PART 4

647 52 1
                                    

Tiba-tiba pikirannya melayang pada kejadian siang tadi di toko musik. Ada sesuatu yang aneh pada diri Selfi yang tidak dimengerti oleh Rara. Dilangkahkan kakinya menuju lantai bawah club. Selama 1 jam dia dance tanpa henti. Setelah puas, Rara kembali ke tempat duduknya.

Seorang pria menghampirinya.

"Hai !" katanya. "Dance kamu boleh juga."

Si pria duduk di sebelah Rara. "Mau ikut jalan-jalan denganku ?"

"Tidak !" jawab Rara ketus.

Si pria tersenyum menggoda. "Ayolah !" katanya. Tangan pria itu memegang tangan Rara. "Kau pasti tidak akan menyesal!"

Rara menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Lepaskan tanganmu !"

Pria tersebut malah menggenggam tangan Rara semakin erat.

"Oh ! kamu mau sok jual mahal ! tidak apa-apa, aku suka kok cewek yang tidak gampang menyerah !"

"aku bilang jangan sentuh tanganku !" teriaknya pada pria itu. Rara menarik tangannya dari genggaman pria itu lalu berdiri. Rara keluar dari club itu. Ketika melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

Ketika sampai di rumah, orang yang tidak ingin ia temui sedang menunggunya di ruang tamu.

"Dari mana saja kamu ?" teriak mama. Rara tidak menjawab.

"Apa itu ?" tanya mama. "Kau menindik hidungmu ?!"

"Ya !" kata Rara. "Keren, kan ?"

"Mama mau kamu melepaskan tindik itu sekarang juga !" ibunya histeris.

Rara tertawa sinis. "Yah ! aku juga mau papa berada disini ! tapi kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan ?"

Rara berlari ke lantai atas, ke kamarnya.

"Rara !" teriak mama sambil menyusul Rara.

Rara masuk ke kamarnya dan menguncinya.

"Rara ! buka pintunya ! mama belum selesai berbicara !" mamanya menggedor-gedor pintu kamar Rara.

"Tapi aku sudah selesai bicara !" balas rara.

Ia melihat foto keluarganya di depannya. Dibantingnya foto tersebut ke arah pintu sampai pecah berantakan. "Pergi !" teriaknya. "Jangan ganggu aku lagi !"


Seketika itu juga suara gedoran berhenti.

Rara naik ke tempat tidur dan kemudian tertidur.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rara membuka matanya perlahan. Mentari sudah terang menyilaukan. Dilihatnya jam dinding. Jam 10.15, sekolah sudah mulai beberapa jam yang lalu. Rara bangkit dari tempat tidurnya. Selesai mandi ia mengenakan baju seragamnya. Ketika Rara tiba di sekolah, gerbang sekolah sudah ditutup. Dia memanjat gerbang, setelah berhasil memanjat, seorang satpam menghampirinya.

"Selamat pagi !" kata satpam. "Apakah kamu tidak tahu jika gerbang sudah ditutup, para siswa dilarang memasuki sekolah tanpa seizin guru ?"

"Saya tahu kok !" kata Rara. "Pertama-tama bapak akan menanyakan nama saya, lalu melaporkan pada guru piket hari ini, kemudian guru tersebut akan menentukan hukuman untuk saya. "

Si bapak satpam mengerutkan keningnya.

"Tunggu dulu !" kata satpam mengenali. "Kamu murid baru itu, bukan ? baru masuk kemarin ?"

Rara mengangguk. "Begini saja pak, bagaimana kalau bapak pura-pura tidak tahu tentang pelanggaran saya ini ? sebetulnya saya tidak keberatan kalau saya dihukum. Malah itu lebih baik. Tapi perut saya sangat lapar saat ini, jadi saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi."

"Baiklah !" katanya menyerah. "Karena kamu masih murid baru, bapak akan mengabaikan pelanggaranmu kali ini. Tapi lain waktu kamu tidak boleh melakukannya lagi. "

Rara tersenyum. "Saya yakin akan melakukan hal ini lagi kapan-kapan. Saat itu bapak boleh melaporkan saya pada guru. Saya tidak keberatan sama sekali.

Rara berlari meninggalkan satpam.

Rara berlari ke arah kantin. Dia duduk sambil menikmati makanannya. Setelah selesai, dia berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Langkahnya terhenti saat melihat Selfi yang duduk si bangku taman sekolah. Dilihatnya teman-teman sekelasnya sedang berolahraga. Rara berjalan mendekati lalu duduk di sebelahnya. "wah ! rupanya si anak teladan bisa bolos pelajaran juga !"

Selfi menoleh ke arah Rara.

"Kau memang anak aneh ! tidak mau bicara lagi ?" tanya Rara. "Bagaimana kalau aku beritahu guru kamu bolos pelajaran olahraga ?"

Kali ini Selfi menatap Rara. "Bukannya kamu juga bolos ?"

Rara tertawa. "Ya ! itu maksudku ! apakah sebaiknya kita memberitahu guru kalau kita berdua bolos ? aku jadi penasaran hukuman apa yang akan diberikan mereka !"

"Aku tidak tahu ! " kata Selfi. "Aku belum pernah dihukum !"

Rara menggeleng. "Ya ! aku yakin begitu ! kamu tidak pernah melakukan kesalahan makanya tidak pernah dihukum. Apakah kamu tidak bosan menjadi anak teladan ? cobalah sekali-sekali jadi anak nakal dan lihat betapa kreatifnya guru membuat hukuman !"

"Kreatif ?" tanya Selfi bingung.

"Dari lari keliling lapangan, mengecat meja sekolah, menulis.. aku tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi.. di atas seratus lembar kertas, membereskan buku perpustakaan, sampai membersihkan WC !"

Selfi tertawa. "Dan kamu merasakan semuanya ?"


DETIK TERAKHIRWhere stories live. Discover now