Aku selalu menghindar dari Vino, bukan karena aku membencinya. Tapi aku ingin menghilangkan rasa yang mulai tumbuh. Aku tidak ingin merusak apa yang sudah tertata dengan cantik. Berkali-kali Vino menghubungiku dan berusaha menemui ku. Namun aku selalu berhasil menghindarinya, namun sampai kapan aku mampu menghindar darinya. Kadang lelah harus kucing-kucingan darinya.
'Maafkan aku Vin' ucapku menggenggam hp dengan melihat puluhan panggilan dan puluhan pesan darinya.
Kembali benda pipih di tanganku bergetar namun kali ini pesan bukan dari Vino melainkan Mas Firman.
'Ada acara malam ini?'
'Gak ada, Mas. Ada apa?'
'Aku berniat mengajak kamu dinner. Jika kamu tidak keberatan'
'Apakah hanya kita berdua?'
'Tidak, Syifa juga ikut. Dia kangen sama kamu.'
'Papanya gak kangen?' entah sejak kapan aku berani menggodanya.
'Jangan coba menggodaku. Kalau tidak mau aku culik sekarang.'
'Emang udah berani main culik-culik sekarang?'
'Aku tidak berani menculik orangnya, aku hanya akan menculik hatinya. Aku yakin kini sudah 30% hatinya berada padaku.'
'Sok taunya ternyata belum hilang.'
'Haha.. Jam 7 aku jemput.'
Aku hanya tersenyum membaca balasannya tanpa berniat membalasnya lagi. Mungkin sudah saatnya aku membuka hati walau membuka hati pada masa lalu ku. Setidaknya aku tidak merebut siapa-siapa, karena status Mas Firman sudah duda.
Sepulangnya dari kantor aku langsung pulang ke rumah. Sekitar pukul 6.20 wib, aku sudah selesai berdandan. Aku mengenakan long dres warna putih dengan rambut yang di sanggul seadanya dan menggunakan make up tipis. Bel rumah sudah berbunyi berkali-kali.
"Iya tunggu sebentar, Mas." ucapku setengah berteriak. Namun bel itu semakin sering berbunyi.
"Gak sabaran sekali sih, katanya mau jemput jam 7 ini baru jam 6 lewat ." gerutu sambil melangkah membuka pintu.
Saat pintu terbuka sempurna, aku dikejutkan dengan sosok dihadapanku. Aku kembali menutup pintu, namun orang tersebut lebih dulu menahannya dengan kedua tangan kekarnya. Aku masih berusaha dengan tenaga yang ada menutup pintu tersebut, namun aku kalah kuat.
"Ran, biarkan aku bicara. Sebentar saja" ucap Vino langsung menolak pintu itu dengan tenaga yang lebih kuat. Kini dia sudah berada di dalam rumah menutup pintu dengan kasar dan menguncinya.
"Apa yang kamu lakukan." ucapku panik. Aku melihat gerahamnya mengeras, tangannya terkepal dan tatapan yang penuh amarah. Dia semakin maju kearahku, sedangkan aku mundur perlahan.
"Hentikan Vino, atau aku akan berteriak." ucapku mengancamnya.
"Berteriak lah. Biarkan warga datang menangkap kita dan menikahkan kita."
"Vino ku mohon." ucap ku yang mulai ketakutan. Saat aku rasa jaraknya sudah semakin dekat, aku membalikkan badan berusaha berlari ke dalam kamar, namun tangannya lebih cepat meraih lenganku. Menempelkan tubuhku di dinding dan dia mengurungku dengan kedua tangannya. Aku tertunduk dan air mataku mulai mengalir.
"Kenapa kau menghindari ku?" ucapnya dengan suara bergetar
Aku hanya menggeleng, aku terlalu takut untuk menjawab. Aku tidak pernah melihat Vino semarah itu.
"JAWAB RANIA." ucapnya dengan tegas.
Aku tersentak dengan ucapannya, kini tangisku semakin menjadi. Dia menarik wajahku dengan tangan kanan menghadap wajahnya. Kini netra kami bertemu, Aku melihat matanya memerah menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔
RomanceMengisahkan seorang wanita yang berusaha lepas dari kisah cinta masa lalu. Menata hidup tanpa hadirnya seseorang yang akan memberikan perhatian. Saat dia mampu mengubah hidupnya, sosok masa lalu kembali hadir membawa cinta yang pernah mati. Di saat...