Satu

31 2 8
                                    

Malam ini moodku benar benar hancur aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, haruska aku menerima perjodohan ini secara terpaksa karna ini adalah pilihan Bapak dan Ibu?

Disisi lain aku tidak mencintai mas Alim, aku belum bertemu dengannya sekalipun tapi kata ibu dan ayah dia adalah pria yang tampan, baik dan mandiri, dan dia terpaut lebih tua dariku dia sudah berusia 25 tahun yang benar saja aku di jodohkan oleh om-om usia kami selisih 6 tahun.

Bagaimana mungkin aku menerima perjodohan ini sedangkan mengurus kamarku saja aku tidak becus, selalu kubersihkan namun tetap saja kelihatannya selalu buruk dimata ibu.

Lalu mengurus rumah tangga?  Mau jadi apa rumah tanggaku nanti kalau aku sampai menikah dengan mas Alim.

"Aku harus memberitahukan semua ini ke mas Alim kalau aku tidak bisa mengurus rumah apalagi masak, agar dia tidak jadi menikahiku" batinku

Tok... Tok.... Tok...

"Iya? " teriakku dari dalam kamar pada seseorang yang mengetuk pintu kamarku

"Ada apa mbak? " tanyaku pada Fitri kaka sepupuku dari Ayahku

"kamu kenapa belum siap? Ha? " tanya mbak Fitri kembali padaku

"Cepat,  pakai ini dan bersiaplah Alim sudah ada di bawah bersama keluarganya" Lanjut mbak Fitri ketika mengambilkan sebuah baju gamis dengan khimar panjang dari lemari

Akupun mengambil baju gamis itu dan mengganti pakaianku.

"Kalau sudah selesai cepat Turun, kami semua sudah menunggu dari tadik dasar anak nakal" sahut Fitri kemudian berlalu pergi

"Iya bawel" sahutku

Aku mengamati diriku dari balik cermin di hadapanku, rasanya aku ingin menangis kenapa yang datang melamarku bukan pria pilihanku yang selama ini sudahbaku nanti.

"Yah,  kalau sudah nikah bakalan jadi ibu ibu dong" ucapku masih mengamati diriku dari balik cermin dengan wajah sedih

"Dira..?  Ayo turun nak" teriakan seorang wanita paruh baya dari bawah rumah

Akupun beranjak dari kamar dan berjalan menuruni anak tangga aku tidak ingin melihat mas Alim.. 

"Wah ini yah Andira pak,  cantik sekali" ucap wanita paruh baya yang aku yakini adalah ibu dari mas Alim

"Cantik katanya,  muka gini di bilang cantik padahal ini cuma pakai bedak tipis doang sama lip balm udah di bilang cantik haha"  batinku sambil tersenyum mendengar ucapan ibu itu

"Jadi bisa kita mulai? " Ucap seorang pria pasti itu Ayah mas Alim

"Silahkan" kata keluargaku

"Jadi nak Andira kedatangan kami sekeluarga  ingin menyampaikan niat baik anak kami, silahkan nak kamu katakan pada Andira" kata bapak tadi

"Bismillahirrahmanirohim,  Andira kedatangan saya dan keluarga malam ini karna saya ingin menyampaikan niat baik saya, apakah kamu bersedia menjadi istri saya? " ucap Mas Alim

Deg.....

"lah kok jantungku tiba tiba gak karuan gini? " tanyaku dalam hati

Aku memandang ayah dan ibu bergantian,  dan aku dapat anggukan dari mbak Fitri dengan ekspresi menertawaiku sungguh menjengkelkan sekali dia.

"Bagaimana nak? " kata ibu mas Alim

"eh.. " aku masih berpikir

"Ada apa? " tanya mas Alim tiba tiba

Aku memberanikan diri untuk menatapnya,  melihat bagaimana sosok Alim itu dan saat aku berhasil memandangnya tiba tiba

Deg... Tidak seperti biasanya jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya

Ternyata aku salah dia tidak setua yang aku kira,  kupikir dia pria dengan kumis dan jenggot tapi kenyataan dia pria tampan, putih,  bersih dan matanya iya aku suka matanya yang teduh itu.

"Astagfirullah... " ucapku

"Kenapa nak? " bisik ibu

Aduh aku malu sekali, kenapa aku senyum-senyum seperti ini di hadapan mereka.

"bagaimana Andira? " tanya Mas Alim

"Tapi...  Aku mau jujur boleh? " kataku

"kenapa nak? " tanya Ayah.

Aku memegang tangan Ayah dan Ibu

"iya silahkan" timpal keluarga Alim

"Apa mas Alim serius ingin menjadi istri Dira? " tanyaku pada Alim

"iya saya serius,  apakah saya terlihat main main? " tukasnya

"apa mas tidak takut menyesal jika menikah dengan saya? " tanyaku lagi

"kenapa kamu bertanya seperti itu? "

"Aku hanya tidak ingin jika mas menyesal karna menikah denganku, aku masih labil mas aku tidak tahu membereskan rumah apalagi memasak.  Kamu mau makan apa mas nantinya? " tanyaku sedikit sedih

Terdengar suara tawa dari mereka namun aku tiba tiba menunduk.

Lalu semua hanya diam mendengarkan ucapanku

1 menit... Hening...

Alim pun mengangkat suara

"Andira,  saya mencintai kamu.  Saya mencari istri bukan pembantu dan ini keputusan saya dan saya akan tetap menikahi kamu jika kamu setuju dan menerima lamaranku" Ucap Alim

"Apa mas tidak takut menyesal nantinya? " tanyaku lagi

"Tidak,  InSyaAllah saya tidak akan menyesal Andira.  Jadi bagaimana?  Apakah kamu siap menjadi istri saya? " tanyanya balik

Aku menatap keluarga Alim yang tersenyum hangat ke arahku, dan aku kembali menatap ayah dan ibuku aku mendapat anggukan dari mereka semua.

"Bismillah...  Iya Andira siap" kataku sambil menunduk malu menerima lamarannya

"Alhamdulillah "... Ucap mereka bersamaan

🕊🕊🕊

Assalamualaikum readers
Bagaima cerita kedua saya?
Ayo ikuti setiap kisahnya yah jangan sampai ketinggalan.

Jangan lupa untuk Vote dan juga comennya yah, karna saya juga masih butuh saran dan masukan dari kalian🤗

Salam:
-Hardijayanty indah sari

After Meet The PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang