PART 7

597 44 1
                                    

Tetapi Rara tidak mau mengangkat teleponnya. Untuk melupakan masalah orangtuanya, Rara mulai membolos.

Inul merasa cemas. Ia langsung menelepon mantan suaminya. Keesokan harinya papa Rara langsung datang. Rara tidak mau berbicara sepatah katapun. Ia semakin jauh dari kedua orang tuanya. Sudah 1 tahun berlalu, Rara masih tidak mau berbicara pada papanya.

Inul membuka matanya dan menatap sedih kamar anaknya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya berharap semoga Rara mau berbicara dengan papanya di telepon kali ini. Terdengar HP Rara berbunyi di kamarnya. Rara mengangkat HPnya dan melihat siapa yang meneleponnya. Papa, Rara membiarkan Hpnya. Rara mematikan HPnya. Rara berusaha memejamkan matanya dan dia tertidur.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya Rara menemui Selfi di ruang musik.

"Hai! kamu selalu main tiap hari ?" tanya Rara.

"Tidak juga !" kata Selfi.  "kamu bisa main piano ?"

"Dulu waktu kecil!" kata Rara jujur.  "Sekarang aku sudah lupa semuanya !"

"Tidak apa-apa !" kata Selfi tersenyum. "Aku bisa mengingatkanmu lagi !"

"Aku tidak mau main piano !" kata Rara. "Aku sudah bilang, jangan pernah ikut campur urusanku !"

Sambil memainkan pianonya, Selfi berkata "Aku hanya mau jadi temanmu !"

"Aku tidak mau !" kata Rara.

Selfi tersenyum. "Aku kan sudah bilang tidak apa-apa !"

Mereka terdiam.

"Ada 1 hal yang menarik perhatianku kemarin !" lanjut Selfi.

Rara tersenyum sinis. "kamu tidak pernah melihat orang mencuri sebelumnya ?"


Selfi menggeleng. "Kamu bisa mencuri CD lagu apa saja, tetapi kenapa memilih the sound of music ?"

Tatapan mata Selfi membuat Rara berdiri dengan gelisah. "Karena aku menyukai salah 1 lagu di dalamnya !"

"Lagu ysnag mana ?" tanya Selfi sambil menatap Rara.

"Do re mi !" jawab Rara. Selfi memainkan lagu tersebut.

Mendengar lagu tersebut membuat Rara mengenang masa lalu. Rara melangkah mendekat dan duduk di samping  Selfi.

"Papa sering memainkannya untukku sewaktu kecil." ujar Rara lemah.

Dan hal itu selalu membuatku nyaman, renung Rara. Ketika dentingan piano berakhir, Rara memandang Selfi. "Bisakah kamu memainkannya lagi ?" pintanya.

Selfi memainkannya lagi. Kenangan lama bermunculan di benak Rara. Perasaan itu muncul kembali. Sakit hati, kecewa, marah, sedih.  Rara menghentikan permainan piano Selfi dengan menekan tuts piano di depannya dengan keras.

"Ada apa?" tanya Selfi.

Rara menatapnya dengan tajam. "Apa menurutmu seseorang bisa mencintai dan membenci orang yang sama pada saat bersamaan ?"

Selfi tidak menjawab.

Rara berlari keluar ruangan.

Selfi terdiam. Rara satu-satunya orang yang tidak memperlakukannya seperti orang yang lemah, walaupun dia sudah mengatakan penyakit yang dideritanya. Rara berlari menuju kelasnya. Sebenci apapun dia pada papanya, dia tetap merindukannya.

Selama pelajaran berlangsung, Rara tidak mendengarkan 1pun perkataan guru yang mengajar di depannya. Guru tersebut langsung menyuruh Rara keluar dari kelas.

Jam istirahat tiba, ketua kelas berkata padanya. "bisakah kamu menghapus papan tulis ? hari ini giliranmu piket!"

Rara memelototinya.

Ketua kelas mengurungkan niatnya. Akhirnya dia berjalan menjauhi Rara. Rara menundukkan kepalanya di mejanya dan menutup matanya. Hari ini berjalan lambat sekali, keluhnya dalam hati.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Hei, tebak siapa yang mendapat nilai paling tinggi saat Ebtanas minggu lalu ?" salah seorang murid di depan Rara berkata.

"Siapa?" tanya murid sebelahnya.

"Selfi ! anak 3 IPA 1." katanya. "Hebat sekali dia !"

Jadi sekarang selain tukang ikut campur, disukai guru, jago main piano, ternyata dia pandai juga ? keluh Rara dalam hati.

Saat bel tanda pulang berbunyi, Rara langsung berlari keluar kelasnya.

Sepulang sekolah Pak Nassar mendatangi WC sekolah dan tidak melihat seorangpun. Dalam hati dia merasa kecewa. Tak lama setelah Pak Nassar meninggalkan WC, Selfi menuju ke WC. Dia juga tidak melihat Rara. Perkataan Rara terngiang di benaknya. "Kamu akan tau satu atau dua minggu lagi saat kamu mengucapkan selamat tinggal padaku !" kini Selfi tau apa maksudnya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rara menatap rumahnya dengan hampa.

Setelah meletakkan tasnya di kamar, Rara bersiap untuk pergi ke club. Ketika melihat uang di dompetnya habis, dia menuju kamar mamanya.



DETIK TERAKHIRWhere stories live. Discover now