1

87 8 0
                                    

“Jin Hyung...”

Lelaki yang dipanggil itu masih berlari, seakan indra pendengarannya tak lagi berfungsi. Tak ada ekspresi berarti di wajah manisnya, hanya ada pias yang menandakan ia sudah ada dipuncak kesabaran.

“aku bisa jelaskan, ku mohon berhenti!”

Masih tak mau menyerah, sosok yang sedari tadi berteriak itu mulai terengah-engah. Langkah besarnya bahkan tak mampu menyamai sang pujaan hati, dan ketika bahu lebar itu hilang dari pandangan. Ketika sosok manis itu menghilang di belokan, seketika itu pula Kim Namjoon merasa dunia kecilnya runtuh seketika.

××××××


Tiga tahun setelah pertengkaran itu, semua seakan berubah bagi Namjoon. Ritme hidupnya berubah pelan, semua terasa suram dan tak ada lagi perasaan merah muda. Lelaki seperempat abad itu berjalan pelan menyusuri koridor kantornya.

“Namjoon!!”

Seseorang memanggil namanya, tungkai panjang itu berhenti. Berbalik malas, kemudian menunggu dalam diam.

“Aku membuatkan mu makan siang” wanita cantik itu menyodorkan kotak bento ditangannya, senyum canggung masih setia terpatri diwajahnya.

“Terima kasih” pria jangkung itu menerima bento makan siangnya, “tapi kurasa kau tak perlu repot-repot membuatnya lagi. Aku tak terlalu suka menerima perhatian.” Ya, ia hanya suka menerima perhatian dari satu orang, dari 'dia' yang telah pergi meninggalkannya dalam kekalutan.

Wanita cantik itu mengangguk samar, masih menatap punggung lelaki yang telah dua tahun ini menarik perhatiannya. Ia mengembuskan nafas pelan, sekali lagi sebuah penolakan.

××××××


Sepasang kaki melangkah pelan menyusuri lembutnya pasir pantai, deru ombak memenuhi indra pendengarannya. Sapuan air laut sesekali menyentuh malu kaki mulusnya, senja mulai menyapa dari balik jingga. Sepertinya masih enggan untuk beranjak pada posisinya, pria berperawakan manis itu sesekali memperbaiki helaian rambutnya yang tersapu angin.

“Aku suka disini, sangat suka.” Senyum indahnya mengembang perlahan.

Sepasang mata lain tengah menatap kagum pemandangan indah didepannya, langit yang mengukir jingga dan seorang lelaki manis berbaju biru tua. Detak jantungnya berdegup kencang bahkan di menit pertama  sosok itu mencuri perhatiannya.

“Kim Seokjin!”

Sosok itu menoleh pada sumber suara, pada lelaki yang sedari tadi tanpa ia sadari sibuk memperhatikan pergerakannya. Tangan kurus itu melambai halus, senyum indah itu sekali lagi merekah.

“Taehyung, ayo sini!”

Tanpa menunggu komando lanjutan, lelaki bernama Kim Taehyung itu membawa langkah besarnya berlari, menyusuri pasir pantai menuju sosok yang belakangan ini berhasil mencuri perhatiannya.

Sekali lagi degub jantungnya bertalu kencang, Kim Taehyung tersenyum senang kala  Seokjin menyambut hangat kedatangannya. Jemari halus itu digenggam perlahan, membuat sang empunya terperanjat pelan.

Sudah terlalu lama ia tidak merasakan sentuhan, dan kali ini terasa kurang nyaman. Jelas saja, genggaman itu bukan milik si lelaki ber-dimple dalam.

Hambar.

“Ayo pulang, sebentar lagi gelap.” Seokjin mengangguk patuh. Ia mengikuti langkah Taehyung perlahan, masih dengan jemari saling bertautan. Ia bergerak gelisah, perasaan tak nyaman kini kian mengganggu.

“Taehyung...aku bisa berjalan sendiri.”

Genggaman itu terpaksa dilepas, gelanyar tak biasa menjalari sanubari Taehyung. Sang pemuda membuang nafas kasar, dalam batin merutuki harus dengan cara apa lagi ia bisa menarik perhatian Seokjin. Ini sudah penolakan ketiga sejak ia secara terang-terangan menyatakan perasaan cintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are My One and OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang