PART 3

720 49 3
                                    

2 Jam kemudian, Rara menatap dirinya di cermin kamar mandi sebuah mall. Dia baru saja menindik hidungnya dengan anting-anting kecil. Rara yakin teman-teman sekolahnya akan sangat terkejut.

Rara keluar dari kamar mandi dan berjalan-jalan di dalam mall. Dia melihat toko musik dan memasukinya. Pandangan matanya jatuh pada sebuah CD dan dia mengambilnya. Tiba-tiba saja Rara mendapat ide. Dia akan membawa CD itu keluar dengan sengaja dan membiarkandirinya tertangkap. Pati mama akan sangat marah padanya.

Rara keluar membawa CD di tangannya. Tiba-tiba seorang satpam menghampirinya.

"Maaf." katanya. "Tapi anda belum membayar CD yang anda bawa!"

Rara tersenyum manis. "Memang! jadi kenapa?"

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya."Disini kamu rupanya!"

Rara menatap orang yang menepuk pundaknya. Si pemain piano sekolahnya lagi.

Selfi menatap Rara sambil tersenyum. Dia sudah memperhatikan Rara sejak tadi. Dia tahu Rara melakukan hal tadi dengan sengaja.

"Maaf, pak!" lanjut Selfi. "Dia teman saya! saya menyuruhnya membawakan CD ini ke kasir, tapi sepertinya dia kelupaan dan berjalan ke pintu keluar!"

Si  satpam terlihat curiga. "Apa benar begitu ?"

Saat Rara mau bicara, Selfi langsung memotongnya. "Ya benar ! lagi pula kalau dia memang berniat mencuri CD, kenapa dia tidak memasukkanya saja ke tas biar tidak terlihat ? teman saya ini malah mambawanya secara terang-terangan."

Rara benar-benar terlihat kesal. Selfi mengambil CD di tangannya. "Kalau begitu saya bayar dulu CD ini, pak ! sekali lagi saya minta maaf !" Selfi berkata dengan tulus. Pak satpam tersenyum padanya.

"Tidak apa-apa!" katanya.

Selfi berjalan ke arah kasir. Saat keluar dari toko musik, Rara menarik lengan Selfi. "Heh ! kurang kerjaan, ya ?" teriaknya. "Untuk apa ikut campur urusan orang ?"

Selfi tersenyum. "Seharusnya kamu bilang terima kasih dan aku akan membalasnya dengan bilang sama-sama!"

Rara berkacak pinggang. "Dengar, ya ! aku tidak suka orang sepertimu ! aku hanya akan memperingatkan sekali ini saja ! jangan ikut  campur urusanku, atau kamu akan menyesal !"

Selfi hanya berdiri dengan tenang.

"Heh ! dengar tidak ?" teriak Rara lagi. Selfi mengangguk.

Rara memandang Selfi dengan bingung. "Kenapa dia hanya diam seperti patung ?" pikirnya.

"Kau ngerti maksudku nggak ?" seru Rara lagi.

Selfi mengangguk  untuk ke 2 kalinya.

Rara menjadi semakin bingung. "mana suaramu ? kenapa sekarang kamu cuma diam ? mendadak bisu, ya ?"

Selfi menggeleng.

"Jadi kenapa diam sekarang ?"

Benar-benar orang aneh, kata Rara dalam hati. Tadi di toko musik bicara panjang lebar, sekarang malah diam.

"Kenapa ? kamu sakit ?" tanya Rara, suaranya agak melembut.

Pertanyaan itu membuat Selfi terkejut sejenak, akhirnya ia mengangguk.

"Pokoknya aku tidak mau  kamu ikut campur urusanku lagi ! awas aja !" Rara pergi meninggalkan Selfi.

Selfi tersenyum kecil. Dia memasukkan CD tersebut ke tasnya lalu keluar dari mall. Tak berapa lama kemudian, Selfi memasuki rumah sakit yang jauhnya hanya 600 meter dari sana.

"Dari mana saja kamu ?" seorang dokter menghampiri Selfi dengan wajah panik.

"Jalan-jalan !" kata Selfi.

"Selfi..." kata dokter itu.

"Aku tahu tidak seharusnya aku kabur !" kata Selfi. "Tapi aku bosan sama sekali ! maafkan aku , pa !"

Dokter yang ternyata ayah Selfi menarik nafas panjang. "Tidak apa-apa ! lain kali kalau mau jalan-jalan bilang papa dulu ! sudah makan belum ?"

Selfi menggeleng. Papa tersenyum. " Ayo, kita cari makan !"

Selfi mengikuti langkah papanya. Sambil mengingat kejadian tadi, Dia tahu dari teman-teman sekelasnya bahwa si rambut merah itu bernama Rara.

"Kenapa kamu melamun ?" suara papanya memasuki pikiran Selfi.

"Aku bertemu dengan orang aneh hari ini !" kata Selfi.

"Siapa ?" papa bertanya.

"Teman sekolah !" jawab Selfi. "Dia anak baru !"

"Kamu mau menceritakannya dengan papa ?"

"Tidak ! nanti saja, bukankah sekarang waktunya pemeriksaan ?"

Papa mengangguk. "Ayo !"

Selfi sudah mengenal rumah sakit ini sejak kecil. Sejak kecil ia sudah keluar masuk rumah sakit.

Bunga mawar merah di taman rumah sakit mengingatkannya pada rambut Rara. Selfi tertawa kecil. Entah mengapa ingatan akan Rara membuatnya teringat pada adeknya yang telah pergi terlebih dahulu, dia mirip dengan Rara.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suasana club di malam hari tampak ramai. Alasan satu-satunya dia berada disini adalah karena dia tidak ingin pulang ke rumah dan berhdapan dengan ibunya. Dinyalakan sebatang rokok untuk melepas ketegangan. Rara mencoba segala jenis merk rokok yang ditemuinya, tetapi tidak ada 1 pun yang bisa mengobati rasa sakitnya.

Hatinya nyeri luar biasa. Dia tidak menyangka ayahnya akan setega itu meninggalkannya dengan mama. Mulai saat itu, Rara tidak pernah percaya pada siapapun.

DETIK TERAKHIRWhere stories live. Discover now