"Seharusnya kita tidak ke pantai malam-malam, kamu mau apa?"
"Bawaan bayi, kak."
"Apaan bayi, belum aku hamilin," Seungwoo mendengus.
Seungyoun dengan tidak berdosanya mengetuk pintu rumah, bukan, menggedor pintu rumah. Lalu menyuruh Seungwoo cepat berkemas dan pergi ke pantai. Wah. Pukul 9 malam!
Orang sinting mana pergi ke pantai pukul 9 malam?
Seungwoo mengeluarkan Mercedez-Benz C240nya dari garasi. Sudah berdebu dan sangat lama tidak digunakan. Seingat Seungwoo, mobilnya itu Terakhir beroperasi tahun kemarin.
"Aku tidak tahu apa ia masih baik, Seungyoun, bisa pergi besok saja?"
"Masih baik mobilmu itu. Tidak usah mengelak, ayo pergi."
Benar. Mercy masih baik. Seungwoo terpaksa pergi dengan tetangganya itu malam-malam.
"Kau bawa makanan?"
"Beli di toko tadi sore. Tentu saja aku mempersiapkannya, Han."
Seungwoo kembali fokus. Laut tidak jauh dari rumah mereka, dua jam dengan kecepatan 60 km/jam. Seungwoo menambah kecepatannya agar cepat sampai. Beruntungnya sedang sepi, barangkali banyak orang mudik ke Utara.
Pantai malam hari ternyata indah, Seungwoo tidak pernah melihatnya secara langsung. Kalau boleh jujur, memang ia pernah datang malam, tapi ia tidur dan baru bangun paginya.
"All of sudden, ada apa dengan malam di pantai?"
"Mau flashback."
"Ada apa?"
"Dulu Sejin suka ke pantai malam-malam. Sampai masuk angin dia. Dia bawa sendiri termos minuman hangat, kadang juga menawarkanku coklat hangat."
Seungyoun membangun tenda. Seungwoo ingin membantu. Dia hanya tidak tahu caranya. Jadi ketimbang merusuh, Seungwoo memilih mengeluarkan barang-barang.
Kurang dari satu jam tenda itu berdiri. Seungyoun segera menata barang dan keluar lagi. Ia menggelar tikar kecil untuk duduk dan menikmati malam.
"Dulu Sejin ingin menikahi bintang. Yang itu, Woo, aku lupa siapa namanya."
"Capella."
"Oh, Capella?"
"Dia Capella, memang cantik," Seungwoo menatap ke atas. Memang indah. Bintang Capella sungguh terlihat.
Seungyoun menunduk dan tersenyum, "Sekarang ia benar-benar menggapai bintangnya sendiri dan menikahinya."
Seungwoo menepuk pundak Seungyoun. Ia turut iba. Kepergian Sejin memang cukup tiba-tiba dan mengejutkan. Dulu Seungyoun menggila hampir setengah tahun.
"Ada apa memelukku?"
"Semua ketakutanku soal kamu kembali lagi," ucap Seungwoo dalam pelukannya.
"We'll be fine. Ayo, kita masuk, tidur. Kakak sudah menggigil."
"Butuh peluk?"
"Ya. Terima kasih tawarannya, kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecapi dan Sendawa Malam. [✔]
FanfictionMalam-malam bocah-bocah bukan tidur tapi main kecapi. Aku kira aku berhasil tapi aku bukan itu, aku gagal meresapi. ©yellow-postitgirl 2019