Kedatanganmu berawal dari sebuah candaan, berlanjut menjadi tawaan dan berakhir menjadi tahanan. Ya, aku tertahan. Karena ceritamu yang semakin hari semakin membelit dan memenuhi setiap pori di kisah hidupku, membuatku lupa bagaimana aku bisa keluar dan mencari celah untuk kisah yang baru. Disini aku, masih dengan kisah bersamamu.
_Aku_
***
Solo, 2015
Aku duduk di bangku taman dengan buku tebal di tanganku. Sesekali ku edarkan pandanganku untuk menyegarkan mata, melihat tulisan bercampur dengan angka membuat mataku penat. Tinggal menghitung Minggu ujian nasional akan ku hadapi. Dengan segala cara aku belajar, entah dari aku merangkul materi atau belajar di ruang yang terbuka. Seperti sekarang ini, melihat lingkungan luar membuatku sadar bahwa aku tak sendiri dalam menjalani hidup tetapi orang lain juga. Dengan jalan mereka kehidupan dihadapi.
"Hei dik!" Seru salah seorang laki-laki yang berada jauh di tengah lapangan.
Aku masih terdiam dengan mengedarkan pandanganku di sekitar taman, "bicara dengan siapa sih dia?"
Laki-laki itu berlari mendekati ku, "hei yang duduk disana! Ambilkan bola itu!"
Aku menolehkan kepalaku ke kanan mengikuti arah tunjuk dari laki-laki tersebut. Ah benar disana ada bola, lalu siapa yang ia suruh?
Terlihat raut kesal dari wajah laki-laki itu kemudian ia beranjak mengambil bola dengan tangannya sendiri. Ia melihatku sekilas—masih dengan raut kesalnya—kemudian berlari menuju lapangan untuk melanjutkan pertandingannya. Aku hanya melihatnya dengan heran, jika dia butuh kenapa tidak minta tolong? Aku mengendikkan bahu dan kembali melanjutkan kegiatan ku yang tertunda. Ibu akan marah jika aku pulang lewat senja.
***
"Pak saya mau satu,kasih jeruknya tapi gausah diperas ya..." Pesanku pada penjual es di dekat taman.
Sorot senja mulai nampak di ufuk barat, menandakan bahwa malam akan kembali singgah. Dengan cepat ku bayar es teh pesanku dan kembali ke rumah. Taman ini sangat menyenangkan, terdapat lapangan besar di tengahnya dengan bangku yang berada di antara pohon-pohon besar yang rindang sehingga siapapun yang berteduh di siang hari tidak akan merasakan panasnya mentari. Lampu taman yang akan semakin indah ketika malam bertahta, tak lupa berbagai bunga hias yang berjejer rapi di pinggiran taman. Menurutku, ini adalah taman terindah yang pernah ada. Aku menyukainya.
"Hei gadis Bolot!" Ketus seorang laki-laki yang berdiri di depanku. Aku menghentikan langkahku dan mengadahkan kepala untuk melihat seorang yang menghalangi jalanku.
"Hah, kau emang lemot ya..." Aku membulatkan mataku sempurna ketika mendapati laki-laki yang sama dengan laki-laki bola siang tadi.
"Maksudmu apa ha?!" Balasku ketus.
"Hahaha, anak kecil seusia kamu bisa galak juga ya..." Kekehnya pelan, "nama mu siapa?"
"Namaku A– tunggu! Kamu penculik ya? Maaf Kak sebentar lagi Lana ujian, jadi jangan culik Lana ya? Please," ucapku ketakutan.
"Bff... Hahaha!" Tawanya keras yang membuatku semakin ketakutan. "Culik? Dasar anak kecil kebanyakan sinetron...."
"Kayaknya dia gila deh," gumamku pelan saat melihatnya masih tertawa.
"Juna, panggil aku Juna. Tapi aku dua tahun lebih tua dari kamu, jadi kamu harus panggil aku Kak Juna," ucapnya setelah tawanya reda.
"Lana gak tanya dan Lana gak mau tau, lagian Lana gak mau ngomong siapa nama lan-" ku tutup mulutku dengan buku tebal yang ku bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku [ H I A T U S ]
Teen Fiction[PENGUMUMAN!] Akan berubah alur namun dengan tokoh yang sama !! 'Aku Tentang diriku yang tak mudah beralih, Dirimu yang Jauh melukis jarak, Dan Dirinya yang berjuang mengikis waktu tuk terus bercerita. Karena jarak memiliki arti yang berbeda, entah...