Bab 8

1.1K 52 0
                                    

Indira masih memikirkan perkataan Scotty Joe mengenai Stefano.Pasangan?Benarkah?Stefano yang selama ini di dengarnya begitu dingin dan membenci wanita,tertarik untuk sekedar membawa seorang pasangannya ke tempat seperti ini?Kecuali ketika ia datang,semuanya berubah.Itulah kata-kata yang masih di terimanya,walau yang berpendapat adalah Barbazan.

Ada sedikit rasa penasaran saat membayangkan seperti apa kira-kira pasangan yang dimaksud Scotty Joe--pasangan yang dibawa Stefano.Apakah ia cantik,berasal dari keturunan bangsawan atau apa?

Indira sedikit terganggu dengan berita tersebut.Menyadari dirinya seperti merasakan hal aneh--seperti tak suka dengan kenyataan bahwa Stefano pernah memiliki pasangan,membuatnya pusing.

Ia mengancam dirinya sendiri,bagaimana mungkin gadis pribumi sepertinya menyukai,atau bahkan mencintai lelaki seperti Stefano.Ia mengutuk dirinya,ketika rasa cemburu itu kian membesar,membuatnya menutup kepalanya sendiri.

Sore itu,ia sedang berdiam diri di kamar setelah kepulangannya dari kampus.Saat ia tiba di rumah,ia tak menemukan tanda-tanda keberadaan Stefano.Indira kemudian berusaha memcari tau dimana lelaki tersebut,namun hasilnya nihil.Ia lalu memutuskan untuk beristirahat di kamarnya sampai waktu makan malam tiba.
***
Stefano menghempaskan tubuhnya dengan lemah ke sofa.Ia begitu kelelahan setelah seharian bekerja.Hari ini karena suatu hal,ia pulang larut malam,sekitar pukul satu.Ia meminta Barbazan,yang saat itu kebetulan belum tidur untuk memijat tubuhnya sebentar.

"Sepertinya kau begitu kelelahan,Tuan muda"kata Barbazan sambil mulai memijitnya.

"Panggil aku Stefano,Barbazan.Kau sudah kuanggap seperti ayahku sendiri"kata Stefano sambil tertawa  kecil.

Lelaki paruh baya itu kembali memijit Stefano.Tuan Muda nya itu masih saja seperti dulu,melarangnya memanggilnya dengan sebutan Tuan muda.Ia merasa beruntung memiliki majikan seperti Stefano.

"Terima kasih,Barbazan.Kurasa aku harus segera ke kamar,aku begitu mengantuk"kata Stefano seraya bangkit sambil menenteng tas kantornya.

Barbazan mengambil alih tas itu,lalu menemani Stefano menuju kamarnya.Kedua lelaki itu berhenti berjalan tepat ketika seorang pelayan wanita,Charlote,berkata pada Stefano.

"Tuan muda,kurasa ada yang tidak beres pada nona Indira"pekik pelayan itu.

"Ada apa Ms.Charlote?Apa yang terjadi padanya?"Stefano kembali segar,berusaha mencerna perkataan Charlote di tengah kantuknya.

"Aku tidak tau apa yang terjadi tapi nona,tapi kelihatannya nona tidak bergerak sama sekali sejak tadi.Ia ada di balkon,tuan"

Tanpa pikir panjang,Stefano langsung bergegas menuju balkon yang dimaksud.Keduanya mendapati Indira terbaring di Lantai.Stefano langsung membopong gadis itu,menghalangi Barbazan yang mencoba untuk membantunya.Stefano meyakinkan Barbazan untuk mengangkat gadis itu sendiri.Berjalan dengan penuh cemas,pria itu membawa Indira ke kamarnya.

Stefano meletakkan tangannya pada dahi gadis itu.Gadis itu pingsan,dan belum ada tanda-tanda untuk bangun.Ia terus memanggil dokter-dokter pribadinya,namun tak ada satupun yang mengangkatnya,karena berada di luar jam kerja.

Sambil berusaha tetap tenang,ia memikirkan apa yang terjadi pada gadis itu.Seharian di kantor membuat Stefano tak bertemu dengannya bahkan memikirkan gadis itu sedikitpun.

Kini,gadis itu terbaring di kasurnya.Stefano mendekatkan dirinya pada Indira.Mengamati setiap lekuk wajah indah Indira.Senyumannya mengembang,tatkala ia melihat bibir Indira yang sedikit terbuka,seperti mengundangnya untuk langsung melahap bibir ranum itu.Stefano terkesiap,bukan saatnya ia memikirkan itu.Ia kembali dilanda rasa cemas,membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu.
***
Indira terbangun dengan kepala yang berbintang-bintang.Ia masih belum menstabilkan ingatannya.Hal terakhir yang ia ingat adalah ia menuju balkon,lalu semuanya tampak berkunang-kunang.Ia tak ingat apapun lagi setelah itu.Ia mencoba mengenali ruangan bernuansa merah maroon itu.Sesuatu pikiran aneh membuatnya sepenuhnya terbangun.

"A..aku,ada di kamar Stefano?"gumamnya sambil mencoba untuk duduk.Indira memperhatikan ruangan itu,kosong.Hanya ada dia disana.

Indira tak berdiam lama,ia segera bangkit,ia harus segera keluar dari ruangan ini.Ketika akan turun dari ranjang,pintu membuka.Terlihat Stefano datang bersama seseorang,dan keduanya terkejut melihat Indira sudah sadar.

"Kau sudah sadar,Indira?Dokter,kemarilah lalu tolong periksa gadis ini"Stefano mengamatinya.

"Periksa?memangnya apa yang terjadi padaku,Stefano?"tanya Indira heran.

Sang dokter,seorang wanita kulit hitam yang cantik,memeriksa Indira.Ia menyuruh Indira untuk diam sebentar.Sementara Stefano terus menatapnya dengan khawatir.

"Nona ini baik-baik saja,Stefano.Penyebab ia pingsan tadi malam mungkin karena ia kekurangan darah,dan berada di luar terlalu lama.Kau mengatakan menemukannya di balkon.Angin malam begitu buruk bagi kesehatan nona.Jangan sampai itu terulang lagi"jelas dokter itu.

"Aku pingsan?"gumam Indira.Sang dokter hanya tersenyum.

"Ya,nona.Untungnya aku tidak menemukan gejala hipotermia padamu karena kedinginan"jawab wanita itu sambil terkekeh pelan.

"Indira,ini dokter Nasrin.Dia keturunan Maroko"kata Stefano memperkenalkan.

Indira menyalami wanita anggun itu.

"Kau harus minum obat dan beristirahat sementara,sayang.Kalau kau merasa pusing lagi,Stefano akan memanggilku"pesan Nasrin.Indira mengangguk mengiyakan.Setelah Nasrin keluar,Stefano mendekati gadis itu.

"Siapa yang membawaku ke sini,pasti kau kan,Stefano"kata Indira.

"Tentu,nona.Tenang,aku sama sekali tidak menyentuhmu sedikitpun"kata Stefano.

"Bagaimana mungkin aku bisa memercayaimu?"

"Karena sekarang,aku ingin menyentuhmu"ucap Stefano dengan tatapan nakal.

"Aku akan melemparmu dengan vas bunga ini jika kau berani mencobanya"kata Indira,menggenggam vas bunga di sisi meja.Stefano tertawa melihat tingkah gadis itu.

"Apa yang kau lakukan semalam?"Stefano mulai berbaring di sebelahnya.Mata mereka saling menatap,namun Indira tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Menunggumu"jawab Indira.Ya,ia memang menunggu kepulangan Stefano di balkon.Hingga ia melupakan waktu makan malamnya sendiri.

"Menungguku?Aku sungguh akan merasa tersanjung jika kau tidak berbohong,amore"

"Apa benar yang Scotty Joe katakan?"Indira berusaha mencari kata yang pas."Tentang pasangan..."

"Aku tak menyangka kau akan memikirkan perkataan Doktor sialan itu"jawab Stefano.

"Apa maksudmu,Stefano"

"Lupakanlah,Indira.Kupikir,aku tidak bisa sembarang menceritakan masa laluku kepada orang yang salah"

"Apa maksudmu orang yang salah?Jadi kau masih menganggapku hanya seorang kenalan?"tanya Indira.

"Tidak,kau sahabatku"

"Apa alasanmu mengatakan itu,Stefano?"

"Karena aku menginginkan perasaan yang lebih dari itu!"jawab Stefano tegas.

Indira terkejut mendengarnya.Ia tak menyangka Stefano mengingkan sesuatu yang lebih dari sahabat.

"Tapi,Stefano..."

"Lupakan semuanya,Indira.Jika kau tidak bisa membuka hatimu untukku,jangan berharap lebih dari masa laluku"Stefano meninggalkan kamarnya,menuju balkon.

Sambil terhuyung-huyung,Indira menyusul Stefano.Ia tau kepalanya masih terasa sakit,bahkan ketika ia berjalan.Ia berdiri di belakang lelaki itu,menyentuh pundaknya dengan lembut.

"Apa yang sebenarnya ada di dalam hatimu,Stefano"kini Indira berada tepat di belakang lelaki itu.

"Aku tidak tau,Indira"lelaki itu berbalik,mengabaikan kehadiran Indira di belakangnya.Ia lalu menghilang di balik pintu.

Accident Of My Imagination Praised By Her(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang