1

1.1K 26 0
                                    

"IFYYYYY!!!" Teriakan itu berhasil membuat semua mata di kantin memandang orang di depannya ini dengan tatapan heran dan merasa terganggu.

Ify menatap ke sekeliling dan tersenyum ramah, menjelaskan lewat senyum dan tatapannya jika ini bukan masalah besar dan meminta maaf atas teriakan temannya ini.

"Bisa pelanan dikit kaga lo?" Ucap Ify. Gadis di depannya ini menyengir ia menyelipkan rambutnya di belakang telinga membuatnya lebih tampak manis.

"Lagian, lo nya sih. Terlalu menyianyiakan rezeki" ucapnya sambil kembali meminum jus yang sedari tadi ia pandangi.

"Gue emang belum tertarik masuk ke dunia itu Grace.."Ify menghela nafas berat. Ia memang belum tertarik dengan itu semua, bahkan masa lalunya berhasil membuatnya muak dengan dunia itu.

"Ini nih.. ini, heh! Lo tau nggak betapa susahnya Sesil ngerebut hati tuh cowo hah?" Ucap Grace. Ia mendorong pelan kepala Ify membuat sangmpunya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gue beneran gak tertarik sama dia.."ucap Ify kesal.

Grace menatap Ify heran, mengapa teman kecilnya ini sungguh ingin ia maki?? Bima Chandra lelaki dengan postur tinggi dan tampan itu harus menelan pil pahit saat ini. Ia di tolak mentah mentah oleh gadis mungil yang berwajah manis yang sekarang tengah berhadapan dengan Grace saat ini.

"Terserah lu dah yah.." ucapnya rasanya emosi jika Grace mengingat bagaimana ify bercerita dengan nya tadi.

"Grace, tadi kak Bima ke kelas gue, dia bawa coklat dan nembak gue.. tapii.. gue tolak."ucap ify dengan datar.

See?? Ingin rasanya Grace mendorongnya ke sungai yang berada tepat di belakang rumah nenek nya.

"Permisi kak ify." Ify memandang lelaki yang kini menunduk di sebelahnya dengan senyum ramahnya. Ify kenal dia, lelaki intovert yang ingin lebih terbuka dan memilih memasuki ekskul PMR.

"A..anu, Reza terluka saat main futsal tadi, dan meminta saya buat panggil kakak di UKS." Ucapnya masih tetap dengan menunduk. Ify tersenyum setidaknya lelaki di depannya ini berkembang, sebelumnya ia tidak ingin untuk berbicara pada siapapun dan sekarang ia lebih ingin berbicara.

"Ohh.. oke makasih ya Dwi." Ify bangkit dari duduk nya dan menatap Grace yang tampak tidak perduli dan lebih memilih memakan makanannya.

"Grace, gue pergi dulu yah." Grace manatap ify lalu mengangguk.

Ify berjalan dengan pelan dan jangan lupakan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.

"Kak tolongin gue, gue mau mati nih sumpahh.." lelaki yang berbaring di depannya ini berteriak heboh. Ify menatap sosok di depannya ini datar. Ia tak menyangka yang sedang mengaduh kesakitan dengan penuh dramanya ini ternyata adik kandungnya.

"Mati aja lu." Ucap ify, ia mengambil kotak P3K yang berada di meja ruang tunggu.

"Astagfirullah jahatnya kakak hamba ini.." ucap Reza, ify tersenyum. Walau ia memiliki adik yang sungguh membuatnya ingin melarikan diri, namun Reza adalah sosok yang menjadi penjaga bagi Ify dan Ibunya saat ini. Ayahnya telah lama pergi meninggalkan ibunya, bahkan Ify sendiri tidak yakin masih mengingat wajah sang ayah.

Ia mengeluarkan alkohol dan menuangkan di kapas, ia menatap luka yang berada di lutut sang adik.

Ia membersihkan luka tersebut dengan telaten. Sesekali Reza mengaduh pelan.

"Kenapa bisa jatuh?" Ucap ify.

"Tadi gue lagi lari, ehh kaki temen gue gak sengaja gue tendang alhasil gue jatoh." Ify menatap Reza.

"Terus temen lo gak papa?" Reza menggeleng. Ify kembali dengan telaten membersihkan luka tersebut dan memberikan Betadine.

