Kelana Ceritaku

Memandang Sebelah Mata(End)

"Kalian hanya memandang aku sebelah mata. Tak semua orang hanya mempunyai kekurangan atau hanya memiliki kelebihan. Tapi, setiap manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing"

#III

Perlahan, aku masuk diantara mereka, belum ada yang menyadari kembalinya aku. Sampai akhirnya, Winda berteriak histeris melihat keberadaanku.

"Friskaa! Enggak mungkin!!!" Teriaknya histeris, bahkan ada yang berteriak bahwa aku hantu, sialan.

"Aku bukan hantu!" Balasku teriak. Semuanya terdiam.

"Kenapa? Terkejut?" Tanyaku sambil tersenyum miring

"Friska?" Panggil Andre memastikan, ternyata Andre sudah tergerai air mata.

"Ya" jawabku singkat

"Kalian selama ini terlalu sibuk dengan kekuranganku, kalian terlalu menganggap aku begitu buruk, sampai kalian lupa,bahwa tuhan menciptakan manusia memiliki kekurang dan kelebihannya masingg-masing!" Ujarku

Aku mengekuarkan Benda yang sangat berharga dari saku jaketku yang berkancing. Aku menengokkannya pada mereka. Mereka terbungkam tidak percaya, mendali emasku,  kutunjukaan pada mereka.

"Terkejut? Tidak percaya? " tanyaku

"Ini mendali emas punyaku, yang aku dapatkan seminggu yang lalu, di perlombaan olimpiade Loncat Indah tingkat Naional" jelasku. Mereka semua terbelakak, mata mereka membuka lebar.

Sekarang pandanganku tertuju pada keluargaku.

"Ibu ,ayah, kakak. Kenapa tidak ada yang memperdulikanku selama seminggu aku menghilang? Bahkan lebih" tanyaku pada mereka. Mereka hanya terdiam kikuk.

Mereka berlinang air mata. Tanpa terkecuali. Mereka semua benarbbenar salah memandangku sebelah mata.

Ibu,ayah, dan kakak berjalan menujuku. Mereka menatapku dengan tatapan bersalah. Mereka memelukku begitu erat, mengucapkan kata maaf berulang-ulang, menyesali perbuatannya.

"Kenapa kalian bisa disini?" Tanyaku pada mereka

"Kami dijemput teman laki-lakimu, namanya tadi Andre. Dia menceritakan semuanya ,bagaimana kamu di sekolahan. Awalnya tadi kami tidak perduli dengan hal itu, kami malah mengumpatmu dengan kata-kata tidak menyenangkan, padahal itu sangat tidak pantas bagi orang tua ,Friska. Maafkan kami ,Friska. Lalu dia menyadarkan kami tentang apa yang kami perbuat. Kami meminta dia untuk mengantarkan kami ketempat kamu berada, dan kami tambah merasa bersalah dengan sentuhan yang kamu berikan tadi. Maafkan kami, kamu anak ibu yang baik, kamu anak ibu yang kuat. Kami hanya menilaimu dari sisi burukmu, kami fikir kamu memang anak yang tidak berguna, tetapi kami salah, benar-benar salah, kamu benar, setiap anak adalah anugerah dari tuhan, kekuranganmu itu adalah kesalahan kami. Sekali lagi maaf" jelas Ibuku panjang lebar. Aku tersenyum terharu.

Sulit memang untukku memaafkan mereka. Tapi, bagaimanapunjuga, mereka tetap keluargaku, aku yakin, kata maaf dari mulut mereka yang sekarang ini adalah ketulusan

Setelah ibu, ayah, dan kakakku melepaskan pelukannya, mereka semua berbondong-bondong mendekatiku, meminta maaf, bahkan ada yang sampai sujud dikakiku. Aku menjauh dari mereka, dan mendekat ke arah Andre

"Untuk kamu, terima kasih banyak, telah banyak membantuku." Ujarku tersenyum kikuk

"Gue juga " katanya

"Terima kasih untuk apa? " tanyaku

"Terima kasih pernah ada. Lo ngajarin gue arti ketabahan, lo ngajarin gue keikhlasan, lo cewek kuat. Lo buat gue jatuh cinta , gue mencintai lo setulus mungkin, tanpa mandang apapun, gue cuma mandang hatilo yang  kuat." Ungkapnya.

Aku benar-benar terkejut, tidak percaya dia mengungkapkan isi hatinya. Mulutku terbuka sedikit alisku terangkat, menandakan kekagetanku.

Dia menggenggam tanganku, mendekat, lalu memelukku.

Hangat.

Nyaman.

Itulah yang aku rasakan sekarang.
Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Akhirnya.

Ini akhir yang aku harapkan.

Aku dianggap ada.

Mereka menyesalinya.

Aku ingin merasakan suasana hangat seperti ini selamanya ,Tuhan.

#TheEnd

#

Jadi ini adalah cerita dari ibu, yang pernah dia tulis , dan dia ceritakan padaku. Cerita ini terinspirasi dari pengalaman mimpinya.

Lalu dia tulis di buku Ceritanya.

Tapi, yang aku tulis sekarang adalah versi ku. Tapi intinya tetap sama dengan cerita ibu. Terimakasih.