Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!!
( ╹▽╹ )
Samuel terus menggenggam erat tangan Stella. Jari jempolnya mengusap punggung tangan gadis itu lembut, sedangkan kepala Stella tersandar di bahunya.
Pakaian yang dikenakan untuk acara pertunangan tadi masih melekat ditubuh keduanya. Pada saat acara hampir berakhir, Reza menelfon Geraldo tentang keadaan Radit. Awalnya Reza ingin agar Geraldo tidak membicarakan apa yang dia sampaikan kepada semua orang khususnya Stella dan Samuel.
Sialnya, Stella mengetahui hal tersebut.
Tentang kematian Radit.
"Dari kemarin aku terus ngerasa bakal terjadi sesuatu." Lirih Stella. "Aku kira itu cuma rasa gugup karena acara hari ini. Tapi aku salah. Aku ngerasa bersalah, Sam."
Samuel meraih Stella kedalam pelukannya. Dia tidak berbicara apapun, karena yang Stella butuhkan saat ini hanyalah ketenangan. Yang dia lakukan hanya menepuk-nepuk punggung Stella pelan seolah sedang menidurkan bayi, lalu beberapa saat mengecup puncak kepala Stella.
Keduanya sudah sampai didepan rumah Radit. Banyak orang berpakaian hitam duduk rapih sambil mengobrol pelan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Stella mengambil langkah lebar, dia memasuki rumah Radit tanpa menanggapi orang-orang yang menyapa nya. Stella langsung mendekati Reza, pipinya sudah basah.
"Ini semua bohong, kan?."
"Sabar ya." Reza memeluk Stella, tangannya mengusap lembut rambut Stella yang terurai. "Radit udah tenang, La."
"Dimakamkan dimana?." Tanya Samuel.
"Nanti gue antar ya, Sam." Setelah mengatakan hal tersebut, Reza mengajak keduanya untuk duduk disalah satu tempat yang tersedia. Disana sudah ada Geraldo, Nicky, Sherene, Mega dan Kimberly sedang berkumpul.
Mereka semua terdiam, menyesapi rasa sakit karena kehilangan seorang teman.
Stella duduk diantara Geraldo dan Nicky. Kepalanya bersandar pada bahu Nicky, matanya terpejam karena lelah.
"Non." Salah satu maid dirumah Radit menghampiri mereka semua. Matanya menatap Stella, dengan tangannya yang tengah memegang buku diary berwarna hitam.
"Saya lagi beres-beres, terus nemu ini. Kayaknya non Stella berhak ambil karena belakang diary ini ada foto non sama den Radit."Stella meraih buku tersebut, lalu membuka gemboknya menggunakan kunci yang berukuran cukup kecil. Buku itu terbuka, dihalaman depan terdapat beberapa foto saat Stella dan Radit masih berpacaran dulu. Tiap lembar terdapat foto, dibawahnya terdapat coretan tulisan Radit mengenai perasaannya pada momen yang ada di dalam foto. Bahkan, saat hubungan keduanya mulai merenggang, Stella tidak tahu bahwa diam-diam Radit memotret dirinya dari jauh.
Stella tidak sadar, kegiatannya terus di perhatikan oleh teman dan keluarganya. Samuel yang terus memperhatikan mimik wajah Stella, menghela nafas pelan. Pria itu menyelipkan anak rambut Stella ke belakang telinga gadis itu.
"Aku rasa kamu butuh waktu untuk sendiri, sayang." Kata Samuel. "Kita disini, kalau kamu sudah baca buku itu sampai akhir, kamu bisa balik lagi kemari."
Stella mengangguk. Dia mengecup singkat pipi Samuel, lalu berjalan pergi menuju kamar Radit. Dia butuh ruang untuk membuat dirinya tenang. Dia ingin tahu apa yang Radit rasakan, saat laki-laki itu menoreh kata demi kata diatas lembaran diary yang kini ia pegang.
Stella menutup pintu, lalu berjalan mendekati tempat tidur untuk Radit istirahat seperti biasanya. Dia duduk di tepian kasur, lalu mulai membaca diary dari lembar pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Подростковая литератураSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?