Mereka yang diberi kesempatan kedua setelah kematian, adalah mereka yang terlalu disayangi takdir, mereka yang bereinkarnasi adalah orang yang diberi keistimewaan dan mereka adalah yang terpilih untuk diberi anugrah. Namun dibalik itu semua harus ada kerja keras untuk memperbaiki segala sesuatu yang rusak dan hilang, dengan taruhan nyawa mereka kembali. Antara kematian yang menyedihkan atau hidup untuk pembuktian dari sesuatu yang hilang meski harus melampaui kesakitan dahulu. Semua pilihan ada ditanganmu.
Deg
Kata-kata itu terlintas kembali dikepalanya, perasaan gelisah menghampiri, firasatnya mengatakan harus bergerak mencari kepingan puzzle teka-teki ini.
'Sial'
Dia mengumpat dengan halus, suaranya seumpama hembusan angin yang tertiup lirih, bibir mungil sewarna merah delima sibuk bergumam dan berargumen dengan pikirannya. Untunglah saat ini dia sendirian dikamarnya. Dan dia adalah Phoenix yang tengah sibuk menyusun akan segala rencana dikepalanya yang jenius nan licik tipikal Slytherin.
Lady Fate dan Death benar, aku harus mulai bergerak. Namun situasi saat ini terlihat mudah namun disaat bersamaan sulit. Sial perkiraanku meleset, pertama-tama aku harus kecoh situa bangka itu. Lalu aku gunakan dua bidak terbaik sebagai umpan dan penyerang.
Selagi ia sibuk dengan pikirannya, sampai-sampai tak sadar bahwa ada orang lain selain dirinya yang berada dikamar itu. Hingga suaranya membuat Phoenix tersentak dari lamunannya.
"Nix, ada apa?"
"Eh..eum apa kau memanggilku?"
"Ya memang siapa lagi?" Ujarnya sedikit kesal dan memutar bola matanya dengan bosan. Yang dipanggil hanya terkekeh pelan. Orang yang memanggil Phoenix tadi adalah Leo sepupunya.
"Jadi ada apa Nix?" Leo menuju sepupunya itu, dan merebahkan dirinya di ranjang Nix, sedangkan si empunya tengah bersender dikepala ranjang.
"Apanya yang ada apa?" Nix menyahut ringan dan menoleh pada sepupunya yang kini tidur menyamping menghadap Nix
"Tch...jangan menjawab dengan pertanyaan lagi"
"Hehehe... baiklah aku akan mengatakannya tapi~ Leo panggil semua sepupu kita dan Draco. Jangan lupakan Al biarkan dia masuk dungeon, kau atau siapapun itu jemput Al, ah jangan lupakan si kembar Weas- Black karena dia bagian dari kita"
"Tch kau ini selalu seenaknya yah, aku akan menurutimu, jadi apa kompensasi untukku?" Leo menyunggingkan seringai tampannya, mungkin bila siswi diluaran sana sudah histeria dan menggila karenanya. Pengecualian bagi Nix dia dulu adalah laki-laki dan sudah terbiasa dengan itu jadi jangan harap ia luluh.
"Tch Slytherin huh... well aku akan memenangkan piala asrama dan quiddicht untuk tahun ini" Nix memutar bola matanya bosan lalu melipat tangannya di dada dengan angkuh.
"Nix kau juga Slytherin kalau kau lupa, kau itu pikun atau apa hah? Kau masih ditahun pertama mana boleh ikut quidditch kalau piala asrama iya aku percaya, kau bisa mendapatkan hati para guru di Hogwarts mengingat kau hampir menjadi kesayangan para profesor, lagipula aku meminta kompensasi untukku bukan untuk asrama"
"Sama saja, toh jadinya semua sama rata dan ikut senang, soal quiddicth I have my way bro~" ujar Nix dengan tenang namun Leo tau apapun yang direncanakan Nix memang selalu berhasil dan well menakutkan.
"Yayaya... whatever you do princess, tapi tetap saja aku minta kompensasiku Nix hanya untukku" Leo menekan kata untukku. Nix mulai jengah melihatnya.
"Ok, what you want?"
"Kiss and hug, ah jangan lupa suapi aku setiap jam makan selama seharian penuh"
"Seriously?"
"Yup, dan untuk peluk ciumnya dimulai dari sekarang hehehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix Malfoy [Slow Update]
FanfictionSeingatnya dia sudahlah mati, terkena kutukan kematian yang dilontarkan Voldemort saat berduel dengannya dihutan kematian. Ia pun bertemu kepala sekolahnya dan menaiki kereta untuk menuju orang-orang yang disayangi yang telah direnggut sang kematian...