"Yu, bagi airnya gue kepedesan ni. Nanti gue ganti yang baru," ucap Rahma menjulurkan lidahnya dan ber hah kepedesan.
"I.... Iya ambil ajah, Ma."
Rahma menyambar air teh milik Ayu. Rudi yang berada di samping Ayu langsung tertawa kecil melihat reaksi Rahma.
"Gila, sumpah pedes banget. Udah gak kuat gue makan bakso sambel nya banyak kek gini, kapok." Rahma mengusap keringatnya yang ikut bercucuran.
"Lo sih gaya gayaan, sambel tujuh sendok,"
Rahma tersenyum tanpa dosa.
"Btw, kemarin lo nungguin sampe jam berapa?" tanya Ayu.
"Gue?"
"Iya, Lo."
Rahma terdiam mencoba mengingat ngingat kejadian tadi malam saat di cafe. Bukannya tampak sedih karena Radit yang tidak datang, Dirinya malah tersenyum karena mengingat seorang yang bersama dirinya. Namun beberapa detik kemudian ia langsung menepuk-nepuk pipinya mencoba untuk sadar.
"Kenapa lo begitu? Kalau gue nanya dijawab bukan malah senyum," ucap Ayu.
"Gue Nungguin sampe jam 11."
Mata Ayu langsung menatap Rahma tidak percaya. "Serius lo, Ma?"
"Iya gue serius, tapi.. " potong Rahma membuat Ayu dan Rudi penasaran.
"Tapi apa? Apa? Kalau ngomong jangan di putus-putus dong," protes Ayu yang sudah tidak sabaran dengan kelanjutan ucapan Rahma.
"Lo ga bakal percaya deh."
Ayu mengeraskan gerahamnya greget dengan perkataan Rahma.
Melihat hal itu Rahma langsung tertawa. Ia mengisyaratkan agar dua orang itu mendekati Rahma. "Janji ya, lo berdua, gak akan kaget?"
"Iya gue janji."
Rahma menghela napas Ringan. "Kemarin gue di Cafe di temenin sama kak Kira, cowok ganteng se antero sekolah ini, udah gitu gue dipaksa balik bareng dia lagi." Rahma melipat kedua tangannya sombong.
Ayu langsung membulat kan matanya tidak percaya apa yang d ucapkan oleh Rahma.
"Kak Kira?" tanya Ayu sekali lagi tidak percaya.
"Iya Yu."
"Cowok ganteng, pinter, terdingin se antero sekolah?"
Rahma mengangguk sambil tersenyum sombong.
Sederik kemudian Ayu dan Rudi langsung tertawa. Mereka berdua tidak percaya dengan ucapan Rahma. "Mana mungkin temen gua yang es itu mau nemenin lo."
"Beneran tau. Gue tau lo berdua gak akan percaya sama cerita gue. Sebenernya gue bukanya dipaksa pulang bareng, Soalnya kemarin juga ada kak Lily. Jadi bertiga gitu. Cuman, Kak Kira tuh kek mintanya maksa kek gini nih." Rahma menarik nafas mencoba untuk mempraktekan apa yang di bicarakan oleh Jay kemarin malam.
"Jadi kan kek udah pengen pulang. Terus kak Kira bayar dan langsung samperin gue. bilang gini. Lo juga balik bareng gue, sekalian." Rahma memparaktekan apa yang di lakukan Kira. "Gue jawab dong gini, Gak usah kak, aku bisa sendiri kok."
"Terus kata dia gimana?" tanya Rudi penasaran.
"Di luar hujan, mending ikut gue sekarang juga." Rahma mengikuti ekspresi wajah dingin Kira. "Gue beralasan dong karena ga mau ikut mereka berdua tapi dia langsung bilang gini. Gak usah tapi-tapi ikut gue sekarang, sambil narik tangan gue."
Ayu yang mendengar akhir cerita dari Rahma langsung tertawa. "Rahma ku, kalau mimpi tuh jangan tinggi tinggi deh, mana mungkin orang kek dia mau nemenin lo di Cafe, bahkan sampe maksa lo buat balik bareng? Aduh Rahma Rahma."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU? MINE!
RomanceBukan kah cinta itu harus saling memiliki? Jika cinta, bukan kah harus memiliki status? Cinta, Cinta, Cinta, dan Cinta. kata yang tidak bisa di perjelas dengan susunan frasa yang ada. Kata yang bisa di rasakan oleh hati. Kata yang hanya bisa di d...