20 - Kembali ke Awal

6.1K 371 9
                                    

"Aku belum bisa memutuskan sepenuhnya apa yang akan aku lakukan kedepannya nanti. Tapi, semoga dengan aku tetap memilih disini, kamu sedikit mengerti arah jawabannya kemana"

--------------------------------

-RAHMAN-

Sudah sebulan lebih Sri di rumah Ummi. Dan betapa aku benar-benar merasa kehilangan yang sesempurna kehilangan. Bagaimana tidak, rumah ini terasa sepi, menjadi lebih berantakan, ditambah aku harus menyiapkan semuanya sendirian. Belum tugas mengurus Hafidz dan Haikal, dari mulai menyiapkan makanannya, mengantarnya sekolah, menjemputnya lagi, dan tugas dadakan lainnya yang kadang datang diluar prediksi. Sudah sekitar enam bulan memang rumah ini diurus tanpa bantuan asisten rumah tangga, Sri bilang ia bisa sendiri. Betapa hebatnya perempuan itu, aku mengurus hampir sebulan saja banyak keteterannya.

Dan hari ini aku tak dapat membohongi perasaanku sendiri, bahwa aku teramat bahagia saat melihatmu bergabung di meja makan dengan menu sederhana itu. Jika situasinya normal, mungkin kamu akan menertawakanku Sri. Sebenarnya aku ingin bertanya, apa kamu sudah memaafkanku? Tapi lidah ini terlalu kelu, dan aku terlanjur bahagia pula sampai perut saja terasa kenyang tanpa banyak makan.

Semoga diusia pernikahan kita yang ke 22 tahun ini semua hal baik selalu menyertai kita, tak ada lagi kebohongan, tak ada lagi tangis mendera, dan tak ada lagi kebodohanku yang membuatmu menitikan air mata. Semoga memang tak ada, Sri!.

***

Siang ini aku mengajak Sri dan anak-anak makan siang di salah satu restoran seafood halal di kota kami, kebetulan ini hari Minggu, semua bisa ikut. Demi perasaanku yang terlampau bahagia juga sebagai wujud syukur masih diberi kesempatan bersama.

"Duuh.. Hilma udah lama gak makan kepiting saus tiram nih. Ayah sering-sering ya ajak kita makan asyik kayak gini" ujar Hilma saat pesanannya datang.

Aku tersenyum mendengarnya, "insyaallah, sayang. Ayah usahakan"

Seorang pramusaji datang lagi, membawa pesanan kami selanjutnya. Siang ini aku memang berniat makan besar dengan keluarga ku ini.

"Gimana kuliah kamu, Kak?" Tanyaku pada Hasna. Dia sedang asyik memotong udang di piringnya.

"Insyaallah Hasna jadi ambil kedokteran seperti inginnya Ayah. Tesnya minggu depan" jawab sulungku. Dia memang aku minta masuk kedokteran, agar kelak di keluarga ini ada satu orang yang paham perihal dunia medis.

"Alhamdulillah. . Insyaallah nanti tes nya Ayah dan Bunda antar ya!" timpalku. Aku sedikit lega mendengarnya. Aku pikir setelah dia kecewa padaku perihal malam itu, dia akan membatalkan semuanya. Tapi ternyata semua diluar pemikiran burukku.

"Ayah dan Bunda memang wajib mengantar Hasna. Tak terbayang Hasna pergi tes tanpa dorongan moral dari orangtua" ujarnya kemudian.

"Halah. . Kak Nana, manja! Hilma aja berangkat sekolah biasa sendiri kok! Iya, kan Yah?" Celetuk Hilma tiba-tiba, yang langsung mendapat pelototan dari Kakaknya. Ini beda tahu, mungkin begitulah maksud tatapan tajamnya itu.

Dan aku tergelak melihat adegan tom and jerry itu dimulai, tak terbayang kemarin saat di rumah Ummi sesering apa mereka saling mengejek seperti ini.

"Sudah, Hilma habiskan makanannya. Berhenti menggoda kakakmu" lerai Sri pada akhirnya.
Dan meja makan benar-benar hening, hanya menyisakan suara beradunya garpu dengan piring.

***

"Mas tak pernah menghubungi Maryam setelah pertengkaran kita malam itu" ujarku pada Sri sesaat sebelum tidur.

Dia hanya menatapku lekat, sedikit terlihat kaget juga.

"Tapi Mas sudah menyuruh Syamsul untuk tetap memberikan uang belanja padanya setiap minggu" tambahku lagi.

Masih belum ada respon selain tatapannya yang sesekali dia bagi dengan memandang langit-langit kamar. Sepulang dari rumah Ummi, Sri memang cenderung masih dingin padaku. Hanya didepan anak-anak saja dia berusaha sehangat dan senormal mungkin seperti dulu. Dan aku mengerti, semua memang tak mudah baginya. Sama seperti tak mudahnya semua ini bagiku saat ini. Dengan mau pulangnya saja dia ke rumah ini aku sudah bersyukur. Biar seiring waktu Sri bisa mencair lagi seperti biasanya. Bukankah es saja hanya perlu waktu untuk berubah bentuk?

"Mas belum bisa memutuskan sepenuhnya, apa yang akan Mas lakukan kedepannya nanti. Tapi, semoga dengan Mas memilih tetap disini, kau sedikit mengerti jawabannya apa" ujarku lirih.

Dan Sri hanya tersenyum mendengar penjelasanku, meski hanya sebatas lengkungan kecil dibibirnya yang ia tampilkan.

***

Alhamdulillah part 20 kelar.
Pendek ya cuma 694 kata. Aslinya lebih pendek lagi malah, segini tuh udah kena perombakan.

Jadi maksudnya Rahman mau cerai sama Maryam demi Sri gitu, apa gimana sih?

Terima kasih untuk semua orang yang selalu menyempatkan membaca cerita sederhana ini. Terima kasih untuk waktu juga kuotanya😊

I miss you:-)

Mimilel

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang