12

321 35 10
                                    

Jadwal perkuliahan yang sebenarnya tak padat. Hanya saja karena jam latihan membuat jeongyeon tak pernah berhubungan dengan mina, soojung atau teman-temannya yang lain bahkan nayeon dan jeongyeon jarang menyisihkan waktu untuk saling bertemu tanpa membahas masalah kuliah.

Suatu hari mereka akhirnya menemukan waktu yang tepat untuk kembali berkencan.

Jeongyeon dengan perasaan gembira menanti kekasihnya datang di kafe yang telah di janjikan.

30 menit telah berlalu dari jam perjanjian mereka. Jeongyeon masih sabar dan memaklumi. Ia kembali memesan espresso untuk menemani kesendirianya di kafe tersebut.

Cukup lama ia menunggu dan akhirnya mengirimkan pesan pada sang kekasih untuk menanyakan keberadaannya. Nayeon tak membalas dan hal itu membuat jeongyeon kecewa tapi mau bagaimana lagi, ini sudah terjadi.

Hari-hari berikutnya nayeon mulai sering menghilang lagi. Tak hanya menghilang dari jeongyeon tapi ia bahkan tak masuk kuliah.

Jeongyeon yang  mulai kesal dengan alur hubungan percintaannya kini memberanikan diri berbicara menyinggung tentang menghilangnya nayeon dan janji yang tak pernah ditepati saat mereka sedang makan siang di kantin kampus.

"Nayeon akhir-akhir ini kamu  sering menghilang, bahkan ketika kita berjanji kamu sering mengingkarinya" kata jeongyeon mengesampingkan makanannya.

"Aku sudah menjelaskannya jeong, aku ada latihan untuk kompetisi. Dan maaf soal mengingkari janji, aku ada keperluan mendadak dan beberapa hal yang  juga sudah aku jelaskan padamu"

"Nanti kamu pulang awal kan? Aku ingin kita kencan setelah kamu pulang" paksa jeongyeon.

"Tapi kamu ada.."

"Aku bolos mata kuliah. Aku juga belum pernah bolos dan sekali ini saja, aku ingin  bersamamu" ucap jeongyeon memotong.

"Tapi jeong aku juga..."

"Aku  tak mau tahu, aku akan menunggumu di depan kampus" jeongyeon memotong lagi.

"Jeong bisakah kau mengerti! Kuliahmu itu penting" nayeon berteriak.

"Aku tahu, tapi aku tak ingin hubungan yang seperti ini" kata jeongyeon dengan nada sedikit meninggi.

"Cukup, aku tak ingin bertengkar" lalu nayeon pergi meninggalkan jeongyeon.

Beberapa pasang mata di sekitar meja itu melihatnya. Sepasang kekasih  yang hampir bertengkar.

~~~

Tepat seperti yang ia janjikan. Kini jeongyeon menunggu di depan universitasnya, lebih tepatnya di dekat gerbang jalan keluar.

Tak menunggu lama kini ia melihat nayeon dari dalam mobil. Ia berjalan tapi tak ke arahnya melainkan ke arah mobil sport hitam dimana ada pria lain yang bersandar pada mobil menunggunya.

"Bukankah nayeon bilang ia anak tunggal dan tak memiliki  paman, saudara sepupu dan semacamnya?" Gumam jeongyeon.

"Nayeon!" Teriak jeongyeon dengan mengeluarkan kepala melalui jendela mobil membuat nayeon dan pria itu menengok ke arah suara.

Dilihatnya pria itu mengatakan sesuatu pada nayeon yang membuatnya kemudian masuk ke mobil sport hitam itu.

"Jadi ini alasanmu tak ingin berjalan bersamaku? Aku mengerti kau mungkin bosan dengan pria yang hanya memiliki mobil vw" gumam jeongyeon tersenyum pahit.

Di hari berikutnya nayeon dan jeongyeon membaca buku bersama di perpustakaan.

"Maaf kemarin aku mengacuhkanmu. Dia..." Bisik nayeon terpotong.

The Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang