur, besok baru syifa cuci"

"besok aja ya, di bawa ke dapur jangan sekarang" ucap ku sambil memeluknya.

"gak boleh, mas bawa ke dapur sekarang" tegas nya.
Aku melepas pelukan ku dan membawa gelas kopi ke dapur.

Saat kembali dari dapur aku melihat ia sudah terlelap.

Cepat sekali?
Fikir ku.

Aku ikut berbaring di sampingnya dan memeluknya.
Setelah beberapa saat aku juga belum tertidur.

"dek, kamu udah tidur ya?" tanya ku.
Tak ada jawaban

"dek?" aku menoel pipi nya pelan.
Tapi tetap tak ada jawaban dari nya.
Aku menghela nafas, dan mulai menutup mata ku.

****

Asyifa.

Aku ke kampus tanpa mas Ilham karena hari ini ia tidak memiliki jadwal mengajar.

Namun saat dalam perjalanan menuju kampus, aku melihat Aisyah sedang bersama seorang pria.
Aku mendekatinya dan membawa motor ku di tempat Aisyah memarkir motor nya.

"Aisyah" panggil ku.

Ku lihat Aisyah dan pria itu berbalik ke arah ku.

Deg.

Seketika langkah ku terhenti setelah melihat, pria yang sedang bersama Aisyah.

'dia? Ada urusan apa dia dengan Aisyah?' batin ku.

Aku kembali berjalan mendekati ke duanya.

"Aisyah, apa yang kamu lakukan disini? Dan kenapa pria ini bersama mu?" tanya ku tanpa melihat ke arah pria itu.

"am, itu aa..ku, aku.."

"saya akan melamar Aisyah malam ini" jawab pria itu.

"Ryan" panggil Aisyah pelan.

"maaf, tapi saya tidak bertanya kepada mu"

"dan Aisyah, kamu ikut aku sekarang"  lanjut ku, sambil menarik tangan Aisyah.

Namun, langkah ku terhenti saat Aisyah berkata.
"Syifa, lepas aku tidak akan ikut dengan mu sekarang"
Aku melepas genggaman ku pada tangan nya.

"apa maksud kamu?"

"aku, akan ke kampus tapi setelah urusan ku dengan kak Ryan selesai" jawab nya.

"baiklah, aku akan menunggu di kampus" ucap ku sambil berjalan meninggalkan keduanya.

Aku kembali melajukan motor ku ke arah kampus, kejadian tadi masih tetap melekat dalam fikiran ku.

'apa ini kejutan yang di maksud?' batin ku.

***

Bersambung....

Maaf yah jika part yang ini banyak typo nya.

Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang