10.

1.2K 156 11
                                    

Makan malem kali ini sepi, biasanya Minhee ngelawak Jia yang receh sampai ketawa gak berhenti henti, berakhir mereka Makan hampir se-jam-an.

Hanya dentingan perpaduan antara sendok, dan piring.

Selesai makan Jia pergi ke wastafel cucian piring kotor, dia membersihkan piring piring itu sebelum akhirnya Jia berlabuh ke pulau kapuknya.

"sepenting itu Doyum dibanding gue?"

"sepenting itu Yujin dibanding gue?"

"Jia bisa gak sih jawab dulu sebelum nanya"

"gue gak bisa"

"lu kenapa sih?"

"gue jenuh, paham lu"

Minhee ngerasa bukan hanya tubuh Jia yang panas, semuanya keseluruhan miliknya panas hingga bikin Jia marah marah akhir akhir ini.

"ya jenuh kenapa? Lu jenuh sama orang lain terus gue yang kena? Lucu banget deh Ji"

"sama lu"

"kenapa?"

"sekarang giliran lu jawab pertanyaan gue yang tadi"

"iya, Yujin prioritas gue nomor dua. Dan gue adalah manusia yang selalu ngurut skala prioritas gue"

Jia ingin tertawa hambar sekarang, jika Yujin prioritas keduanya. Jia urutan yang keberapa? 101?

Lu harus move on batin Jia.

"kalau lu punya pacar, gue juga donk? Biar imbang" kata Jia mencuci tangannya, lalu memandang sorot mata Minhee yang menyiratkan tidak suka.

"dont care what you think, Kang Minhee. Gue gak mau jadi pihak dirugikan disini" kata Jia sambil tersenyum sekilas

Topeng miliknya bertambah lagi.

Mana bisa seorang Jia mencintai tulus pacarnya nanti jika dia memiliki seseorang yang udah jadi suaminya. Gak lucu kalau pacar prioritasnya, suami nomor kesekian, dia bukan Kang Minhee dengan sejuta ke tidak pekaan nya.

"lalu, bagaimana gue bisa percaya sama lu?" Tanya Minhee mengangkat suaranya, membuat Jia menghentikan aktivitasnya.

"ayo taruhan Minhee, kita beri pembuktian dengan sebuah barang jaminan" ajak Jia sambil mendengus remeh.

Otaknya sudah bergeser 90°.

"yang kalah akan selamanya jadi pihak di rugikan disini, simple nya lu dan gue jadi barang jaminannya. Sama saat keluarga ngejual kita demi merebut seonggok humanic yang ada di keluarga Jeon" nada suara Minhee tajam, Jia baru pertama kali mendengar pemuda ramah itu menggunakan nada suara ini.

Dan sialnya suara itu buat tubuh Jia bergetar.

"gimana?" Tanya Minhee dengan smirk yang terlukis di bibirnya

God, Untuk saat ini Minhee memunculkan sebuah sikap lucifer nya.

"seharusnya lu berbelas kasih sama gue yang udah berusaha berbaik hati buat lu, setelah acara sakral itu hingga hari ini. So, ini balas budi lu? Cih" kata Minhee sambil berdecih menghiasi ujung perkataannya.

Dan baru kali ini Jia mendengar kata merendahkan dan decihan dari seorang Minhee.

Jia mematikan keran air, mengeringkan tangannya yang basah, lalu melewati Minhee yang masih ditempatnya.

"gue terima"

Otak Jia sudah bergeser 180° sekarang.

Dan mungkin semakin melihat Minhee otaknya akan bergeser 360° sama seperti Minhee sekarang.

Keduanya keras kepala.

***

Minhee udah meruntuki dirinya sendiri, pikirannya sudah termakan oleh emosinya. Semua dia misuhin.

Dalam hati tapi :)

Persetan juga karena rumah sebesar ini hanya mempunyai kamar satu, dan satu lagi dikunci.

Memang hidupnya sesulit ini dengan gadis bernama Kang Jia.

Harusnya Kang Jia, karena gadis itu udah milik Minhee walau terpaksa.

Minhee membalikan tubuhnya ke arah punggung Jia, gadis yang sedang terlelap dengan earphone wareless nya yang terpasang di telinganya.

"kalau Tuhan suruh pilih gue atau Doyum, lu akan pilih yang mana?" Tanya Minhee pelan nyaris Tak terdengar.


Aku tau kok depannya emang gak jelas, tapi nanti jelas kok :V.

Kecepetan gak sih up nya?

Dont Love Me • Kang MinheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang