Hampir semingguan ini Mas Firman benar-benar mengisi hari-hari ku. Dia memang tidak berubah dari dulu, selalu romantis. Saat belum berangkat kerja dia selalu menyapaku dengan pesan singkat yang mampu membuat aku tersenyum saat menatap benda pipih tersebut. Saat pulang kerja dia akan menjemputku beserta putri cantiknya. Sepertinya Syifa bisa menerima kehadiranku, dan dia selalu merengek ikut papanya untuk menjemput ku.
"Tante.." teriak riangnya saat aku membuka pintu mobil dan duduk di samping papanya.
"Hai cantik." sapa ku dengan mecubit pipi cubinya.
Dia langsung memelukku dari belakang, mencium pipi ku dan aku membalas dengan mencium pipinya juga.
"Papa mau juga dong di sun sama tante Rania."
"Papa gak boleh sun tante Rania, belum muhrim." Tegas Syifa. Aku melirik tajam ke arah Mas Firman.
"Anak kecil aja tau, mas." Ucap ku dengan menyunggingkan senyum.
"Kalau gitu papa minta sun sama Syifa aja" ucap Mas Firman sambil menyodorkan pipinya. Tanpa ba bi bu, Syifa memberikan ciuman kepada papanya.
Ada rasa senang bisa berada di antara mereka. Namun, aku masih belum bisa mengalihkan pikiran untuk tidak memikirkan Vino. Sudah seminggu dia tidak pernah menemuiku atau hanya sekedar menghubungiku seperti biasanya. Kenapa aku jadi merindukannya. Lamunanku di kejutkan dengan bunyi dari handpohe yang ada di dalam tas ku. Aku meraih benda tersebut, melihat siapa yang nenelpone.
"Siapa, Ran?" Tanya Mas Firman.
"Gak tau mas, nomor baru." Ungkap ku enggan menjawab jika ada yang menelpone dengan nomor baru. Tak berapa lama panggilan itu berakhir dan kembali berbunyi.
"Di jawab saja, sepertinya penting." Aku hanya mengangguk dan mulai menjawab panggilan tersebut.
"Halo."
"..."
"Iya saya sendiri."
"..."
"O Vanesa. Ada apa?"
"..."
"Apa?" Ucap ku dengan dada yang sesak, seketika aku merasa dunia bukan tempat ku berpijak. Air mata ku mengalir tanpa aku sadari. Mas Firman lebih panik melihat ekpresiku dan menepikan kendaraanya. Tidak berapa lama panggilan berakhir.
"Ada apa Ran?"
"Mas, kita ke rumah sakit sekarang" Aku menatap mas firman dengan derai air mata.
"Siapa yang sakit?"
"Vino tabrakan seminggu yang lalu. Kini dia koma."
Mas Firman segera melajukan kendaraan kerumah sakit yang sudah aku sebutkan. Tak berapa lama kami sampai kerumah sakit. Mas Firman mancari parkiran namun parkiran penuh.
"Mas, aku turun di sini aja."
"Tunggu Ran. Aku akan menemani mu."
"Gak usah mas, kamu harus mengantar Syifa pulang dulu. Tidak baik jika dia berada di rumah sakit."
"Tapi Ran." Ucap Mas Firman khawatir dan memegang tangan ku.
"Aku akan baik-baik saja mas." Ucap ku yang kemudian menatap Syifa.
"Syifa pulang dulu ya. Tante harus menjenguk teman tante, kita mainnya lain kali, gak apa-apakan sayang?" ucapku menatap gadis kecil di sampingku.
"Iya tante." ucapnya tersenyum manis dengan manampakkan deretan gigi mungilnya.
"Aku pergi dulu mas." Ucapku dan bersiap keluar dari mobil.
"Aku mengantar Syifa pulang dulu dan aku akan kembali lagi." Aku hanya membalas dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔
RomansaMengisahkan seorang wanita yang berusaha lepas dari kisah cinta masa lalu. Menata hidup tanpa hadirnya seseorang yang akan memberikan perhatian. Saat dia mampu mengubah hidupnya, sosok masa lalu kembali hadir membawa cinta yang pernah mati. Di saat...