27. Dianterin Daffa

88 17 15
                                    

Happy Reading

...

"Pagi mamaku yang cantik." ujar Ananda begitu melihat sang mama tengah berkutat dengan alat masaknya.

"Pagi." ucap mama Nita tersenyum melihat putri semata wayangnya tengah berdiri dekat pintu dapur.

"Mau aku bantuin gak ma?" Ananda berjalan mendekati mama Nita.

"Gak usah sayang, sebentar lagi mateng kok."

"Ya udah kalau gitu."

Tok..tok..tok

Saat Ananda sedang memperhatikan mamanya memasak, terdengar suara pintu depannya diketuk seseorang.

"Siapa yah ma, pagi-pagi gini udah ada yang bertamu aja." tanya Ananda heran pada mamanya. Karena sangat jarang pada pagi-pagi buta begini ada yang bertamu di rumahnya.

"Mana mama tau sayang, cepat buka sana."

"Iyah, ma."

...

"Sebentar." teriak Ananda sembari berjalan kearah pintu.

Cklek

"Selamat pagi, sweety" ujar tiba-tiba seorang pria dihadapannya. Hingga membuat Ananda terlonjak kaget melihatnya.

"Ya ampun Daffa ngagetin aja, aku kira siapa." ucap Ananda begitu melihat pelaku yang membuatnya kaget dipagi-pagi begini. Yang tak lain kekasihnya sendiri.

Kekasih.

Bahkan Ananda sendiri masih tak percaya, bahwa sekarang dirinya sudah menjadi kekasih seorang Daffa Aliandra Wijaya. Ini sunggu serasa mimpi baginya.

"Yah maaf."

"Iyah gak papa, oh iyah pagi-pagi begini kamu mau apa kesini?" tanya Ananda.

"Nganterin kamu kerja." jawabnya datar.

"Tapi ini terlalu pagi Daffa, aku aja belum sarapan."

"Oh kamu belum...,"

"Siapa sayang?" ucapan Daffa terhenti begitu mama Nita tengah berjalan kearah mereka.

"Eh ada nak Daffa." mama Nita tersenyum ramah melihatnya.

"Tante." Daffa menyalami tangan mama Nita.

"Ananda, kok nak Daffanya gak diajak masuk. Malah ngobrol didepan pintu. Gak sopan loh sayang"

"Em itu tadi...,"

"Ya udah kita sarapan aja. Nak Daffa udah sarapan belum?"

"Belum tan."

"Ya udah. Kita sarapan bareng aja."

Daffa memang tidak berbohong. Saat ini Daffa belum sempat untuk sarapan, dirinya terbiasa sarapan pagi di kantor. Maklum namanya juga tinggal di Apartemen sendiri. Jadi yah agak susah untuk memasak sarapan pagi. Bukannya Daffa tidak mau menyewa seorang Asisten Rumah Tangga. Namun Daffa ingin mencoba belajar mandiri, untuk mengurusi semua kebutuhannya. Terkecuali jika dia sudah memiliki istri. Pasti istrinya yang akan mempersiapkan segala keperluannya.

...

Saat ini Daffa dan Ananda tengah berada didalam mobil. Tapi tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara. Hanya suara deru napas mereka saja yang terdengar. Hingga membuat suasana begitu sangat sunyi.

"Daffa..." Ananda mulai mengeluarkan suara.

"Iyah."

"Kenapa kamu gak bilang kalau mau nganterin aku kerja?"

"Memangnya gak boleh gitu sayang?"

Sayang. Entah mengapa mendengar Daffa memanggil namanya dengan panggilan sayang itu sukses membuat jantungnya seakan lari marathon.

"Bu..bukan gitu, maksudku tumben aja gitu."

"Ya udah kalau gitu, nanti aku anterin tiap hari, biar terbiasa" jawabnya santai.

"Gak gitu juga kali Daffa." Ananda mengerucutkan bibirnya kesal. Daffa hanya dibuat terkekeh di buatnya.

...

"Em..makasih udah nganterin aku."

"Iyah, cepet masuk gih takutnya telat lagi."

"Iyah. Kamu emang gak bakal telat nyampe kantor, karena nganterin aku."

"Yah gak lah. Mau aku telat atau enggak juga gak bakalan ada yang marah, orang aku bosnya." ujar Daffa sombong.

"Mulai lagi sombongnya" Ananda memutar matanya malas.

Saat Ananda akan membuka pintu mobil. Dirinya terdiam sejenak lalu menoleh kearah Daffa yang memandangnya heran.

"Apa apa? Ada yang ketinggalan?"

"Gak itu..."

"Itu apa?"

"Mm. Kamu hati-hati dijalan. Jangan sampe ngebut."

Tawa Daffa pecah mendengar penuturan Ananda.

"Kok kamu ketawa?"

"Kamu lucu tau. Mau bilang itu aja susah banget. Tapi aku suka kamu khawatir sama aku."

"Aku.."

"
Duh kok gugup gini sini batin Ananda.

"Kamu tenang aja aku bakal hati-hati kok." Daffa mengelus puncak kepala Ananda.

Deg..deg..deg

Tuh kan jantungku marathon lagi Ananda tak habis pikir dengan jantungnya. Yang selalu saja berdetak sangat kencang bila bersama kekasihnya ini.

"Kalau gitu aku masuk sekarang aja yah."

"Bentar"

"Apa lagi Daf"

Cup

Daffa mengecup pipi Ananda. Seakan baru tersadar Ananda segera memegang pipinya.

"Daffa ih main cium-cium aja. Gak boleh tau belum halal."

"Oh kamu mau cepet aku halalin. Boleh mau kapan? Besok apa sekarang juga boleh kok"

"Nyebelin." Ananda segera keluar dari dalam mobil dengan mempertahankan wajah kesalnya. Sedangkan Daffa dibuat geleng-geleng kepala melihat kelakuan kekasihnya itu.

...

Gimana?

Mohon maaf yah Author baru bisa up sekarang. Tadinya aku mau up seminggu sekali atau dua kali. Tapi karena lagi sibuj pkl sama ngerjain laporan jadi gak keburu deh. Tapi Alhamdulillah baru sekarang bisa up lagi.

Pantengin terus yah ceritanya.

Salam ramah dari Author

Ys.

You Are My Sunshine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang