"Aku tidak yakin dengan mitos aneh seperti itu" "itu hanya kebohongan. Mitos bodoh yang bisa menipu anak kecil"
Lelaki manis itu melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya yang terbuka dan menampakan pemandangan malam yang gelap dan sunyi. Pohon beringin yang besar menutupi rumah" lainnya. Suara angin yang terdengar lembut pun menyelingi.
"Kkkrriieeekk"
Sesaat dia pun menongok ke arah pintu yang terbuka dengan sendirinya. "Siapa disana?" Ucapnya lirih.
Hening.
Tak ada yang menjawab.
"A-aku takut."
"Apa yang kau takutkan tuan putri? Hm?" Ucap lembut seseorang dari belakang Felix.
"S-siapa kau!?" Tanya Felix panik.
Lelaki itu hanya tersenyum mengeluarkan smirknya. Wajah pucat pasi, postur tubuhnya yang gagah di selingi angin sepoi" yang lembut suaranya menambah kesan dingin pada dirinya.
"Siapa kau!? Aku tanya siapa kau!" Tanya Felix dengan suaranya yang meninggi.
"Apakah itu penting? Hm?" Balasnya acuh tak acuh.
"Jawab aku! Siapa kau!?" Suara Felix makin meninggi karena dirinya sangat takut. Itu wajar karena, rata" orang panik dan ketakutan akan menaikan nada bicaranya.
"Bisakah kau turunkan nada bicaramu? Hm tidak sopan bicara begitu sayang" Ucap lelaki itu seraya menaikan dagu Felix perlahan.
Felix langsung menepis tangan lelaki itu dari dagunya. "Jangan sentuh aku" Ucapnya lirih.
"Kau kasar ya sayang? Aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin sedikit darahmu" Ujarnya mengeluarkan smirknya.
"Darah!? Apa maumu hah!? Menjauhlah!" Ancamnya takut.
"Kau galak ya sayang? Aku tak akan melukaimu, tapi kau memaksaku untuk melukaimu"
"Menjaulah brengsek!!!!"
"Sreeeeekkk"
"Aakkhhhh! S-akit bangsat!"
"Aaarrrrrgghhhhh!!!!!!!"
"Hmph- darahmu manis sayang" "Seperti wajahmu"
"Bruk..."
Tubuh Felix ambruk seketika. Lelaki tadi menghisap terlalu banyak darahnya sampai dia kehilangan kesadarannya.