"Ini bakal sakit pas lo bangun tidur, dia bakal pegel, jadi usahain buat tidurnya lurus aja kakinya."ify kembali membereskan perlengkapannya.

"Kalo naik motor gak papa kan?" Ify mengangguk.

"Lebih baik lo jangan lanjut main. Kita pulang aja." Ekspresi reza berubah ia mengerucutkan bibirnya. Ia sungguh ingin bermain lagi, namun apa daya Reza tidak akan bisa menentang kehendak sang kakak yang sungguh ia sayangi.

Brak..

Pintu UKS terbuka kasar, terlihat sosok tinggi dan datar itu menggendong seseorang yang sudah di pastikan ia asma.

Ify menyiapkan tempat tidurnya dan lelaki itu meletakannya di  sana, ify dengan cepat berlari di mana tempat obat berada. Mencari obat yang cocok untuk gadis yang saat ini tengah susah bernafas.

"Lama banget lo!" Bentak lelaki tinggi itu. Ify menatapnya tajam, ia pikir mencari obat yang pas bisa segampang dan semudah itu?? Ia juga harus berhati hati.

Ify berlari dan mengambil satu mineral gelas untuk gadis itu.

"Ini minum." Ify memberikan satu tablet itu padanya yang dengan cepat di ambil oleh lelaki yang tengah menampilkan wajah datar itu.

'kasar banget sih.' ucapnya dalam hati.

Sesudah meminum obatnya, Ify mengelus pelan bahu gadis itu.

"Ikutin gue ya.. tarik nafas pelan pelan... Hembuskan.." gadis itu mengangguk dan mengikuti instruksi Ify. Dirasa tenang, ify menatap tajam gadis itu.

"Kamu gak bawa Inhaler atau obat asma?" Gadis itu menggeleng dan menunduk.

"Harusnya kamu izin untuk tidak mengikuti ekskul. Kalo kamu maksa bisa aja bahaya." Ify mengelus pelan bahu gadis itu. Sedangkan gadis itu melirik di mana lelaki itu tengah memandangnya dengan datar dan melipat tangannya di depan dada.

Ify yang menangkap gerak gerik gadis itu memandang lelaki itu tajam.

"Ngapain masih di sini?" Tanya ify.

"Nungguin dia. Dia harus ikut latihan." Ify menatap tak percaya lelaki itu.

"Gila yah?? Dia sakit dan gak bawa inhaler, obat yang gue kasih tadi nggak bertahan lama." Jelas Ify tegas. Lelaki itu memandang ify datar.

"Dia mau ikut lomba, dan itu gak lama lagi." Ify bersedekap, ia menatap  lelaki yang belum ia ketahui namanya itu dengan tajam.

"Lo lebih milih lomba dari pada kesehatan anggota lo?" Lelaki itu diam dan mengamit tangan gadis yang saat ini masih menunduk. Ify yang melihat itu mengambil tangan sebelah gadis itu yang bebas.

"Dia bisa aja kambuh. Dia harus pulang." Ify menatap tajam lelaki itu.

"Gak perduli, dia harus latihan sekarang juga."

Gadis itu menatap ify dan melepaskan genggaman ify yang tengah menggenggam pergelangan tangan nya.

Ify pergi menuju tas nya, ia mengambil inhaler miliknya, ia memiliki asma juga namun jarang sekali ia pakai.

Reza yang melihat itu melotot.

"Kak, apaan sih lo ngasih itu ke dia. Lo juga perlu." Reza menahan tangan ify yang terulur untuk memberikan inhaler nya.

"Gue jarang make juga, gue jarang kambuh bahkan udah nggak lagi." Ucap ify.

"Nih, kamu bawa ini aja. Kalau kambuh langsung pake aja yah." Ify tersenyum manis.

Gadis itu mengangguk dan berjalan keluar dengan lelaki itu.

"Cih arogan bener tuh cowo." Ify mengemasi barangnya. Ia ingin pulang dan mandi, kejadian tadi membuatnya kepanasan dan emosi. Ia ingin cepat cepat mengguyur badannya dengan air dingin.

"Za.. lo tau itu siapa?" Reza mengangguk.

"Dika Dibaskara ketua Paskibra." Ucap Reza. Ify terdiam, bukannya ketua Paskibra masih kak Agam?

Tanpa Ify ketahui inilah awal dari kisahnya.

#####

Ketua Paskibra & Ketua PMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang