Author "Ok semua! Ini ialah cerita akhir dari readers. Kita sambut, Lailaziz_ !! Silahkan masuk~ Langsung saja cerita ya, sebab saya tak da masa lagi."
Lail "Oke, macam ni...
Bukan Sekedar Kartun
Dibawah terpal lebar, ku lihat orang-orang sedang bersenda gurau, sesekali aku ikut tertawa meski kadang ku tak paham maksud dari lelucon itu, tapi nampaknya jenaka itu lucu.
Biarkan orang-orang tertawa bersama, mereka memang harus bersantai sejenak. Aku keluar dari dalam tenda terpal, menatap kabut yang membumbung tinggi di angkasa.
Aku duduk dihamparan rumput, kumpulan kabut itu tetap abu-abu meskipun diterpa langit jingga, yang artinya kabut itu sungguh tebal.
Apa yang sebenarnya terjadi hingga gunung berapi di kota kami tiba-tiba meletus? Aku tak dapat membayangkan bagaimana keadaan kota kami setelah semua kejadian ini selesai.
Aku mengerjapkan mataku sebentar kearah matahari, potongan imajinasiku tiba-tiba muncul dan menyatu. Aku hanya tersenyum, ingatan lama, bahkan aku sudah lupa episode berapa, haha. Entahlah, aku lupa-lupa ingat, bagian pengembaraan Boboiboy ke planet Volkania, dan berakhir dengan meletusnya gunung berapi akibat Boboiboy Api. Jadi apakah kerusuhan ini karena Boboiboy Api? Ha, tidak mungkin, itu hanya sebuah lelucon.
Imajinasiku berputar lagi menuju bagian dimana Rockta Roka datang karena meletusnya gunung berapi Volkania, pada episode itu Boboiboy Air muncul bukan? Dia selalu mengingatkanku pada scene kemunculan pertamanya, Boboiyot, haha.
Aku tak berhenti menjelajahi memori-memori lama, segala yang muncul selalu mengingatkanku, sampai-sampai susah tuk dihentikan, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang enggan dilepaskan.
Hingga...
Kenangan buruk muncul, aku langsung menepis ingatan itu, hanya membuat senyumku hilang.
Hari mulai gelap, aku tidak beranjak dari atas rumput. Mestikah ku ceritakan bagaimana hal buruk itu pada kalian?
(Mestinya seperti itu kan Vera, kalau tidak cerita ini tidak akan jalan, wkwk😂)
Author "Yaiyalah wkwkwk."
Pada awal bulan Juni di tahun terakhir SMP...
Entah bagaimana caraku menuliskan suasana hari ini, mengharukan? Iya, menyedihkan? Iya, menggembirakan? Iya juga.
Hari apakah sebenarnya? Graduation day, atau yang lebih dikenal dengan hari perpisahan.
Aku duduk di kursi paling depan, menyaksikan pertunjukkan menyanyi kawan baikku, alias sahabat, Zara. Dia menyanyi lagu berbahasa Korea, aku tahu betul dia menyukai artis-artis Korea, dia adalah seorang kpopers.
Dan aku sendiri? Aku adalah Boyvers😏
Aku dan dia bersahabat karena toleransi kami. Dikala tak ada wadah untuk melampiaskan perasaan dan pikiran, dia akan menadahkan tangannya.
Kebanyakan hal yang kuceritakan tak jauh-jauh dari yang namanya "Boboiboy." (kiprah para Boyvers😂)
Dia yang sering mendengarkanku bercerita, aku pun sering juga mendengarkannya, dia memahamiku sebagaimana dia yang juga seorang fandom, tapi di lapak sebelah. Aku tahu nama bias-nya, namanya Sehun.
Dia berbeda denganku, dia punya modal jadi fandom, lihat saja poster Sehun dikamarnya, album EXO, kaos sablon gambar Sehun, sampai keychain pun gambar Sehun, bahkan dalam dompetnya ada photo Sehun. Apa dayaku yang cuma modal ytb.
Tapi hari ini berbeda.
Zara turun dari panggung, dan aku lah yang bertepuk paling riuh. Aku menghampiri Zara kebelakang panggung.
Aku memujinya sampai-sampai dia tidak dapat menyahut apapun, oke, mungkin aku berlebihan dan terlampau heboh, alay bisa jadi.
"Zara, kau oke? Tapi aku jujur kok, beneran."
"Iya, aku tau. Tapi kalau aku juga boleh jujur..."
Aku menunggu Zara melanjutkan ucapannya dengan penuh penasaran. Ada sesuatu yang berbeda darinya.
"Mmm... A... Emm... A.. Aku berhenti jadi fandom," jawabnya gugup.
"Mengapa?" heran ku, tentu saja ini membuat shock. Ia hanya menggeleng dan menjauh dariku. Hmm, Ini pasti karena anak-anak itu, aku yakin.
Ya, kebanyakan pengisi acara dalam perpisahan ini adalah anak-anak bucin dari berbagai level, tapi yang ku khawatirkan adalah segelintir dari mereka membawa dampak negatif (tahu lah yang pacar-pacaran tuh). Tapi kalau pun Zara ada menyukai seseorang, aku bisa apa?
Aku pergi menghampiri Zara ke dalam kelas, tempat merias anak-anak yang tampil. Zara terlihat tersenyum bahagia bersama kawan-kawan barunya, dia tidak dingin pada mereka, aku merasakan sesuatu yang tidak enak.
Aku menunggu dia keluar.
Ia keluar bersama seorang laki-laki, adik kelas. "Zara, kamu..." aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
Zara berhenti tepat dihadapanku, "maaf Mia, tapi ini pilihanku," jelasnya. Aku paham maksudnya, adik kelas itu pastilah pacar pertamanya.
"Tapi mengapa?" aku benar-benar shock sekarang, dia berhenti jadi fandom karena anak ini???
"Mia, kamu..., kita harus sadar, para idola kita itu jauh dari genggaman. Aku tidak ingin membuang-buang masa mudaku hanya untuk memuja yang tak pasti. Apalagi kamu. Mia, Boboiboy tidak lebih dari kartun, kamu tidak bisa menggapainya, mereka tidak nyata. Ubah pola pikirmu Mia, apa yang bisa kau dapat dari gambar-gambar bergerak itu? Mereka tidak berguna seperti sampah?!" jawab Zara.
Yakinkan aku ini bukan Zara, tolong!
Aku tidak mengatakan apapun lagi, aku pergi. Hatiku sakit, mengapa orang yang dulu selalu menyemangatiku jadi begini? Bukankah dia suka saat kita saling tukar cerita?
Sejak saat itu, aku tidak berhubungan apa-apa lagi dengan Zara, kami beda sekolah. Aku bahkan tidak pernah melihat Zara lagi semenjak tahun kedua ku di SMA, banyak rumor beredar pasal Zara dan pacarnya. Aku tak tahu harus percaya atau tidak dengan berita itu, tapi Zara pernah jadi anak baik.
Meskipun aku masih menganggapnya anak baik, tapi aku ingat sekali kala ia bilang Boboiboy adalah sampah. Aku masih sakit hati, mungkin aku terlalu fanatik. Tapi perkataan Zara ada benarnya juga, aku terlalu serius menjadi fans, tapi aku tidak ingin salah pergaulan, itulah mengapa aku suka kartun. Mulai itu, aku mengurangi kebiasaanku menjadi fandom, karena memang aku tidak punya teman untuk berkeluh-kesah.
Tapi kau tau, menghilangkan rasa fanatik sungguh berat. Bayangan Boboiboy selalu menghantuiku. Mencampur urusan dunia nyata dan khayalan itu terasa sulit, akan tetapi tidak selamanya seperti itu. Aku belajar banyak dari Boboiboy, ku yakinkan ia bukanlah sampah.
Aku menatap ke dalam tenda terpal, tersenyum pada anak-anak yang tengah tertawa ria. Aku tersenyum, Boboiboy bukanlah sekedar gambar bergerak. Mereka bisa mengatakan apa yang ingin katakan, atau melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Tapi, aku dan Boboiboy tidak bisa terpisahkan.
Inilah jalanku, disini, di pengungsian ini, bukti aku tak bisa dipisahkan dengannya. Aku memang tidak sehebat superhero yang membintangi alur menegangkan, tapi mulai lah kebaikan dari hal-hal kecil. Aku seorang sukarelawan korban bencana alam, dan Boboiboy adalah inspirasiku untuk selalu menolong orang lain^^.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Punya Cerita/Pengalaman yang buruk sebagai Boyfers? Dan tidak tau harus di apakan?? Ayo ceritakan disini!! ADA HADIAHNYA lho.
Info lebih lanjut, boleh chat aku di Whatsapp ya.No : 0895351451407
Pst : Jangan dikasih ke Fans Aku ya:"v
Bisa Di whatsapp, Bisa Di IG, bisa disini. Kecuali FB saya tdk punya maaf :"
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖JANGAN LUPA VOTE!
TIDAK VOTE = GAK LANJUT:v
GAK LANJUT = GAK ADA PEMENANG:vAwokawok:v (Seriously)
Bintang nya ditekan ya, karna baca itu gratis!
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salahnya Jadi Boyfers?
FanficKumpulan cerita tentang penderitaan dan pengalaman yang di rasakan ketika menjadi Boyfers. Berbagai hinaan, ejekan, caci maki, bahkan bullying, diterima dengan kesabaran yang menghampiri hati. Ingin tau kisahnya? Langsung saja baca ini ya!! ^^ ➖➖➖➖...